Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6# --Senja-- bersamamu
Senja dan Maru menjadi orang yang paling akhir datang dari sekian banyak anggota kkn 21 di acara pertunangan Mei dan Jingga, begitu pun dengan saat acara sudah selesai, mereka menjadi orang terakhir pula yang pulang selain dari sanak saudara.
Bukan untuk mencuci piring atau beresin sampah, melainkan Senja harus mau menunggu manusia yang kalo makan aja, mesti nunggu sebedug sekali ini. Entah apa yang membuatnya harus sesantai ini mengobrol dengan Jingga, padahal ia sudah mengajaknya untuk pulang dari tadi, masa kkn sudah usai, apa pula yang mereka rapatkan sekarang.
Tau begitu sejak tadi ia pesan ojol, atau memilih pulang bersama Arlan dan Jovi saja. Meskipun sepulang nanti roknya akan sobek karena harus mengangkat tinggi-tinggi. Salahnya yang mengiyakan perjanjian dengan Maru untuk membeli jodoh Jojo bersama, agar sama-sama enak.
Maru dan Senja sudah berada di parkiran mall saat ini. Namun belum sempat turun dari mobil...kembali, Senja tidak memperhitungkan hal itu sebelumnya, ketika dengan santainya Maru membuka kemeja batiknya di depan Senja, menyisakan t shirt putih dan diraihnya topi di jok belakang sebagai pelengkap penampilan, meski stelan bawahnya tetap celana sopan hitam.
"Yuk."
Ia masih terdiam melolong di joknya, "lah, aku baru sadar...masa aku pake kebayaan gini masuk mall, kamu sih enak bisa ganti pakean!" sewotnya merengut.
Sepaket wajah usil yang merona, jakunnya naik turun karena tertawa tanpa suara, "terus gimana jadinya? Disini ngga ada baju cewek soalnya."
Senja masih mengomel karena apa yang dipakainya sekarang, tentang kaos jersey bola Maru yang kegedean di badan Senja dan menenggelamkan gadis itu di dalamnya, untung saja gadis itu memakai celana legging sebagai dala man dari rok batiknya, jika tidak, mungkin sepanjang mengitari mall ia akan berjalan dengan stelan kebaya. Ia memang cinta negri, tapi kalau harus mengitari mall kebayaan, entaran dulu deh!
Kaos jersey sepak bola milik Maru menutupi sampai ke pa ha Senja, alih-alih terlihat aneh, ia justru terlihat modis-modis saja, tidak seperti yang dikhawatirkan gadis itu sebelumnya yang mengatakan dirinya persis orang-orangan sawah.
"Ini pokoknya salah kamu ya, Ru...kalo sampe aku diketawain orang-orang fix kamu yang aku cekek." Omelnya tak digubris Maru. Lelaki itu mengamininya dalam diam, dan reaksi yang ditunjukan hanya menoleh lalu menggeleng saja demi melihat wajah manyun Senja disampingnya sudah keruh dan berpetir, tak ada perlawanan apapun dari Maru yang bisa memicu perdebatan panjang. Sebelum nantinya, mereka akan berdebat hebat pasal jodoh Jojo.
Toko yang menjadi sasaran Maru dan Senja sudah jelas toko mainan, boneka dan souvenir dimana jodoh Jojo berada.
Keduanya langsung masuk saja melewati pintu kaca dan bergabung dengan pengunjung lain memilih-milah barang dagangan diantara keramaian.
Dengan gaya kalem dan coolnya, Maru beberapa kali menunjuk boneka beruang berwarna pink. Mulai dari pink fanta, pink soft, magenta, pink ke merah-merahan, pink nora, pink keunguan, pokoknya pink. Namun tak ada yang diminati oleh Senja saat ini, "dibilangin warna pink warna pelakor, masa kamu tega Jojo dikasih pelakor.." ujarnya tanpa tedeng aling-aling, ucapan itu los dol saja dari mulut Senja tanpa melihat ke sekelilingnya, dimana seorang pengunjung perempuan memakai kaos berwarna pink turut menoleh horor pada Maru dan Senja.
