kisah yang dibuat dengan kejadian yang terjadi di dunia nyata dan bisa dikatakan sebagai Fiksi tapi jadi kenyataan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasanah Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi dari rumah
Kehebohan di sekolah
karena melihat wajah Maya yang lebam dan kemerahan seperti bekas gambar tangan dipipinya dan juga darah yang masih saja mengalir karena sudut bibir Maya sobek karena tamparan keras yang diberikan oleh Rini.
Senyum penuh kemenangan terbit dibibir Sindy saat melihat keadaan Maya yang begitu menyedihkan, namun Sindy tak tahu bagaimana keadaan bibinya yang babak belur oleh tinjuan Maya, bahkan Sindy juga akan merasakan apa yang dirasa kan oleh bibinya itu.
Dengan percaya dirinya Sindy berdiri dan mendekati Maya yang sedang berdiri di depan pintu kelas dengan keluguannya, Sindy tak menyadari dengan apa yang ada dihadapannya saat ini, dengan gayanya ia menceramahi Maya dan mencaci maki Maya dengan penuh semangat.
"Lu tuh kalo jadi cewek jangan kegatelan, dan jangan sok jual mahal deh..." Ucapnya sambil tersenyum sinis pada Maya, dan Maya hanya menatap dingin kearah Sindy dan tak berminat untuk membalas senyum itu.
"Terus lu mau cari masalah sama gue, heh?!" Tanya Maya datar sambil menaikkan satu alis nya.
"Halah..! Palingan juga cuma bisa nangis aja kalo gue hajar lu, jangan sok jago deh lu.. !" Jawab nya tak segan-segan walaupun disana banyak mata yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi dengan kelakuannya itu.
"Heh..!" Maya tertawa
miring saat mendengar ucapan
Sindy yang meremehkan
dirinya.
" Lu gak akan bisa apa-apa lagi May, karena sebentar lagi kak Irwan akan menjadi milik gue setelah Bu Rini marahin lu..!" Ucapnya kelepasan dan berharap semua orang tak mendengarnya.
" Kenapa?"
" Keceplosan ya nyai, telat semua orang udah'denger ancaman lu ke gue ngapain pake kaget segala,, dan jangan pernah berharap ini semua cuman mimpi, karena sebentar lagi lu akan terbangun dari mimpi indah lu." Tambah Maya lagi dengan ekspresi wajah yang tak bisa diartikan.
" Apa maksud lu, heh!" Tanya Sindy penasaran.
" Gue peringatin sama lu, jangan pernah berharap untuk bisa mendapatkan hati Irwan karena dia udah jadi milik gue!!" Peringat Maya, seraya tangannya menunjuk ke arah
wajah Sindy.
"Harusnya lu yang jangan pernah mimpi jadi pacarnya kak Irwan, karena udah jadi milik gue sepenuhnya.." Jawab Sindy tak mau kalah.
Dan..!! satu pukulan keras mendarat diwajah mulus Sindy.
BUGH!!
Sindy yang tak menyangka akan mendapatkan pukulan keras dari Maya, hanya bisa tertegun dan meringis kesakitan dan dari hidungnya mengalir darah segar.
"Itu balasannya klo lu gak mau dengerin kata-kata gue, dan malah cari masalah sama gue..!" Ucapnya dengan nada tinggi.
Setelah itu Maya pun segera duduk di bangkunya dan membiarkan Sindy yang masih terpaku ditempatnya sambil merenung sesekali ia menangis.
"Bawa dia ke UKS obatin jangan sampai nama baik sekolah hancur hanya karena gue pukulin dia..." Perintah Maya pada teman-temannya dan mereka pun mengangguk patuh dan segera membawa Sindy ke UKS.
Maya masih memberi kesempatan kepada Sindy untuk berubah, dan ia masih memiliki belas kasihan dan menjaga nama baik sekolah nya, dia tak mau kalo dirinya disebut tukang nindas orang hanya karena masalah sepele saja tapi satu sekolah harus kena imbasnya dan dia tak mau hal itu terjadi.
