NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Kejutan di Ruang Rapat

Setelah melihat bagaimana Ares melalui hari pertamanya di sekolah dengan baik, Stasia kini merasa lebih tenang. Pagi itu ia sudah berdiri di depan gerbang sekolah untuk mengantarkan bocah kecil itu.

Berbeda dengan kemarin yang berpakaian santai, kali ini Stasia tampil rapi dengan setelan kantoran. Setelah mengantar Ares, ia akan langsung masuk kerja untuk hari pertamanya di kantor.

“Mama, selamat bekerja ya…” ucap Ares tulus, sambil menatap Stasia dengan mata berbinar.

“Kesayangannya Mama, selamat sekolah juga,” jawab Stasia lembut. Tangannya terulur mengelus puncak kepala Ares. “Sekolah yang baik, berteman yang baik, dan jadi anak baik, ya.”

“Tentu, Mama. Ares punya Mama baik, jadi Ares juga harus baik seperti Mama.”

Stasia terkekeh gemas, “Manis sekali anak tampan ini.”

Sebelum beranjak, Stasia mengingatkan, “Kalau nanti sudah waktunya pulang tapi jemputan dari Nenek belum datang, Ares tunggu di dalam sekolah sama Bu Guru, ya.”

“Iya, Mama. Nenek bilang Ares harus bisa jaga diri, supaya Mama bisa kerja dengan tenang dan nggak terlalu khawatir.”

“Pintar sekali.” Stasia tersenyum, lalu mencium puncak kepala Ares. “Kalau begitu, Mama pergi kerja dulu, ya.”

Ares melangkah masuk ke dalam sekolah. Guru-guru piket menyambutnya hangat, dan beberapa teman barunya sudah menunggu. Baru setelah memastikan semuanya baik-baik saja, Stasia melambaikan tangan terakhir kali sebelum berbalik pergi dan disambut lambaian tangan Ares yang meoleh padanya.

Ia kemudian masuk ke dalam taksi yang sudah menunggunya, bersiap melanjutkan perjalanan menuju kantor barunya.

Setelah melewati jalanan yang sibuk, akhirnya Stasia tiba di sebuah gedung tinggi nan megah. Gedung itu bahkan tampak lebih mewah dibandingkan kantor cabang Paris. Dengan langkah mantap, Stasia menuju meja resepsionis.

“Permisi, saya Stasia Miller dari Starlight cabang Paris. Mulai hari ini saya resmi dipindahkan ke sini,” ucapnya ramah.

Resepsionis itu tersenyum sopan. “Selamat datang, Bu Stasia. Ibu bisa langsung menuju kantor HRD di lantai dua. Silakan gunakan lift di sana, keluar dari lift lalu belok ke kanan. Tak jauh dari sana, kantor HRD akan terlihat.”

“Baik, terima kasih banyak.” Stasia membalas senyum sebelum melangkah menuju lift.

Sampai di depan pintu lift, saat hendak menekan tombol, seorang pria menyapanya dengan senyum ramah.

“Selamat pagi.”

“Selamat pagi,” jawab Stasia tak kalah ramah.

“Karyawan baru di sini?” pria itu melirik Stasia yang belum mengenakan name tag.

“Iya, betul. Baru masuk hari ini, pindahan dari cabang.”

“Oh, sama dong. Saya juga pindahan. Dari cabang mana kalau boleh tahu?”

“Cabang Paris. Kalau Anda?”

“Saya dari cabang London. Oh iya, perkenalkan, nama saya Max.” Ia menyodorkan tangan untuk bersalaman.

“Stasia. Tapi keluarga saya biasa memanggil Sisi. Anda boleh memanggil sesuai nama saya, mana yang nyaman.”

Max terkekeh kecil. “Sepertinya kita bisa jadi teman. Anda kelihatan tipe orang yang enak diajak bicara santai. Apa penilaian saya benar?”

“Tentu, kenapa tidak. Hanya saja kalau urusan santai, tetap harus lihat situasi juga.”

