Kemarahan Sang Penghuni

Pak lurah memperhatikan semua warga yang terus berdebat dan meminta nya untuk menghentikan pembangunan itu, tapi Pak lurah tetap terlihat santai tampa terlihat panik sedikit pun. Kemudian dia melihat kepada bawahannya dia memberikan kode lewat mata agar bawahannya menghentikan keributan yang di ciptakan para warga Kampung Legok.

"Tenang sadayana, tong raribut dangukeun heula naon anu bade di carioskeun ku Pak lurah. " (Tenang semuanya, jangan ribut dengarkan dulu apa yang mau di bicarakan sama Pak lurah) Ujar Mang Hasan.

"Perhatosan sadayana.. pembangunan di Kampung Legok teu tiasa di batalkeun da sadayana atos di proses, Bapak sekadar Kepala Desa teu tiasa nyandak keputusan nyalira. Da Bapak ge saukur ngiring parentah jalmi ti luhur.. perkawis sasatoan anu paraeuh sok catetkeun ka Mang Hasan, kin tiap jalmi bakal di pasihan kompensasi kangge ngagentosan sadayana karugian. Sareng urang kudu bungah ku aya pembangunan di Kampung Legok, ku sabab eta jang kemajuan leumbur urang jeung pastina ke bakal loba lowongan gawe jang para warga.. urang kudu atoh ku ayana pembangunan eta. " (Perhatian semuanya.. pembangunan di Kampung Legok tidak bisa di batalkan karna semuanya sudah di proses, Bapak hanya sekedar kepada Desa tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Bapak juga hanya mengikuti perintah orang di atas.. perkara Hewan-hewan yang pada ma-ti catetin ke Mang Hasan, nanti tiap orang bakal di kasih kompensasi buat menggantikan semua kerugian. Dan kita harus gembira dengan adanya pembangunan di Kampung Legok, sebab itu buat kemajuan Desa kita dan pastinya nanti bakal banyak lowongan pekerjaan buat para warga.. kita harus bergembira dengan adanya pembangunan itu) Ujar Pak lurah panjang kali lebar.

Terlihat para warga saling berbisik, dan Mang Ujang mendekati Abah.

"Abah kumaha ceuk Abah? Da ningan keukeuh moal di eureunkeun pembangunan na? " (Abah gimana kata Abah? Kok tetep kukuh gak bakal di berhentikan pembangunan nya)Ujar Mang Ujang.

"Kan ceuk Abah ge naon, moal mungkin di batalkeun jadi tong ngarasa kaduhung ku jawaban Pak lurah" (Kan kata Abah juga apa, gak mungkin di batalkan jadi jangan merasa kecewa sama jawaban Pak lurah) Ujar Abah.

Kemudian para warga terlihat berdiskusi tentang apa yang di katakan Pak lurah pada mereka,meski mereka tidak puas karna pembangunan itu tak di batalkan setidaknya mereka akan mendapatkan ganti rugi atas kematian hewan ternak mereka.

"Kumaha para warga, sok ayeunamah kantun tuturkeun bae cariosan Pak lurah. ?" (Gimana para warga, hayu sekarang tinggal ikutin saja kata Pak lurah) Ujar Mang Hasan.

Abah maju ke depan sebagai wakil dari para warga, karna terus meminta pembangunan itu di berhentikan pun tak mungkin di turuti. Untuk sekarang yang terpenting para warga bisa sedikit terobati rasa marah nya, meski sebenarnya Abah tau bahwa Teror itu tak akan bisa lepas begitu saja buat warga Kampung Legok.

"Abah mah ngiring wae kumaha saena, asal nya we karugian warga di gentosan da sasatoan anu teu aya sanes sakeudik jumlah na lumayan seu'eur. " (Abah ikut aja gimana bagus nya, asal iya aja kerugian warga di gantikan soalnya hewan-hewan yang tidak ada bukan sedikit jumlahnya lumayan banyak) Ujar Abah.

"Ai Abah naha teu percanteun ka Pak lurah? Sok sadaayana kadieu ku Abdi urang catetkeun hiji-hijina saha wae anu sasatoan na maot" (Abah kenapa gak percaya sama Pak lurah? Yuk semuanya kesini sama Saya akan di catatkan satu-satu siapa saja yang hewan nya ma-ti) Ujar Mang Hasan.

Para warga pun berbondong-bondong mengerumuni Mang Hasan mereka mencatat semua jumlah hewan ternak mereka yang telah ma-ti.

"Kahatur sadayana, kanu atos di catetkeun nya jumlah karugian nana kin kantun ngantosan kabar ti desa, kin ti desa bakal aya anu ka Kampung Legok kangge nganterkeun dana kompensasi na ka tiap warga anu karugian" (Teruntuk semuanya, buat yang sudah di catatkan jumlah kerugian nya nanti tinggal tunggu kabar dari desa, nanti dari desa akan ada yang ke Kampung Legok buat nganterin dana konperensi nya ke tiap warga yang kerugian) Ujar Mang Hasan.

Setelah semuanya selesai mencatat kan kerugian mereka para warga dan Abah Kohar bergegas pulang kembali ke Kampung, mereka akan menyampaikan kabar tersebut kepada orang-orang yang tak ikut pergi ke balai desa. Tanpa mereka sadari setelah mereka membubarkan diri dari sana terlihat Pak lurah menyeringai, dan dia bergumam sendiri.

"Dasar para warga bodoh, baru di kasih kata manis sedikit aja langsung pada nurut. biarkan saja ganti rugi nya nanti aja lagian mereka tak akan berani mendesak" Ujar Pak lurah, yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

(Adeuh emang ya Pak lurah kurang asem.. Mak sumpahi nanti malem di datangi sang penghuni hutan Kampung Legok 😖😒😅)