Setelah pelajaran pertama selesai bel istirahat pun berbunyi dan satu persatu siswa dan siswi keluar dari kelas dan pergi ke kantin, semua mata tertuju pada Maya yang sedang berjalan menuju kekantin dan berita tentang Sindy dan Bu Rin yang dihajar oleh Maya tersebar dilingkungan sekolah dan mereka memuji dengan sikap Maya yang masih memiliki rasa kasihan pada Sindy dan juga Bu Rini.
Sementara yang sedang menjadi pusat perhatian hanya menatap dingin kearah mereka dan tak perduli dengan tatapan dan bisik-bisik tentang dirinya itu ia lebih memilih melanjutkan kegiatan makannya lalu pergi meninggalkan kantin menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas Maya
segera mengobati luka di wajahnya dan mengoleskan sedikit makeup hanya untuk sekedar menutupi memar di kedua pipinya itu, dan setelahnya ia lanjutkan dengan membaca buku favoritnya.
Dan tak lama kemudian jam pelajaran kedua pun tiba Maya yang sudah duduk di bangkunya hanya fokus menunggu kedatangan guru serta teman-temannya yang lain. " Dek!" Panggil pria itu sambil mendekati Maya.
Maya yang mendengar ada seseorang memanggilnya segera menengok dan terkejut kala ia melihat kedatangan gurunya itu, tidak lain tidak bukan ialah Irwan dia yang ditugaskan untuk mengisi pelajaran dikelas IPS 1 yakni kelas Maya.
"Iya kak."
"Ada apa?!" Tambah Maya lagi dengan ekspresi wajah penasaran.
"Ga ada apa-apa kok dek, cuma mau lihat keadaan kamu aja.." Jawab Irwan sambil mendekati bangku Maya.
" Oohh.., Aku baik-baik aja kok kak.,.Lagian lukanya juga gak seberapa jadi masih oke-oke aja." pungkasnya seraya
tersenyum manis pada Irwan.
Irwan pun mengangguk paham lalu segera melangkah ke arah meja guru dan duduk dengan manis disana sambil sesekali memperhatikan Maya yang masih sibuk dengan lukanya.
Tak lama kemudian semua teman-temannya kembali ke kelasnya dan pelajaran kedua pun dimulai semua murid dengan khusyuk mengerjakan soal-soal yang sudah diberikan oleh Irwan.
Bunyi bel yang nyaring sebagai tanda waktu bubaran sekolah telah tiba, dengan cepat mereka membereskan buku
buku mereka dan menyerahkan tugas yang tadi mereka kerjakan, setelah selesai mereka pun diperbolehkan untuk pulang.
Sementara Maya menunggu Irwan yang sedang membereskan tasnya di ruangannya dan setelahnya mereka pun pulang bersama, disepanjang perjalanan mereka berdua saling berbagi canda tawa dan tepat saat akan hampir sampai di rumah mereka berdua berhenti sebentar untuk membeli Ice cream di tempat langganan Maya yang kebetulan lewat disana.
" Kang dua ya!" Ucap Irwan sambil Tersenyum ramah kearah penjual Ice cream tersebut.
"Siap den..!" Jawab kang Ade sumeringah dan dengan telaten beliau membungkuskan dua mangkuk Ice cream coklat.
"Monggo silahkan dinikmati Den, Non Ice creamnya..!"' Ucap kang Ade sembari menyodorkan dua mangkuk sedang yang berisi Ice cream pesanannya.
"Hatur nuhun kang..." Jawab Maya sambil tersenyum dan matanya berbinar-binar ketika melihat Ice cream ingin rasanya ia menghabiskan bersama dengan mangkuk-mangkuknya saking sukanya ia dengan Ice cream buatan kang Ade itu.
" Sama-sama Non.... Oh ya Aden ini pacarnya Non Maya ya..?!" Tanya kang Ade penasaran.
" Iya kang, saya pacarnya Neng Maya..." Jawab Irwan membuat Maya tersendak dengan jawaban Irwan tadi yang diluar nurul.
Uhuk!!
Uhuk!
"Makanya hati-hati kalo makan.." Khawatir Irwan sambil memberikan air kepada
Maya.
BUGH!!
" Aawww... Sakit tau yank, main pukul aja..!" Ringis Irwan sambil mengusap tangannya yang terkena pukulan keras dari Maya tadi.