Mau sampai lebaran mo nyet juga ia konsisten memilih warna ungu, dengan berbagai alibi dan fakta unik warna ungu versi dirinya tentunya.
"Ungu tuh setia, Ru." Debatnya berjinjit meraih boneka beruang berwarna ungu di atas rak yang memajang berbagai boneka. Boneka beruang dengan pita di sebelah telinganya.
"Ungu juga lebih unyu tau, lebih kalem...tuh kan, bagus. Jojo pasti suka, cocok sama warna creamnya Jojo, serasi." Ia tersenyum puas dan bangga. Lalu mengarahkan boneka beruang ungu itu ke arah Maru,
"Kenalin papi...namaku Yaya..." ucap Senja, "aku approv Yaya, Ru...no debat. Ngga usah bawa pelakor buat jadi jodoh Jojo lagi. Yaya anak baik-baik loh, soleha...nanti aku pakein jilbab."
Lihat kan? Dunia Senja? Maru mengetuk kembali kewarasannya. Sungguh mengenaskan sekali, ia laki-laki yang terkenal datar dan dingin, harus jadi segila ini. Dunia memang kejam membuatnya begini...tentang skripsi yang mulai membuat otaknya berputar bak kincir Jovi, tentang papa yang sudah memintanya ikut terlibat pekerjaan di belakang layar hanya karena helaian uban sudah mencampuri beberapa bagian surai hitamnya.
Entah daya tarik apa yang Senja miliki, ia bisa terbawa arus dunia khayal, namun harus ia akui...sejenak mengesampingkan hal rasional yang memusingkan kepala dan beralih pada hal gila seperti ini membuat otaknya bisa refresh kembali.
"Ya udah lah, terserah. Bayar, abis itu ke foodcourt bentar..."
"Lah, kenapa? Kamu udah laper lagi? Tadi di cafe perasaan kamu makan terus deh..." kritik Senja mendekap boneka beruang ungu itu dan melengos ke arah kasir.
Bukan Senja, lagi-lagi Maru yang membayar, tindakan cepatnya itu seolah ingin membeli tatapan kasir yang mengatakan jika ia lelaki gentle.
Namun sejurus kemudian senyuman gemas ditunjukan pada Maru dan Senja dari mbak-mbak kasir itu, "semoga langgeng kakak."
Maru dan Senja saling menatap mendengus, "dia bukan pacar saya, mbak." Ujarnya meluruskan.
Senja melengos duluan disusul Maru yang lagi-lagi, hanya memberikan reaksi diam.
Dan sejak ucapan mbak kasir itu, Senja memilih berjalan di depan Maru, hingga beberapa kali Maru harus menyamai langkah Senja, tak masalah...sebab langkahnya lebih besar dan cepat dari Senja.
"Mau makan dimana?" kini Senja menoleh.
"Cari burger aja. Jangan nasi.." jawabnya.
Langkah yang terayun membawa mereka duduk bersebrangan di meja sebuah gerai junkfood, bersama dua buah burger, kentang goreng, es krim dan cola.
"Udah mulai kerjain skripsi?" tanya Senja diangguki Maru, ia menggigit burger yang ia tekan terlebih dahulu agar lebih padat dan mudah di lahap.
"Pasti gampang banget buat kamu. Cari referensi, cari bahan, riset, judul...tinggal telfon firma hukum papa kamu, beres deh." Senja mencolek es krim miliknya demi menikmati rasa manis di lidah. Sementara lengu han berat ia keluarkan membuktikan betapa beratnya tugas skripsinya nanti.
Berbanding terbalik dengan ucapan enteng Senja, Maru justru mendengus sumbang, "engga gitu juga konsepnya."
"Seengaknya buat kamu jadi lebih mudah." Kekeh Senja, Maru tak lagi mendebatnya, membiarkan Senja dengan segala persepsi *mudah dan entengnya*.
