Niat hati ingin mengugurkan kandungannya, malah bertemu ayah janin yang ia kandung. Lusi Caisa Vanholand, CEO wanita muda yang menghabiskan malam dengan Gasan Samiel Pedros seorang dokter spesialis kandungan dan anak namun memilih tidak ingin mempertahankan hasil benih semalam yang mereka lakukan. Bagaimana Gasan memperlakukan pasiennya itu? Apakah dia mampu memaksa Lusi untuk mempertahankan calon anak mereka? Bagaimana sikap Lusi dengan pemaksaan yang akan dilakukan Gasan padanya? Dukung novel ini agar mendapatkan retensi terbaik dan masuk menjadi novel pilihan pembaca! Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GAGAL ABORSI?
Lusi terdiam sambil tetap menatap langit langit ruangan perawatan tanpa memperdulikan sensasi dingin diperutnya efek gel saat proses USG berjalan.
Hingga terdengar suara detak jantung dari monitor layar hasil USG.
Dub...dub...dub..
Detak jantung bersaudaran dengan irama berbeda.
Gasan yang melihat monitor detak jantung serta layar USG terkejut.
"Kamu hamil anak kembar" ucapnya.
Lusi yang penasaran langsung menoleh kearah layar disamping dan melihat 2 titik didalam rahimnya serta melihat naik turun garis yang merupakan irama detak jantung bayi.
"Aku hamil anak kembar" batinnya dengan perasaan aneh yang tidak ia kira akan merasakan hal ini.
"Semuanya normal" jelas Gasan lagi.
"Usia janin sudah masuk 8 minggu" lanjut sang dokter.
Dan tiba tiba Gasan terdiam dan menatap Lusi dengan tatapan minta diberi penjelasan karena ia mengingat kembali moment malam mereka bersama juga terjadi sekitar 6/7 minggu yang lalu.
Usia kandungan juga dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Usia kehamilan dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir. Bisa jadi saat Lusi terkena ramuan gila gairah itu, ia sedang masa subur, sekitar satu minggu atau lebih beberapa hari setelah selesai datang bulan.
"Dia anakku?" tanya Gasan dengan serius dan nada rendah.
Buru buru Lusi mendudukan dirinya dan membenarkan bajunya tanpa membersihkan dulu gel dibagian perut.
Saat hendak turun dari brankar tanpa menjawab pertanyaan Gasan, tangannya kembali di cengkram oleh sang dokter.
"Katakan..apakah ini anakku?" tanya Gasan dengan nada menahan marah serta menguatkan cengkramannya di lengan pasien.
"AAAAW! SAKIT! KAMU DOKTER APA PREMAN HAH??" teriak Lusi yang merasa kesakitan dicengkram oleh dokter kandungannya.
Mendengar teriakan itu, Gasan melonggarkan cengkramannya tapi tetap menahan tangan Lusi.
"Jawab, Lusi. Apakah ini anakku?" tanya Gasan lebih lembut.
Lelah di tanya seperti itu, akhirnya Lusi pun menjawab lantang dengan pernyataan yang menohok.
"KALAU INI ANAKMU KENAPA HAH? KAMU TIDAK MEMILIKI HAK UNTUK MENGAKUINYA SEBAGAI ANAKMU! DAN AKU TIDAK MEMBUTUHKAN TANGGUNG JAWABMU! DASAR DOKTER GADUNGAN!" teriaknya sambil menghentakkan tangan Gasan hingga berhasil terlepas dari lengannya.
Lalu ia berhasil berdiri dan berniat berlari menuju pintu ruangan namun lagi lagi gerakan Gasan lebih cepat menahannya hingga wanita itu hampir menabrak tubuh gagah sang dokter jika Gasan tak menahannya.
"LEPASKAN AKU!!" teriak Lusi mengamuk.
"Aku tidak akan melepaskanmu jika akan menggugurkan kandungan ini" sahut Gasan dengan tegas.
Lusi pun tiba tiba mual dan akhirnya memuntahkan isi perutnya di baju Gasan.
"HUEEEEK!!!"
Kini jas putih dokter terkena muntahan.
Gasan tak bergeming atau sengaja menghindar.
Lusi memegang kedua tangan pria itu untuk menahan dirinya membungkuk.
"HUEEK!!"
Muntahan kedua keluar mengenai pakaiannya juga lalu wanita itu terhuyung kebelakang dan ditahan oleh Gasan.
Grep.
Wanita itu digendong oleh sang dokter untuk duduk di brankar lagi.
"Jangan berulah lagi. Duduk dengan tenang disini, aku akan mengambilkan handuk" ujar Gasan.
Lusi yang seketika kehilangan tenanganya tak meronta.
"Kenapa dengan tubuhku? Kenapa aku menjadi selemah ini?" batinnya.
Tak lama kemudian, Gasan kembali dengan handuk ditangan serta penampilannya yang sudah tidak memakai jas dokter.
"Pakailah ini untuk mengusap mulut dan bajumu" minta Gasan sambil memberikan handuk yang ia bawa tapi Lusi masih tidak ingin menerima kebaikan dokter kandungannya.
