NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 - Menuju Bab 1 (5)

Sebulan sudah berlalu sejak aku mulai bersama para protagonis kecil. Pagi ini, di tahun yang sama, bulan tujuh, tanggal delapan—akhir pekan kembali menyapa.

Selama sebulan penuh, apa yang sebenarnya sudah kulakukan?

Tak lebih dari menghabiskan waktu dengan mereka lewat permainan anak-anak. Berlatih, berburu serangga di alam terbuka, memancing, bahkan bermain layaknya bocah petualang.

“Anak-anak memang dipenuhi rasa penasaran,” ketusku, teringat kejadian dua hari lalu.

Namun, kami tidak selalu bersama. Kadang aku ikut Liria berbelanja, atau membantu Dave di ladang.

“Selama hidupku aku hanya duduk di depan layar dan menulis… tak kusangka bertani bisa menyenangkan,” aku terkekeh sambil mengingat ilmu baru yang kudapat.

Minggu pagi ini, entah kenapa aku merindukan dunia lamaku. Bukan mantan, bukan keluarga, bukan pula teman. Yang kurindukan hanyalah sepak bola. Aku ini fanatik berat, penggemar sejati Manchester United—klub terbaik di bumi.

“Bagaimana kalau hari ini aku mengenalkan sepak bola pada para protagonis kecil?” Tanganku refleks bertepuk cepat.

Aku ingin memadukan ketangkasan, kecermatan, latihan tubuh, sekaligus pernapasan lewat olahraga ini. Sepak bola akan jadi permainan menyehatkan untuk mereka, selain berlatih sihir. Anak-anak hanya suka bermain sepanjang waktu, jadi ini akan terasa sempurna.

Aku tersenyum lebar, membusungkan dada.

“Aku penemu sepak bola di dunia ini… huhuhu…” gumamku penuh kebanggaan palsu, seolah aku orang paling jenius di dunia.

Tanpa terasa, matahari sudah naik ke atas kepala. Waktunya mereka datang menjemputku bermain. Dan tentu saja, teriakan Liria selalu jadi penanda.

“Lala! Temanmu sudah datang!”

Teriakan itu sudah menjadi keseharianku. Belum lagi mandi bersama Liria—ya, itu selalu jadi bagian terbaik.

Tapi kali ini, yang datang bukan mereka semua. Hanya Ryan seorang diri.

“Eh? Kok cuma kamu?” tanyaku heran.

Ryan hanya menunduk dengan wajah memerah.

“Y-yang lain sudah menunggu di lapangan,” jawabnya gagap.

Aku mengangkat alis, menatapnya. Ryan buru-buru menimpali, “A-apa-apaan tatapanmu itu?”

Dari balik pintu, Liria mengintip sambil meledek.

“Heh, anak kecil mau kencan, ya? Ibu bilangin ayahmu loh.”

Aku mendesah kesal.

“Seriusan nih? Ini orang tuaku?” batinku.

Kami pun berangkat. Sebelum pergi, aku menerapkan budaya dari bumi: mencium tangan orang tua. Awalnya Liria dan Dave kebingungan, tapi setelah kujelaskan alasannya, mereka malah bereaksi berlebihan. Adegan itu benar-benar jenaka untuk dikenang. Pada akhirnya, para protagonis kecil menirunya juga.

Aku dan Ryan berjalan menuju tanah lapang. Dalam benakku, muncul satu nama.

“Ini pasti rencana si Nasya… James si bodoh itu mana peka hal-hal beginian,” batinku.

Ryan berjalan di sampingku, wajahnya masih merah, dan hanya diam.

“Patung,” semburku.

Ryan langsung terkejut.

“A-apa maksudmu nyebut aku patung?”

“Ya habisnya kamu diam aja kayak patung,” kataku lagi. “Seharusnya kamu bisa bikin obrolan ringan sama gadis sepertiku.”

“D-dasar manja!” Ryan balas kesal.

Aku tersenyum nakal.

“Nanti kalau dewasa kamu nggak bakal punya pacar loh, bangsawan pemalu.”

“Ka-kamu…” Ryan kehilangan kata-kata.

Sebagai mantan penulis buku Seribu Satu Cara Menaklukkan Hati Seorang Gadis—ya, buku penuh trik murahan—aku tahu betul: perempuan ingin dimengerti, dicintai, dan selalu ingin menang dalam perdebatan.

Aku menatap Ryan yang kebingungan.

“Jadi begini rasanya jadi perempuan,” batinku menyeringai.

Sikap Ryan membuatku sadar: jiwa Ryan saat ini mungkin jiwa Ryan dewasa yang kembali ke masa lalu. Namun reaksinya seperti bocah labil yang baru merasakan cinta. Dalam artian, Ryan dewasa tak pernah punya pengalaman asmara. Alias, jomblo akut.

“Mau sedingin apapun, kamu gampang terbaca loh, Ryan,” gumamku dalam hati.

Langkah kami akhirnya tiba di lapangan. Untungnya cuaca berawan. Dari kejauhan, James dan Natasya melambaikan tangan.

Aku menoleh pada Ryan.

“Aku punya permainan baru loh,” ucapku dengan senyum manis.

Senyumku membuat wajah Ryan semakin memerah. Aku bisa merasakan jelas perasaannya.

Dalam hati aku bergumam,

“Aku tidak tahu masa depan seperti apa. Outline cerita bisa berubah, premis bisa melenceng. Tapi satu hal yang pasti… selama sebulan penuh bersama kalian, aku akhirnya mengerti. Ryan, mungkin kamu memang jatuh cinta pada Lala. Tapi sayangnya, aku bukanlah Lala yang kamu kenal.”

Ryan bukanlah musuh. Tatapannya padaku bukan dendam, melainkan kasih sayang. Tatapan seorang anak laki-laki yang jatuh cinta.

Padahal di masa depan, aku tahu: aku-lah yang jadi Boss terakhir.

Namun aku bisa membaca raut wajah Ryan. Ia bukan penipu. Ia bukan pecandu. Ia bukan penjahat.

“Ryan… ternyata kamu orang baik,” batinku. “Mimik wajahmu tak akan pernah menipuku.”

“L-lala, maksudmu permainan baru apa?” Ryan akhirnya bersuara, memecah lamunanku.

Aku tersenyum tipis.

Mungkin, aku harus mengakui satu hal.

Di kehidupan lamaku, aku sudah lelah dengan segala tipu daya manusia. Tapi bersama mereka, terutama Ryan, aku merasa… hidup kembali.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!