Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 28
KEJAHATAN YANG TERTUTUPI
Brugh! Brugh! Brugh! “Aakkhhh!!!” teriak seorang pria yang tertahan dan menahan rasa sakit luar biasa saat ia tengah dipukuli habis-habisan menggunakan sebuah tongkat besi.
Darah begitu banyak mengotori pakaian dan tubuhnya. Jlebb!! Seorang pria brewok dengan jas hitam langsung saja menusuk besi tadi ke pria yang merupakan adalah penjaga penjara bawah tanah yang sempat bersama Kaira.
“Masukan dan bawa dia ke Pulau nyonya Kalindi.” Pinta pria itu yang segera dipatuhi oleh yang lain.
Dengan segera, mereka memasukkan jasad tadi ke kantong pelastik besar, lalu membawanya menaiki speedboat di tengah malam yang hening. Dari pelabuhan menuju ke pulau milik Kalindi yang terdapat bisnis gelap miliknya yang juga diketahui oleh Caesar sendiri.
Di dekat pulau tersebut, jasad langsung dibuang ke laut dengan diberikannya beban berupa besi yang sangat berat agar mayat tidak terapung.
.
.
.
Di pagi-pagi sekali, Kaira terbangun dengan cepat sampai dia tidak melihat keberadaan Kairo di mana dan di mana. Kini dia hanya fokus pergi ke ruang penjara bawah tanah.
“Aku yakin ada sesuatu di sana.” Gumam Kaira yang segera bersiap dengan menggunakan kebaya cokelat dengan rambut tergelung rendah.
Ia langsung datang di pintu depan bahwa tanah tanpa peduli ada yang melihat nya.
“Maaf Nyonya, tempat ini dilarang dikunjungi oleh seseorang. Hanya beberapa saja yang boleh datang kemari.” Ucap penjaga pria tadi yang membuat Kaira berkerut alis hingga ia sadar bahwa penjaga tersebut sudah berganti orang?
“Dimana pria yang harusnya berjaga di sini?” tanya Kaira dengan tegas.
“Pergantian shift, Nyonya.” Jawabnya dengan tegas bak bodyguard pada umumnya.
-‘Aku yakin itu sebuah shift. Nyonya Kalindi pasti sudah menyuruhnya pergi, karena hanya aku dan penjaga itu yang mendengar suara ketukan di dinding sini.’ Batin Kaira yang mengamati tempat tersebut.
Ia juga terlihat kesal jika memang benar, Kalindi menyuruh penjaga kemarin pergi atau membunuhnya.
“Katakan kepada penjaga shift malam itu, aku ingin menemuinya.” Kata Kaira dengan tatapan tegasnya.
“Maaf Nyonya, tapi itu bukan tugas saya. Saya tidak tahu dan kami tidak saling mengenal.” Jelas pria itu yang membuat Kaira semakin yakin bahwa penjaga yang baru itu adalah anak buah Kalindi.
Kaira mencoba tenang meski dia terlihat kesal. “Baiklah. Biarkan aku masuk, minggir!”
Kaira mencoba menerobos melewati pria bertubuh kekar tadi, namun pria itu menahan lengannya sehingga Kaira menatapnya tajam dan penuh emosi. “Lepaskan aku jika kau tidak ingin menyesal.”
“Maafkan saya Nyonya. Tapi ini adalah perintah.”
“Aku tidak peduli dengan perintah siapapun. Lepaskan aku dan biarkan aku masuk!” kesalnya hingga tak segan meninggikan suaranya. Namun penjaga tadi masih menahan lengan kanan Kaira.
“Lepaskan dia.” Pinta Kairo yang datang dan langsung dituruti oleh penjaga tadi.
Pria berjas hitam tadi langsung memberikan hormat kepada Kairo dan tak bisa berkutik lagi. Sedangkan Kaira masih menatap tajam ke penjaga tadi.
“Tidak ada perintah yang berlaku di ruangan ini selagi penjara masih kosong. Apa kau baru di sini?” kata Kairo yang menatap lekat namun tatapan nya menunjukkan ketegasan dan ketajaman yang membuat orang lain segan hingga memilih menunduk.
“Iya Tuan. Maafkan saya. Saya hanya mengikuti perintah.”
Kairo berkerut alis mendengarnya. “Perintah siapa?”
“Nyonya Kalindi.”
Cukup lama pria berkemeja putih dengan lengan terlingkis hingga ke siku itu menatap nya tajam. Kairo beralih menatap ke Kaira yang masih berdiri di tempatnya.
“Biarkan dia masuk.” Pinta Kairo yang dibalas anggukan oleh penjaga tadi.
