Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Mengusap Kepala Lukas
Bruukk!! Tuan Fernando meninju meja kerjanya.
"Lukas bajingggaaannnn," matanya penuh kemarahan. Dia baru saja diberi tahu hasil dari Gunung Purro dimana Benjamin ditemukan dalam posisi tergeletak di tanah, bersimbah darah dan kaki kirinya patah, dadanya penuh memar, serta gigi palsunya hilang.
**
Ivy dan Nyonya Christina saling berpegangan tangan. Sementara Lukas sedang memakai kaos yang dibawakan oleh Damon. Mereka sedang menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Sofia.
Wajah mereka penuh kecemasan.
"Bagaimana anakku dokter," sambar Nyonya Christina begitu dokter keluar dari ruangan pemeriksaan.
Dokter membuka masker dan kacamatanya. Mengelap keringatnya dan berujar,
"Kondisi wajahnya butuh perawatan lebih lama. Tapi mungkin disarankan untuk dikirim ke Korea agar tidak ada bekas luka. Karena ada sayatan pisau di pipi kirinya,"
Nyonya Christina menutup mulutnya dengan tangan. Menutup matanya sekilas meredakan sakit hatinya membayangkan yang dialami Sofia tadi.
Dokter melanjutkan,
"Luka lainnya ada di pergelangan tangan dan kaki karena gesekan tali,"
"Bagaimana dengan...," Nyonya Christina tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
Dokter seperti memahami maksud Nyonya Christina,
"Selaput vaginanya tidak mengalami sobek, hanya memerah karena lecet diakibatkan adanya gesekan. Artinya, pria itu tidak berhasil menggagahi Sofia,"
Air mata Nyonya Christina jatuh. Ada kelegaan di hatinya. Dia tidak bisa bayangkan kalau hasilnya Benjamin berhasil memperkosa Sofia dan membuat Sofia hamil. Nyonya Christina mungkin akan bunuh diri karenanya.
Nyonya Christina menghampiri Lukas dan dengan suara rendah memberi perintah,
"Buat perhitungan dengan de La Cruz. Kalau perlu lumpuhkan hingga Fernando sekalipun," suaranya bergetar mengatakan itu.
Lukas tak menjawab tapi sorot matanya seperti mengiyakan perkataan ibunya.
**
"Ibu harus istirahat. Ikut dengan Ivy ke hotel. Aku dan Damon yang akan menjaga Sofia," ujar Lukas sambil menyentuh pundak Nyonya Christina.
"Kamu harus istirahat juga Lukas. Kamu berkelahi dengan banyak orang tadi. Bagaimana mungkin malam ini kamu tidak tidur," bantah Nyonya Christina.
"Istirahat lah Tuan. Saya dan para pengawal akan berjaga-jaga di sini," Damon menatap Lukas.
"Jangan keras kepala Lukas. Aku tidak mau ada apa-apa lagi menimpa anak-anakku,"
"Baiklah," Lukas menengok ke arah Damon, "Kabari aku jika ada apa-apa,"
"Pasti, Tuan,"
Mereka bertiga naik mobil Lukas menuju hotel.
Di lobi,
"Ibu nanti di kamar dengan Ivy. Aku akan memesan kamar lain untukku,"
Nyonya Christina menatap Lukas sambil mengernyitkan keningnya,
"Kamu apa-apaan, Lukas. Masa aku yang harus tidur dengan Ivy. Kamu suaminya, kamu yang harus tidur dengannya,"
"Maksudku agar ibu tidak tidur sendiri," Lukas mengelak
"Kenapa dengan tidur sendiri? Lebih dari 20 tahun sejak ayah kalian meninggal aku tidur sendiri. Aku sudah terbiasa. Tapi kalian, kalian pengantin baru. Tidak boleh tidur terpisah,"
Lukas hendak memberi bantahan lagi, tapi Nyonya Christina melanjutkan perkataannya,
"Lagipula, kamu jangan lupa. Proses membuat bayi kan harus tiap hari Lukas. Masih ada sisa tenagamu untuk malam ini kan?," nyonya Christina tersenyum lalu segera menuju resepsionis memesan kamar untuk dirinya.
Lukas dan Ivy langsung canggung mendengar kalimat Nyonya Christina.
**
"Bella sayang, hari ini ada tragedi. Adik Rafael diculik dan hampir diperkosa untunglah tidak sampai terjadi pemerkosaan. Aku di Manila. Semuanya akhirnya baik-baik saja. Selamat tidur," Ivy mengirimkan pesan teks pada Bella sambil bersandar di tempat tidur nya.
Lukas sedang mandi. Ivy memanfaatkan kesempatan itu untuk saling mengirim pesan dengan Bella. Dari sekian pesan yang mereka saling kirim, pesan terakhir Bella membuat hati Ivy melonjak.
"Aku akan ke Manila tiga Minggu depan. Aku akan ke sana bersama Tuan Louis Hendrik," isi pesan Bella.
Ivy terbelalak membaca pesan itu. Dia tertawa kecil. Ivy hendak membalas, tepat ketika Lukas keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju yang tadi. Dia hanya mandi tapi tidak mengganti bajunya. Dia tidak membawa pakaian karena memang tidak direncanakan sama sekali untuk menginap. Lukas mengelap rambutnya yang masih basah. Titik air terlihat di rambut pendeknya itu.
Lukas menatap Ivy yang sedang duduk di tempat tidur. Dia mendekati Ivy. Ivy yang melihat Lukas datang dengan ekor matanya, segera meletakkan hp nya di bawah selimut dan tersenyum ke arah Lukas.
"Kamu lelah? Ingin ku pesankan teh jahe hangat?,"
Lukas berjalan ke arah tempat tidur. Dia melemparkan handuknya ke kursi di dekatnya.
"Aku sangat lelah. Tapi aku tidak ingin teh. Bisa kau membantu ku menghilangkan rasa lelahku?,"
"Apa yang harus aku lakukan?," Ivy sudah mulai siaga jangan sampai permintaan Lukas di luar nurul.
Lukas menekan saklar lampu utama. Yang tersisa hanya lah cahaya dari lampu tidur. Dia kemudian merebahkan kepalanya di atas paha Ivy. Ivy terkejut dengan yang Lukas lakukan.
"Tolong jangan bergerak. Dan jangan bangunkan aku kalau aku tertidur," Lukas menutup matanya. Gaya tidurnya seperti bayi yang meringkuk dalam rahim ibunya.
"Bisakah kamu..," Lukas menarik tangan Ivy dan meletakkannya di atas kepalanya, "Mengusap kepalaku,"
Ivy masih kebingungan melihat tingkah Lukas. Bagaimana bisa seorang lelaki yang dengan gagah berani melumpuhkan beberapa penjaga di luar gubuk, berkelahi dengan dua orang pria berbadan besar, lalu melumpuhkan Benjamin, bisa bertingkah manja seperti ini.
Ivy mengikuti permintaan Lukas. Dia mulai mengusap kepala Lukas perlahan.
"Lukas, sampai kapan posisi mu seperti ini. Aku juga ingin tidur," Ivy mencoba mengecek Lukas. Dia mendengar dengkuran halus dari Lukas. Lukas sudah tertidur. Secepat itu.
Malam ini bukan hanya Benjamin yang kamu lumpuhkan. Aku juga sepertinya akan lumpuh kalau semalaman kakiku seperti ini, (Ivy).