“Kalau begitu, kita berteman?”

Stasia mengangguk sambil tersenyum. “Ya, kita berteman.”

Percakapan keduanya terhenti saat pintu lift terbuka. Mereka melangkah masuk bersama, menuju lantai dua untuk sama-sama menghadap HRD.

***

Setelah beberapa menit, Max, Stasia, dan perwakilan HRD selesai melakukan pertemuan singkat sebagai awal perkenalan. Pihak HRD kemudian mengajak keduanya melihat tempat kerja mereka.

“Ini meja kalian, tempat kalian akan bekerja nantinya,” jelas perwakilan HRD.

“Terima kasih, Pak,” sahut keduanya hampir bersamaan.

“Kalau begitu, saya tinggalkan dulu. Tapi tiga puluh menit lagi, kita akan bertemu di ruang meeting bersama manajer pemasaran, manajer pengembangan, dan CEO kita.”

“Baik, Pak. Kami pasti datang,” jawab Max dengan penuh antusias, disusul anggukan Stasia.

Setelah HRD meninggalkan mereka, Stasia segera duduk di kursinya dan mulai menyiapkan berkas yang diperlukan untuk meeting nanti.

“Aku senang kita bekerja di ruangan yang sama. Apa kamu sudah siapkan dokumennya?” tanya Max sambil ikut menata barang-barangnya di meja.

“Sudah. Manajerku di Paris sudah memintaku menyiapkan analisis cabang sebelum pindah. Jadi, semua sudah lengkap,” jawab Stasia tenang.

“Bagus. Kalau aku, baru selesai tadi malam. Teman-temanku di London ngotot ngajak kumpul sebelum aku berangkat ke sini, jadi aku baru bisa lembur untuk menyelesaikannya.”

Stasia terkekeh kecil. “Sepertinya kamu punya banyak teman di sana.”

“Tentu. Mereka bahkan sering bikin pesta supaya kita bisa bersenang-senang setelah penat kerja. Eh, apa kamu mau ikut kalau nanti aku buat party di sini?” Max menatapnya penuh semangat.

Stasia tersenyum tipis. “Aku tidak yakin. Aku lebih senang menghabiskan waktu bersama keluarga.”

Max menaikkan alisnya. “Oh… jadi kamu tipe wanita rumahan ternyata.”

Stasia menggeleng kecil, senyumnya tetap hangat. “Tidak juga. Hanya saja, kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang sangat penting bagiku.”

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di gedung yang sama dengan Stasia, sosok Damar baru saja memasuki gedung bersama asistennya, Abas.

Mereka baru tiba di kantor setelah sebelumnya sempat mampir ke salah satu cabang toko Starlight.

“Pak, dua puluh menit lagi meeting dengan karyawan pindahan dari cabang dimulai. Setelah meeting, ada Pak Hadi yang ingin bertemu Anda,” lapor Abas sambil mengecek catatan di tangannya.

“Pak Hadi? Ada keperluan apa lagi?” tanya Damar datar.

“Beliau bilang ingin mendiskusikan beberapa poin dalam surat perjanjian.”

“Bukankah kemarin mereka sudah sepakat? Lalu, apa yang mau dibahas lagi?” nada suara Damar terdengar tak sabar.

“Mereka ingin mengubah masa berlaku perjanjian, Pak.”

Damar menghela napas. “Baiklah. Atur saja jadwalku. Asal dia datang memang untuk urusan pekerjaan, bukan hal lain.”

Abas hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul apa yang dimaksud ‘hal lain’ oleh bosnya. Pak Hadi sudah beberapa kali berusaha menjodohkan Damar dengan putrinya. Namun sejauh ini, Damar selalu bersikap dingin dan hanya menanggapi urusan yang berkaitan dengan bisnis semata.

Waktu berlalu, jam rapat pun segera tiba. Dengan santai, sambil sesekali berbincang, Stasia dan Max berjalan menuju ruang meeting.

Meski baru saja berkenalan, keduanya sudah terlihat cukup akrab.