Dengan kesal, Kaira hanya melirik sinis ke penjaga tadi dan segera masuk. Tentu saja Kairo mengikutinya dari belakang dengan langkah santai memperhatikan istrinya yang sibuk berjalan cepat hingga ke ujung lorong dan menyentuh dinding di sana.
Dug! Dug! Dug! Wanita itu memukul dinding abu-abu tadi, lalu menempelkan telinganya dan berharap ada suara yang sama seperti kemarin malam.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Kairo dengan heran dan tatapan yang masih angkuh.
Kaira menoleh ke suaminya dengan tatapan yakin. “Kemarin aku mendengar suara di sini, bukan hanya aku. Tapi penjaga yang berjaga kemarin juga melihatnya.” Sebisa mungkin Kaira menjelaskan nya kepada Kairo dengan detail.
Bahkan dia juga mengatakan soal Kalindi yang datang tiba-tiba dan mencurigakan. Tak lupa juga, Kaira mengatakan soal amplop merah yang harusnya dia serahkan kepada Kairo.
Pria itu terdiam berkernyit kening. -‘Elon mengatakan tidak ada sesuatu selain ruang rahasia yang tidak terlihat di peta mansion?’ batin Kairo sehingga Kaira menatapnya heran.
“Dan ada pin— ”
“Tuan Kairo!” panggil seorang pelayan wanita yang datang menghampiri mereka dan menyela ucapan Kaira.
Saat Kairo menoleh ke pelayan tadi, pelayan itu menunduk. “Tuan Raziq sudah datang. Anda diminta menemuinya di ruang keluarga.” Jelas pelayan tadi setelah itu dia pergi.
Kairo masih terlihat kesal. Mendengar pamannya sudah kembali dari luar, dia langsung saja pergi meninggalkan Kaira di sana. Karena ada sesuatu yang harus dia katakan kepada Raziq.
Tak sempat menghentikan suaminya, Kaira hanya mendengus kecil dan segera menuju ke pintu tersembunyi, untuk memastikan bahwa pintu tersebut masih aktif, agar dia bisa memberikan bukti kepada Kairo.
Namun saat Kaira mencoba membukanya. “Emmm... Kenapa tidak bisa— ”
Wanita itu mencoba mendorong dan menariknya, apapun caranya untuk bisa membukanya, namun ternyata pintu itu sudah tak bisa dibuka.
Napas Kaira langsung naik turun hingga ia menempelkan keningnya di dinding yang dingin itu, seolah ia benar-benar putus asa karena selalu gagal dalam hal seperti ini. “Aku tidak akan bisa melawannya... Aku akan mati di sini.” Gumam Kaira yang kini bingung harus apa.
Ia menatap dinding itu, lalu kembali ke dinding sebelumnya dan menatap nya lekat seraya menyentuhnya dengan telapak tangan kirinya.
Dug! Dug! Dug!
Ia memukulnya lagi, dan dari dalam. Sri yang mendengarnya sejak tadi, dia hanya bisa menangis saat tak bisa membalas ataupun berteriak. Ya! Kalindi belum membunuhnya, namun dia mengurung nya dan mengikatnya erat di sudut ruangan, agar tak bisa lagi membuat gaduh.
“Aku berharap ada seseorang di sini.” Gumam pelan Kaira yang terlihat lemas karena bingung.
Ia hanya pasrah dan pergi dari sana saat tak ada balasan ataupun suara yang terdengar dari balik dinding.
...***...
Di ruang keluarga. Kini Raziq berkumpul bersama Kairo, Caesar dan Kalindi. Tentu untuk berunding sesuatu yang harus segera dituntaskan olehnya.
“Aku senang kau kembali, situasi di sini sangat berat untuk kujalani sendiri!” ucal Kalindi tersenyum lebar menatap Raziq yang hanya memberinya tatapan datar.
“Saat aku ke luar negeri. Aku sudah berdiskusi dengan beberapa keturunan bangsawan di sana. Masa depan Archipelago harus tetap berlanjut hingga aku meninggal.” Ucap Raziq dengan serius.
Pria itu menatap ke Kairo, dimana ia juga menatap balik pamannya.
“Kairo, sebaiknya kau segera menandatangani surat itu atau aku terpaksa harus menurunkannya ke Caesar. Seharusnya aku tidak ingin dan tidak berani mengganti wasiat kakakku. Tapi demi Archipelago Attar, aku akan melakukannya. Keputusan ada di tangan mu sekarang.” Jelasnya yang kini membuat Kairo terdiam.
Sementara Kalindi tersenyum tertahan dan tak sabar bila Caesar yang akan dijadikan pewaris, agar dia bisa ikut menguasai tempat itu dan menjadikan putranya sebagai mobil yang dia setir.
kita lihat reaksi rasiq & kalindi selanjut nya & tindakan apa yg kairo akan lakukan buat para penghianat2 itu..