"Ambil atau aku yang membersihkan muntahanmu" ancam Gasan lalu Lusi langsung mengambil handuk itu dengan kasar.
Wanita itu membersihkan wajah serta bajunya.
Sambil menunggu Lusi, Gasan menuliskan resep obat serta vitamin untuk memperkuat kehamilan serta menghilangan mual muntah pusing letih dan lesu di mejanya.
Setelah itu ia kembali berhadapan dengan Lusi.
"Ini resep obatnya agar kamu tidak terlalu sering mual dan muntah seperti ini. Bisa mengurangi gejala kehamilan muda" ujar Gasan.
"Aku tidak membutuhkannya" sahut Lusi cuek.
Gasan melangkahkan kakinya mendekati wanita itu hingga berjarak 1 langkah.
"Jika kamu ingat apa yang kamu katakan malam itu bahwa kamu tidak akan hamil, aku cukup mempercayaimu sehingga aku tidak perlu mencarimu untuk bertanggung jawab. Namun ternyata kehamilan ini terjadi dan kamu berada dihadapanku mengatakan untuk aborsi" ujar dokter kandungan itu.
"Bagaimana perasaan mu jika kamu seorang dokter kandungan dan ternyata kamu sudah menghamili wanita yang ingin menghilangkan calon bayimu yang sudah memiliki detak jantung? Aku tidak setega itu" lanjutnya.
Kali ini Gasan mengatakannya dengan lembut dan nada yang tidak terkesan tinggi.
Lusi mendengarkannya.
"Terus apa mau mu hah? Aku tidak ingin menikah denganmu hanya untuk bayi ini" sahut wanita itu.
"Lagipula, aku adalah wanita karir. Adanya anak akan membuatku sulit kesana kemari untuk membangun perusahaan yang aku pimpin. Lagi pula bukan cuma 1 bayi tapi 2" lanjutnya.
Gasan mencerna omongan Lusi.
"Aku bisa membawa mereka berdua setelah lahir untuk hidup bersamaku dan kamu tidak perlu mengurusnya" sahut sang dokter.
"Kamu ingin aku jadi wanita jahat dan kejam untuk mereka? Terus kamu ingin aku jadi ibu yang membuang anaknya sendiri setelah lahir? Bagaimana orang orang melihatku nantinya?" serang Lusi.
"Lebih baik kamu membuang mereka saat lahir kepada ayahnya yang akan bertanggung jawab daripada tidak memberikan mereka kesempatan untuk hidup. Intinya kamu tetap bisa berkarir meskipun memutuskan melahirkan mereka" sahut Gasan.
Lusi terdiam sejenak dan mencerna omongan dokter didepannya yang ia kira pria bayaran.
"Bagaimana? Apakah kamu akan bertahan selama 7 bulan lagi untuk kehamilan ini hingga melahirkan? Setelah itu kamu akan kembali menjadi wanita karir yang kamu inginkan tanpa harus terlibat lagi dengan anak anak yang kamu lahirkan" bujuk Gasan.
"Hmmm..akan aku pikirkan terlebih dahulu" sahut Lusi ragu.
"Ya pikirkan dulu sebelum memutuskannya. Yang terpenting jangan sampai kamu menghilangkan mereka tanpa seizin ku. Aku ayahnya dan aku memiliki hak untuk memutuskannya juga. Lagipula, aku bisa melakukan tes DNA kepada mereka saat ini untuk mempertahankan mereka secara hukum jika kamu bersikukuh melakukan aborsi saat keadaan kandungan baik baik saja" jelas Gasan.
Lisa lagi lagi diam dan menatap pria didepannya dengan tatapan tidak suka.
Setelah beberapa saat saling diam, akhirnya Lusi meminta izin untuk pulang.
Pak Leos sudah menunggunya di parkiran rumah sakit.
"Beri aku waktu sampai besok. Aku akan segera memutuskannya" ucap wanita itu lalu turun dari brankar.
"Biarkan aku pergi karena driverku sudah menunggu di parkiran" lanjutnya sambil mendorong tubuh Gasan ke belakang agar memberikannya jalan.
"Aku menunggumu besok. Jika perlu siapkan juga point point yang ingin kamu masukkan dalam kesepakatan ini" sahut Gasan.
Lusi tak menjawab dan keluar ruangan.
Resep yang telah ditulis oleh Gasan masih ditangan dokter itu karena pasien tidak ingin menebusnya.
Ia pun yang menukarkan resep itu atas namanya sendiri tanpa menyebut nama pasien terakhir yang ia terima.
Di dokumen pasien, Gasan hanya menuliskan kondisi rahim baik baik saja tidak ada masalah serius, yang artinya pasien datang untuk mengecek kondisi rahim serta kesuburan.
Setelah Gasan menebusnya, ia segera keluar rumah sakit dan mengejar mobil Lusi karena tadi ia sempat melihat wanita itu masuk ke mobil saat diparkiran.
semangat update nya hehhehehe....