"Salah sendiri...makanya kalo apa-apa itu dipikirin dulu jangan asal ceplas-ceplos geura.." gerutu Maya sambil menyendok Ice cream miliknya yang tinggal sedikit lagi sementara Irwan ia sudah selesai menghabiskan Ice creamnya.
" Iya-iyaaa.. maaf, ya udah yuk! udah beres belum?!" Ajak Irwan sambil membayar Ice cream mereka berdua.
"Dah yuk!" Jawab Maya singkat sambil menatap kearah Irwan sudah lebih dulu selesai.
Setelahnya mereka pun segera melanjutkan perjalanan menuju rumah Maya yang hanya tinggal beberapa menit lagi.
Tak lama kemudian mereka berdua pun sampai di rumah." Assalamualaikum BUNDA!!" Teriak Maya sambil berlari menuju pintu rumah yang terbuka.
" Wa'alaikum salam kak... Bisa gak sih gak usah teriak teriak..INI BUKAN HUTAN TAU!!" Teriak Bu Henny tak kalah keras, membuat pak Indro dan Ayu yang melihat tingkah laku Bu Henny dan Maya hanya bisa geleng-geleng kepala, begitu juga dengan Irwan, ia yang berada diluar hanya tersenyum
sambil geleng-geleng kepala saja.
"Hehehe... Maaf bunda, ayah Udah pulang belum Bun?1" Tanya Maya setelah mencium
tangan bundanya.
" Udah pulang tadi, kamu dianter sama siapa?!" Tanya Bu Henny.
" Sama Irwan kah?" Tambah Bu Henny lagi.
Iya sama kak Irwan, emang sama siapa lagi Bun kalo gak sama kak Irwan... pertanyaan bunda aneh benget sih.." ucap Maya kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"lihh.. cuma tanya aja, langsung cemberutnya minta ampun.!" Jawab Bu Henny sambil mencubit pipi Maya dengan gemas.
Tak lama kemudian Irwan datang dan menghampiri Bu Henny yang sedang mencubiti pipi Maya dengan penuh rasa cinta itu langsung tersenyum kala melihat sosok Irwan dibelakang Maya, lalu menyuruh Maya dan Irwan masuk kedalam rumah, dan tentunya sebelum masuk Irwan terlebih dahulu menyalami tangan Bu Henny dan segera menyusul Maya kedalam.
" Ayah!!! Kakak!!!"' Teriak Maya sambil berlari memeluk sang ayah dan juga Ayu yang sedang duduk diruang tengah sambil menonton TV dengan ekspresi wajah yang serius.
"Duuhhh anak ayah udah pulang..!"' Sambut pak Indro sambil membalas pelukan Maya.
Begitu juga dengan Ayu. "Aahhh adikku yang cantik udah Dateng...!!!" Sambut Ayu tak kalah hebohnya.
"Assalamualaikum yah.. kak..!" Ucap Irwan sambil tersenyum kearah pak Indro dan Ayu, lalu disambut dengan
hangat dan senang.
Sementara Maya ia langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya, setelahnya Maya pun segera pergi kedapur untuk membuat minuman.
"Eh ada bunda ternyata..!" Sapa Maya dan langsung disambut dengan senyuman dari Bu Henny yang sedang membuat adonan donat kentang andalannya.
"Kak, nanti malam bakalan ada yang Dateng kerumah...!" Terang Bu Henny sambil melirik pada Maya yang termenung.
Emang nya siapa Bun?!" Tanya Maya penasaran.
" Calon suami kakak kamu.. katanya mau Dateng malam ini yaaa...katanya sih mau ngelamar Ayu..." Jelas Bu Henny sambil mencuci tangannya yang penuh dengan bekas terigu.
"Oohh.. gitu ya, Ok deh kalo gitu.!" Ucap Maya sambil tersenyum senang saat mendengar sang kakak akan dilamar.
" Sendiri datengnya atau sama keluarganya Bun?!" Tanya Maya lagi penasaran.
"Yaaa.. sama keluarganya lah sayang...! Kamu tuh ya kalo nanya kok yang enggak-enggak sih..!" Jawab Bu Henny sedikit kesal sekaligus gemas dengan sifat Maya yang sedikit kekanak-kanakan dan oon.
"Hehehe...iya maaf Bun..!" Jawab Maya dengan wajah tanpa dosa.