"Anak-anak juga udah sibuk skripsi, kan..." suara Maru terdengar begitu---menghakimi, seperti sedang menjelaskan ngga usah menye-menye, yang lain pun sama beratnya.
Senja mengangguk-angguk menatap ke samping dimana paper bag besar berisi Yaya ia tempatkan di kursi sampingnya.
"Alby sama Jovi serius mau pergi ke Jepang, aku pikir mereka cuma becanda. Belum apa-apa aku udah ngerasa bakalan ada yang hilang nih, bakalan sedih personel 21 berkurang..."
"Bang Jing juga kemungkinan besar keterima di Bandung...kaya---ngga nyangka ya, kembali ke normal tuh, rasanya kehilangan banget. Jadi pengen ngulang lagi kkn." Kekehnya sumbang.
Alis tebal Maru berkedut, "well...hidup mesti terus berjalan. Planing kamu ke depan apa, selain jodohin Jojo?" tuduhnya ke arah paper bag dengan dagu.
Senja mendengus, "itu cuma buat seru-seruan aja, Ru. Jangan anggap aku gila, cuma semacam hiburan, pelipur lara mereka tuh..." liriknya pada arah yang sama.
"Aku kayanya bakalan ambil magister juga. Analis keuangan, akuntan forensik *may be*..." jawab Senja belum begitu yakin dengan pilihannya, "kuliah sambil kerja, cari jam terbang, ikut pelatihan ujian sertifikasi...itu sih yang aku pikirin buat sekarang."
Maru mengangguk-angguk berkata tanpa effort berlebih, "waw."
Wajahnya itu loh! Tak mendukung sama sekali ucapan waw--biar berasa vibes WOW, karena sama sekali seperti tak berniat memuji atau sekedar memandang Senja takjub. Dan hal itu sukses membuat Senja memicing sinis, "ngga usah ngeledek. Baru rencana, impian, cita-cita."
Maru mengangkat alisnya dengan dengusan sumbang, "aamiin. Suudzon kamu."
"Ini nanti aku balikin kalo udah dicuci ya," tunjuk Senja pada baju Maru di badannya.
"Gampang." Angguk Maru mengiyakan.
Lama mereka terdiam, hanyut dalam kunyahan dan suasana ramai hari weekend, dimana orang-orang berbondong-bondong mendatangi mall untuk sekedar mengajak putra-putrinya bermain, jajan, makan bersama atau mungkin muda-mudi yang hangout bareng.
Senja diam menikmati kentang gorengnya sekarang, kunyahannya mendadak seret manakala ingat dengan suatu hal.
Ia meneguk colanya beberapa kali, "Ru." Ini harus ia sampaikan jika ingin tenang ke depannya.
"Hm?" Wajahnya itu, membuat cola yang meluncur tadi seolah tak berasa di tenggorokan, hingga membuat Senja harus meneguk lagi minuman bersoda di gelas miliknya.
"Setelah aku pikir-pikir, apa yang Arlan lakuin sama aku di posko itu bener juga."
"Yang mana?" tanya Maru, "Arlan yang nyatain perasaannya sama kamu, atau Arlan yang sering usilin kamu?"
Senja menggeleng, "Arlan nyatain perasaannya sama aku, karena dia mau melepas beban hatinya. Dia cuma mau aku tau--kalo dia suka aku, dia cuma mau kalian tau--kalo dia suka sama aku. Biar ke depannya dia ngga punya beban hati lagi, terlepas dari aku terima atau engga, itu sudah bukan urusannya lagi...seengaknya perasaan dia sudah tersampaikan."
"Terus?"
Senja menelan salivanya sulit, "bolehkah aku melakukan hal yang sama? Sebelum besok lusa kita semua akan sibuk dengan dunia masing-masing. Aku ngga mau hatiku terbebani yang akibatnya bisa bikin aku kesulitan buat tidur, sulit buat mikir dan berkegiatan, seperti halnya kamu ke Aleena." Maru menghela nafasnya berat, sampai kapan pembahasan dirinya dan Aleena akan dibawa-bawa?
