Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Aska menatap ayahnya dengan tatapan Nanar, dia tidak menyangka jika dia dan keluarganya begitu menyakiti adik kandungnya itu tanpa perasaan, dan dia baru menyadarinya dan itu membuat dadanya terasa sangat sesak tapi semuanya sudah terlambat
"Dia adik kandung Aska ayah, anak kandung keluarga ini, apa kalian semua tidak sadar, kalau kalian semua menyakitinya selama ini??". Teriak Aska dengan penuh emosi.
Matanya menatap nyalang semua anggota keluarganya, hatinya sangat sakit mengingat semua perbuatan mereka pada adik perempuan satu-satunya itu, dia seakan lupa jika dia juga melakukan hal yang sama pada sang adik
Marsya menatap aska dengan penuh emosi tapi dia berusaha menahannya, dia tak mau memperlihatkannya, dia harus tetap tenang agar dia tetap menjadi kesayangan di keluarga ini.
"Maafin aku kak Aska, ini semua gara-gara aku, aku salah, aku akan pergi dari sini jika kak Aska menganggap aku yang menjadi penyebab perginya Rere dari sini". Tangis pura-pura Marsya semakin kencang.
Dia berusaha mencari simpati dari keluarganya agar dia tetap menjadi kesayangan keluarga
Melihat itu ketiga lelaki itu menatap tajam kearah Aska, mereka tidak suka jika Aska membuat Marsya menangis.
"Dia sendiri yang memutuskan pergi kak Aska, tak ada yang mengusirnya, dia hanya mau mencari simpati kita semua agar kita membenci Marsya, kakak termakan dengan tipu dayanya". Rafa menatap sang kakak dengan santai.
Aska yang mendengar itu meradang, bisa-bisanya mereka mengatakan hal itu tentang Rere padahal selama ini dia tidak pernah melakukannya.
Bugh". Aska langsung memberikan Bogeman mentah untuk sang adik.
"Aska". Teriak mereka semua melihat apa yang terjadi.
"Apa??". Murka Aska dengan tatapan nyalang.
Dia tidak terima jika adiknya mengatakan hal keterlaluan seperti itu tentang Rere.
"Jangan keterlaluan kamu Aska, dia itu adik kamu, kenapa kamu memukulnya begitu?? ". Murka pak Rauf.
Dia menatap marah pada anak tertuanya itu, dia tidak terima anaknya itu memukul adiknya karena membela Rere.
"Dia tidak berhak mengatakan tentang hal itu pada Rere, dia selama ini selalu mengalah pada kita, bahkan di rumah ini, hanya dia satu-satunya tamatan SMA sedangkan kita semua lulusan sarjana, ayah mampu menguliahkannya tapi tak melakukannya, dia bahkan selalu sekolah di sekolah negeri bukan di sekolah swasta bergengsi seperti kita semua, padahal dia juga anak kandung, anak kandung keluarga ini, kalian semua tidak sadar kalau kalian semua memperlakukan dirinya bagai anak angkat yang hanya bisa menyusahkan padahal bahkan sejak dia selesai SMA dia menghidupi dirinya sendiri dan membantu keuangan rumah". Emosi Aska tak tertahankan
Airmata nya terjatuh tanpa diminta, dia mengingat jelas bagaimana terlukanya adiknya saat mereka begitu memanjakan Marsya yang anak angkat melebihi anak kandung sedangkan Rere harus berjuang untuk dirinya sendiri selama ini tanpa ada tangan dan pelukan yang menyambutnya
Dia baru sadar betapa jahatnya dia dan keluarganya pada Rere selama ini.
"Aku tidak mengatakan untuk mengusir Marsya dari sini, aku hanya mengatakan jika dia harusnya membantu ibu tanpa diberitahu, kita para lelaki bekerja diluar tapi tak pernah membantu ibu dalam hal apapun kecuali keuangan rumah sedangkan Rere??, Rere juga bekerja tapi dia yang selama ini membantu ibu, dia bangun lebih pagi dari ibu, dia mencuci, membersihkan rumah, dan menyetrika pakaian kita semua, tapi Marsya??, dia selama ini tidak bekerja dan tanya dia, tanya dia!!, apa yang dia lakukan selama dirumah??, harusnya dia lebih sadar diri daripada Rere karena dia yang anak angkat disin!". Aska meninggalkan semua orang yang terpaku mendengar perkataannya.
