Seorang wanita muda bernama Lydia dipaksa menikah dengan mafia kejam dan misterius, Luis Figo, setelah kakaknya menolak perjodohan itu. Semua orang mengira Lydia hanyalah gadis lemah lembut, penurut, dan polos, sehingga cocok dijadikan tumbal. Namun di balik wajah manis dan tutur katanya yang halus, Lydia menyimpan sisi gelap: ia adalah seorang ahli bela diri, peretas jenius, dan terbiasa memainkan senjata.
Di hari pernikahan, Luis Figo hanya menuntaskan akad lalu meninggalkan istrinya di sebuah rumah mewah, penuh pengawal dan pelayan. Tidak ada kasih sayang, hanya dinginnya status. Salah satu pelayan cantik yang terobsesi dengan Luis mulai menindas Lydia, menganggap sang nyonya hanyalah penghalang.
Namun, dunia tidak tahu siapa sebenarnya Lydia. Ia bisa menjadi wanita penurut di siang hari, tapi di malam hari menjelma sosok yang menakutkan. Saat rahasia itu perlahan terbongkar, hubungan antara Lydia dan luis yang bertopeng pun mulai berubah. Siapa sebenarnya pria di balik topeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Langit sore mulai berubah jingga ketika suara mobil-mobil mewah berderet memasuki halaman rumah besar keluarga Figo. Para pelayan sudah terbiasa dengan ritme rumah itu: biasanya tuan mereka hanya pulang menjelang tengah malam, atau bahkan tidak sama sekali, lebih memilih bermalam di markas bisnisnya.
Namun minggu-minggu belakangan ini, ada sesuatu yang berubah.
Luis Figo, pria yang selalu hidup di dunia penuh darah dan strategi kotor, kini jauh lebih sering terlihat di rumah. Ia tidak hanya pulang lebih awal, tapi juga duduk di ruang makan, bahkan terkadang berbincang singkat dengan Lydia.
Perubahan ini tidak luput dari mata semua orang terutama Sofia.
--
Sore itu, Lydia tengah duduk di taman belakang. Gaun santainya berwarna biru muda, sehelai buku terbuka di pangkuannya. Jemarinya yang ramping bergerak pelan, membalik halaman dengan tenang.
Ia tampak seperti wanita biasa, tenang, lembut, tanpa kesan bahaya sedikit pun.
Namun dari kejauhan, Luis Figo memperhatikannya lama. Ia berdiri di balkon lantai dua, rokok di tangannya mengepul pelan. Matanya tidak pernah lepas dari sosok istrinya itu.
Ada pertanyaan yang terus berputar di kepalanya. "Kenapa wanita ini berbeda?"
Sejak awal, Lydia hanya “pengganti.” Pernikahan mereka tidak dibangun dengan cinta atau pilihan hati. Seharusnya ia hanyalah boneka, seorang istri di atas kertas. Tapi entah bagaimana, ketenangannya membuat Figo tertarik.
Ia bukan tipe wanita yang tunduk berlebihan, bukan pula pemberontak yang terang-terangan. Lydia berada di titik tengah yang misterius. Ia menerima keberadaan Figo, tapi juga tidak takut menunjukkan dirinya sendiri.
Luis membuang puntung rokok, lalu berbalik. “Rafael.”
Asistennya segera maju. “Ya, Bos?”
“Kita tunda rapat malam ini.” ujar Luis
Rafael hampir terkejut. “Ditunda?” Biasanya, rapat dengan para investor dan kepala divisi adalah sesuatu yang tak pernah diganggu gugat.
Tatapan Figo tajam. “Aku bilang, tunda.”
Rafael hanya bisa mengangguk. Dalam hati, ia tahu, alasan sebenarnya bukan urusan bisnis. Itu karena seorang wanita yang duduk tenang di taman belakang, tanpa tahu dirinya sedang mengubah kebiasaan sang raja mafia.
---
Di sisi lain rumah, Sofia berdiri di balik tirai jendela, memperhatikan adegan itu dengan hati mendidih.
Ia melihat dengan jelas bagaimana Figo memandang Lydia. Pandangan itu bukan sekadar sopan santun. Ada ketertarikan di sana. Ada sesuatu yang selama ini tidak pernah ia dapatkan, meski sudah bertahun-tahun mengabdi.
“Bangsat,” desisnya lirih. “Perempuan itu sudah mulai merebut segalanya.”
Sofia mengepalkan tangan, matanya dipenuhi bara. Ia tahu, kalau ia terus diam, posisinya akan hancur. Figo bisa saja benar-benar menganggap Lydia lebih dari sekadar istri di atas kertas. Dan saat itu terjadi, semua usaha Sofia selama ini akan sia-sia.
Tidak. Ia tidak akan tinggal diam.
Malam itu juga, Sofia mulai menyusun rencananya.
---
Sofia memang bukan sekadar pelayan cantik. Ia punya jaringan kecil di luar rumah Figo—sekelompok orang yang bisa ia sewa untuk melakukan pekerjaan kotor.
Ia menghubungi salah satu dari mereka melalui telepon rahasia. Suaranya lirih, tapi penuh kebencian.
“Aku ingin kau awasi wanita itu. Setiap langkahnya. Dan kalau perlu… buat dia terlihat bersalah di mata Tuan Figo.”
Orang di seberang mengangguk cepat. “Baik. Nyonya itu tidak akan bertahan lama.”