"So..."
"Aku mau mengakui, aku suka kamu bahkan sampai detik ini." Kalimat itu lolos begitu saja, menghentikan pacu jantungnya maupun Maru untuk sepersekian detik.
"Semua perlakuan kamu sama aku, mulai dari perhatian-perhatian sederhana, ucapan peduli dan sikap melindungi kamu...diterima baik sama hati aku, yang kebetulan lagi terluka. Dan aku ngga bisa cegah itu, Ru..."
Dan lihatlah, ekspresi Maru justru memberikan Senja kekuatan untuk semakin luas bicara, karena jujur saja wajahnya itu menyebalkan! Tanpa ekspresi berlebih persis pengamen yang kalo dikatain permisi malah diam saja di tempat tak mau pergi.
"Tapi tenang aja. Aku ngga minta kompensasi apapun, atau pertanggung jawaban kamu. Karena itu murni kebetulan, toh aku yakin kamu juga lagi sama-sama terluka waktu itu, jadi ngerasa kita senasib aja dan sama-sama ngerasa kasian satu sama lain. Dan disini, aku yang memang menganggap itu terlalu berlebihan, aku tau kok...kalo semuanya kamu lakuin sebab kamu hanya menganggap itu hal biasa, nothing special, jadi akunya aja yang baperan."
Senja menghela nafasnya lega, "semoga ci Yua bener, cinta lokasi waktu kkn, sifatnya cuma sementara...jadi perasaan sama kamu ini, ngga akan bertahan lama dan bikin aku susah. Aku ngga mau rusak pertemanan kkn 21, please! Aku sayang banget sama kalian."
Dan kini senyuman leganya terukir di wajah Senja begitu lebar, "fuihhhh, udah lega banget sumpah! Kamu ngga perlu jelasin apapun, Ru...yaaaa aku sadar diri sih, lagian aku jauh banget dari sosok Aleena atau eonni Mei gitu, aku tau tipe-tipe cewek yang kamu suka ada di mereka." Ia tertawa sementara Maru justru kini ia yang sedang tidak baik-baik saja setelah pengakuan Senja barusan.
"Ru, abis ini balik yuk, cape banget. Mana besok mesti ngampus lagi..."
Maru segera menyadarkan dirinya dengan kembali mengunyah makanan yang mendadak mogok untuk dikunyah, "oke." Tanpa ada sepatah katapun yang meluncur membalas pernyataan sepanjang pembukaan UUD '45 dari Senja itu.
.
.
Sore itu, adalah kali terakhirnya Senja dan Maru pergi berdua dalam waktu yang cukup lama. Karena setelahnya, Senja seperti selalu menghindar dari Maru dengan alasan yang Maru sendiri tidak pernah mempermasalahkan itu.
.
.
.
.
ikut bahagia dan mendoakan aja demi kebahagiaan Maru sama teh Nja, jangan kasih celah untuk menghindar atau lari lagi Ru, kamu jangan lempeng aja, mulai aksi atuh lah ah.
mksh teh Sin updatenya, sehat selalu teteh syantik yang suka berbagi kebahagiaan 🤲🤲😇
udahlaaahh jngn lama..langsung tembak..tak sabar aq tunggu ke uwuan hubungan pacaran kalian..mksh teh up nya..sehat berkah y teh..🙏🙏
anakmu ini sukses dunianya , mapan jabatan nya , matang usianya, tinggal cari konco turu ...
biasanya siang update, terus malam update
pokoknya update novel teh sin kayak lagi minum obat🤣 ini tumben jadwal siang update sore munculnya
beuuhhhh bahasan nya bikin pala pening🤕
sehat² ya teh sin, terimakasih update nya
tinggal main cantik untuk meluluhkan hati maminya Jojo