Bu Lastri kini meneteskan air matanya, dia baru ingat jika selama ini yang dikatakan aska benar, Rere selalu membantunya tanpa banyak kata dan melawan, bahkan ketika mereka terus menerus menyakitinya dan membedakannya dengan Marsya.
Hiks.. hiks.. tangis Marsya terdengar,
Dia tidak mau jika mereka semua terpengaruh perkataan Aska tentang Rere, dia tidak akan membiarkan dirinya terancam di rumah ini, dia akan buat Aska juga keluar dari rumah ini bagaimanapun caranya.
"Maafin aku, maafin aku, semua ini salahku, semua ini salahku". Teriaknya dengan tangis buaya, dia bahkan memukul-mukul dadanya seperti orang yang sesak untuk menarik perhatian mereka.
Mereka langsung tersentak dan menghampiri Marsya, mereka khawatir jika Marsya sakit karena masalah ini.
Bu Lastri yang tadinya memikirkan anak kandungnya langsung melupakannya karena melihat Marsya yang terluka.
"Sudah, tidak apa-apa dek, tidak usah diambil hati ucapan kak Aska itu, kamu cukup bantu ibu saja, tidak perlu pikirkan perkataannya tentang Rere, bagi kami kamu yang utama". Ucap Adam mengelus kepala sang adik dengan sayang.
"Benar nak, tidak usah pikirkan ucapan Aska, kamu seperti biasa saja, tapi jangan lupa bantu ibumu, kasian dia, ibumu kan sudah tua". Ucap Sang ayah dengan pelan.
Marsya mengepalkan tangannya, mereka memang tidak mengusirnya dan tetap menyayanginya, tapi menyuruhnya menjadi babu yang harus membantu ibunya padahal selama ini dia seperti ratu.
"Iya kak, ayah, aku akan melakukannya". Ucapnya tersenyum pura-pura.
Mereka semua tersenyum mendengar apa yang dikatakan Marsya barusan, Aska saja yang menurut mereka berlebihan
" Bu, ayah, kakak, gimana kalau kita ambil pembantu??, aku diterima bekerja di bank, aku seperti nya tidak sempat bantu ibu, aku juga kasihan sama ibu kalau ibu kerja". Marsya menatap mereka dengan wajah memelas.
Dia harus menarik simpati dari keluarga sebanyak mungkin agar statusnya aman dirumah ini tanpa banyak kata.
"Kamu serius diterima kerja diBank nak?? ". Tanya sang ayah dengan bangga.
Dia sudah lama menanti sang anak mendapatkan pekerjaan, dia selalu ingin anaknya mendapatkan pekerjaan mentereng karena diantara semua anaknya sekolah Marsya lah yang paling bergengsi
"Iya ayah, aku tadi mendapatkan panggilan kerja, aku khawatir pekerjaanku keteteran kalau bantu ibu dulu, makanya aku bilang sebaiknya kita sewa pembantu saja supaya ibu juga lebih enteng, hanya memasak untuk sarapan dan juga makan malam kita". Marsya berusaha menyakinkan mereka karena dia tidak mau disuruh-suruh mengerjakan pekerjaan rumah.
"Iya juga sih, bekerja di bank itu pulangnya sampai malam banget kadang-kadang, apalagi kalau mau tutup buku akhir tahun dan juga penerimaan gaji, bolehlah, kita patungan untuk bayar, tidak banyak juga kan??". Adam tersenyum membayangkan sang adik bekerja.
"Iya kak". Ucapnya dengan senyum paksa.
Dia sebenarnya malas membantu, mereka kan memberinya jatah jadi itu yang akan dia berikan pada ibunya tanpa mengeluarkan sedikitpun uangnya.
Ibunya hanya tersenyum, walau dia mulai memikirkan Rere anak kandungnya yang entah bagaimana nasibnya sekarang. Dia merasa bersalah padanya, dia tahu ini semua salahnya juga.
"Bagaimana keadaan kamu nak??". cicitnya dalam hati