“Kamu harus coba makanan itu,” ucap Stasia sambil tersenyum mengingat obrolan mereka tadi.

“Tidak! Kamu sendiri yang bilang efeknya bikin napas bau naga. Bagaimana kalau itu merusak ketampananku?” Max menoleh pura-pura serius.

Stasia terkikik. “Kamu berlebihan. Lagipula, memangnya kamu tampan?”

“Hei… lihat baik-baik.” Max langsung berjalan sambil bergaya seperti model catwalk. “Di London, bahkan banyak yang antre untuk jadi kekasihku.”

“Kamu benar-benar percaya diri,” Stasia menggeleng sambil menahan tawa.

“Oh, itu wajib. Dan aku yakin cepat atau lambat, kamu akan sadar kalau aku memang sangat tampan.”

“Hentikan kekonyolanmu, ruang meeting sudah di depan mata,” sahut Stasia sambil menahan senyum.

Benar saja, mereka sudah tiba di depan pintu. Begitu masuk, keduanya mencari tempat duduk. Namun, saat Stasia menarik kursinya, tiba-tiba saja ia merasa jantungnya berdegup sangat cepat. Perasaan gelisah merambat tanpa sebab yang jelas.

“Ada apa?” tanya Max, memperhatikan wajah Stasia yang sedikit gugup.

“Tidak… aku hanya sedikit tegang,” jawab Stasia mencoba menenangkan diri.

“Kalau begitu pandangi aku saja. Dijamin gugupmu hilang,” canda Max sambil memasang wajah penuh percaya diri.

Stasia terkekeh lalu menepuk pelan pundaknya. “Dasar konyol.”

Tanpa Stasia sadari, seseorang yang baru saja masuk ke ruang meeting menatapnya dengan ekspresi kaget—namun segera berubah menjadi dingin, penuh ketidaksukaan.

1
Erna Fadhilah
sangat sangat sangat banyak kan malah
Erna Fadhilah
menang di Damar kalau posisinya kaya gitu 😁😁
Nittha Nethol
lanjut kak.jangan pakai lama
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
asiiik 😂😂😂skrg gantian Damar yang ngejar Stacy ya😄😄
Erna Fadhilah
pada shock semua ini denger Ares manggil Damar dengan panggilan papa 😁😁
Erna Fadhilah
kamu ikuti aja Stacy nan pas akhir pekan biar kamu tau siapa orang yang di panggil sayang sama Stacy
Erna Fadhilah
Stacy bingung dia mau sama Ares tp di suruh sama Damar ketemu mama Rini
Erna Fadhilah
kirain tidur di kamar di dalam ruangan Damar 😂😂
Erna Fadhilah
tenang res sebentar lagi kamu bakal punya papa yang bakal sayang sama kamu
Erna Fadhilah
jangan jangan orang yang di maksud Stacy itu pak hadi sama hana 🤔🤔
Erna Fadhilah
yang di panggil sayang sama Stacy itu Ares ponakannya bukan orang special lainnya Dam 🤦‍♀️😁
Erna Fadhilah
makanya Dam ingat kata mama Rini ya kamu jangan gedein gengsi nanti bakal nyesel baru tau rasa
Erna Fadhilah
kirain wulan atau ayu eeeh ternyata mama Rini yang masuk ruangan Damar
Erna Fadhilah
siapa tu yg datang, wulan atau ayu kah🤔🤔
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
begitu Damar masuk langsung liat pemandangan yang buat dia kebakaran
Erna Fadhilah
hana PD sekali mengaku calon istri Damar, masih untung Damar ga langsung ngomong sama para karyawan kalau hana bukan calon istrinya, kalau sampai itu terjadi bisa malu pakai banget pasti
Erna Fadhilah
aku seruju banget kalau wulan sama Andre
Erna Fadhilah
aku penasaran adam belum nikah ya thor, padahal kan dia lebih tua dari wulan dan Damar, wulan aja malah udah punya anak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!