Sofia tersenyum tipis. Di matanya, kilatan kejam muncul. Ia yakin, sekali saja Lydia terlihat salah, Figo akan kembali dingin dan menyingkirkannya.
Sayangnya, Sofia meremehkan lawannya.
Lydia bukan sekadar wanita lembut yang hanya tahu membaca buku di taman. Ia peka, tajam, dan sudah lama mencurigai Sofia.
Malam itu, ketika semua penghuni rumah tertidur, Lydia diam-diam meninggalkan kamarnya. Langkahnya nyaris tanpa suara, menyusuri koridor panjang, lalu berhenti di dekat ruang dapur tempat Sofia sering berbisik dengan pelayan kepercayaannya.
Dan benar saja, ia mendengar percakapan samar.
“Besok, kita buat seolah-olah Nyonya Lydia berhubungan dengan orang luar. Siapkan surat-surat itu. Kalau Tuan Figo melihatnya, dia tidak akan tinggal diam.”
Senyum tipis muncul di bibir Lydia. Jadi begitu permainan Sofia? Menjebaknya dengan bukti palsu?
Ia kembali ke kamarnya tanpa suara, namun otaknya sudah bekerja cepat.
---
Keesokan harinya, Sofia menyiapkan “kejutan.”
Di ruang kerja Figo, ia meletakkan sebuah map berisi foto dan dokumen. Semua itu palsu—rekayasa yang menunjukkan seolah-olah Lydia berkomunikasi dengan kelompok rival Figo.
Sofia menunggu dengan penuh semangat. Ia bisa membayangkan wajah Lydia ketika Figo menatapnya dengan dingin, lalu menyingkirkannya dari rumah ini.
Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.
Ketika Figo membuka map itu, alisnya terangkat. Ia menatap Sofia. “Dari mana kau dapat ini?”
Sofia tersenyum manis. “Dari sumber terpercaya, Tuan. Saya hanya ingin melindungi Anda… Lydia tidak seharusnya dipercaya.”
Figo belum sempat merespons, pintu ruang kerja terbuka. Lydia masuk dengan langkah tenang, membawa sebuah amplop tebal.
“Ada sesuatu yang mungkin menarik bagi Tuan,” ucapnya lembut.
Sofia menoleh cepat, wajahnya menegang. Apa yang dia bawa?
Lydia berjalan mendekat, meletakkan amplop di meja Figo. Dari dalamnya, ia mengeluarkan beberapa foto foto Sofia bertemu diam-diam dengan orang luar, bukti transfer uang ke rekening asing, serta rekaman singkat percakapannya di dapur.
“Sepertinya ada yang mencoba menjebak saya,” kata Lydia dengan senyum samar. “Untung saya menemukan bukti siapa dalangnya.”
Ruangan itu hening.
Figo menatap bukti-bukti di hadapannya, lalu melirik Sofia dengan mata dingin.
Sofia terdiam. Wajahnya pucat, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia tidak menyangka Lydia bisa bergerak secepat itu.
Lydia hanya berdiri tenang, seakan yang terjadi bukanlah pertarungan hidup mati, melainkan sekadar percakapan biasa.
---
Luis Figo menutup map palsu buatan Sofia, lalu menepuknya dengan keras di meja.
“Berani sekali kau mencoba mempermainkanku.” marah Luis dengan suaranya pelan, tapi tajam seperti pisau.
Sofia langsung berlutut, tubuhnya gemetar. “Tuan… saya… saya hanya khawatir pada Anda. Saya—”
“Diam.” Tatapan Figo menusuk.
Ia beralih menatap Lydia. Perempuan itu tetap berdiri anggun, tidak menunjukkan rasa bangga maupun puas, hanya ketenangan yang membuatnya semakin sulit ditebak.
“Pergi,” perintah Figo pada Sofia. “Kau masih bernapas hanya karena aku ingin menyaksikan sampai mana kebodohanmu. Sekali lagi kau menyentuh Lydia… aku pastikan kau menghilang.”
Sofia terisak, lalu berlari keluar ruangan.
---
Ketika ruangan kembali sepi, Figo menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya tidak lepas dari Lydia.
“Kau tahu semua ini sejak awal?” tanyanya perlahan.
Lydia menatapnya, lalu tersenyum tipis. “Tidak sulit untuk membaca niat orang yang hatinya penuh kebencian, Suamiku. Saya hanya memilih diam sampai bukti terkumpul.”
Figo terdiam lama. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar merasa kagum. Wanita ini bukan sekadar istri pengganti. Ia punya otak, keberanian, dan ketenangan yang bahkan bisa menandingi lawan-lawannya di luar sana.
Senyum samar muncul di bibir Figo.
“Menarik,” gumamnya. “Sangat menarik.”
Sejak hari itu, keputusannya semakin bulat: ia akan lebih sering pulang ke rumah. Tidak hanya karena kewajiban, tapi karena kehadiran seorang wanita bernama Lydia yang berhasil membuatnya Luis Figo sang raja mafia merasa penasaran, bahkan mungkin, terikat.
---
Bersambung…
btw,nysek y kl prpisahn sm kluarga....brsa berat...😭😭😭
tp kl bnrn,aku orng prtma yg bkln kabooorrrr.....😁😁😁
bingung eike 🤔🤔🤔😁
lope2 sekebon buat author /Determined//Determined//Kiss//Kiss//Rose//Rose/
Smngtttt...😘😘😘