***
Malamnya suasana menjadi tegang kala orang yang mereka tunggu-tunggu telah datang, disana juga hadir Irwan dan juga Maya yang saling bersandingan, dan depan mereka keluarga calon suami kakaknya yang disebut-sebut sebagai pemilik perusahaan terkenal di kota ini mereka adalah keluarga Marshel Wijaya saat melihat sifat mereka bertolak belakang dan menganggap remeh keluarga Baskoro.
" Jadi ini keluarga calon istri kamu vie..?!" Tanya Anna ibunya Yovie dengan angkuhnya dan menatap sinis pada Ayu dan yang lainnya.
"Hai ganteng..! Kenalin aku Tina...nama kamu siapa?!" Sapa gadis itu dengan penuh percaya diri mendekati Irwan sambil tersenyum menggoda kearah Irwan dan memainkan rambutnya yang pirang.
Maya yang mendengar itu langsung merah padam, reflek Maya menggenggam tangan Irwan dan memanggil Irwan dengan mesra. "Sayang...kamu udah laper belum...?T" Tanya Maya dengan manja pada Irwan, Irwan yang mendengar panggilan sayang dari Maya sempat terpaku tapi detik berikutnya seulas senyuman manis terbit dibibir pria itu sambil mendekati Maya ia langsung menjawab pelan.
"Udah laper banget, boleh gak sekalian aku makan kamunya...?" Jawaban Irwan membuat Maya panas dingin.
Sementara itu Bu Henny dan pak Indro hanya tersenyum melihat aksi mereka berdua dan mereka tau apa tujuannya Maya dan Irwan melakukan itu, sementara itu Tina hanya bisa tertegun dan malu tatkala dirinya tak dianggap ada oleh Irwan.
"Jadi bagaimana pak Marshel...!!"' Tanya pak Indro tegas.
"Kita batalkan saja acara lamaran ini, karena saya rasa Yovie tidak cocok harus memiliki istri dari keluarga seperti ini dan harus yang sederajat dan sekasta dengan keluarga kami..." Terang pak Marshel dengan angkuhnya sambil tersenyum sinis pada pak Indro.
"Ya lebih bagus dibatalkan
dari pada saya memiliki
menantu dan juga besan seperti
kalian, lebih baik kita batalkan acara lamarannya..!" ucap pak
Indro tegas.
"Ya aku setuju dan lagi aku juga tak Sudi memiliki menantu juga besan seperti mu!! yang sangat rendahan!" Sinis Marshel pada Indro yang sudah merah padam wajahnya.
Tangannya terkepal kuat, cibiran dan segala tuduhan yang dilontarkan dari mulut pedas Anna membuat Bu Henny tak bisa tinggal diam akhirnya terjadilah adu mulut juga aksi saling menjambak satu sama lain yang bapak-bapak pun tak mau kalah dengan para dua ibu itu merekapun ikut bertengkar seperti diarena pertarungan.
Sementara Maya yang duduk disudut ruangan ditemani oleh Irwan hanya bisa menyaksikan apa yang sedang terjadi dihadapan matanya saat ini, tiba-tiba terdengar suara gelas yang dibanting keras oleh seseorang.
PYARRR!!
Dan disusul dengan kata kata kasar yang keluar dari mulut ayahnya juga Ayu yang sedang bertengkar dengan Yovie, keadaan semakin menegang kala Irwan melesatkan sebuah peluru kearah gelas kaca yang sedang dipegang oleh Tina dan berniat untuk melempar gelas itu kearah kepala Ayu namun belum sempat gelas itu sampai pada target gelas itu telah pecah terlebih dahulu.
DORR!!
PYARRR!!
Sementara Maya yang mendengar pertengkaran itu semakin tak bisa mengendalikan rasa sakit yang ia rasakan pada kepalanya juga mentalnya yang perlahan mulai terganggu dan dia pun berlari sambil memegangi kepalanya lalu berteriak sekencang kencangnya sambil terus berlari menuju kamarnya lalu ia menangis dan pergi lewat jendela kamarnya dia sudah tak kuat lagi menahan sakit dikepalanya terlihat dari hidungnya mengalir darah segar keluar perlahan tapi tidak dia hiraukan masih dengan Isak tangis nya yang begitu menyayat
hati.
terusin donk!!!