perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 pertarungan di bawah bulan Merah
"Hehehe... dasar orang tidak tahu diri, tidak bisa melihat tingginya gunung. Dengan kemampuan dangkal seperti itu berani kau bertingkah di hadapan kami berdua. " ucap Nyai Sangguh, tertawa mengejek.
"Nyai kita beres kan dia, untuk membalas perbuatannya yang kemarin. " Ki Pasung sudah gemetar tangannya ingin segera menyerang Barata.
"Tunggu Ki, biar aku saja yang membereskan dia,akan aku lakukan dengan cepat. " ucap Nyai Sangguh lalu maju beberapa langkah kedepan dengan menyiapkan kuda-kudanya.
Melihat Nyai Sangguh bersiap untuk menyerang, Barata segera menyiapkan dirinya.Ia tahu pertarungan ini tidak akan mudah mengingat mereka berdua beda tingkat.
"Kau jangan menyesal Barata karena sudah berani bertingkah di hadapan ku dan yang membuat aku geram adalah kau pernah mempermainkan aku dengan gulungan sialan itu." bentak Nyai Sangguh dengan mata melotot.
Dengan menggerakkan kakinya, ia melesat maju dengan cepat seperti kilat, menyerang Barata dengan serangan yang mematikan. Namun Barata tidak tinggal diam,ia bersiap, menghindar ke samping dan bersiap untuk membalas pada saat yang tepat.
Nyai Sangguh melancarkan serangan bertubi-tubi, setiap tendangan dan serangan tangannya menunjukkan kekuatan yang mengandung kematian. Namun, Barata berusaha untuk tetap fokus, menghindar dan mencari celah untuk melakukan serangan balik.
"Perlu kau ingat Barata di dunia ini ada dua macam orang. Orang kuat dan orang lemah. " Nyai Sangguh berkata sambil terus menyerang. Ia ingin menegaskan kalau dirinya adalah salah satu orang kuat itu.
"Pertarungan masih belum usai Nyai jadi kau jangan sesumbar merasa telah menang. "sahut Barata.
Usai berkata seperti itu Barata melompat mundur sejauh lima tombak sembari melepaskan pukulan jarak jauhnya, wuuuus....! pukulan Barata yang berupa sinar kuning itu melesat cepat menuju tepat ke arah Nyai Sangguh.
Namun pukulan itu dapat dengan mudah ditepis oleh Nyai Sangguh, dengan satu tangannya. Sehingga pukulan Barata tadi berubah arah dan mengenai pohon duuuaar....!
"Gigitan semut ternyata lebih sakit dari pada serangan mu, Barata. " ejek Nyai Sangguh.
Barata tidak heran melihat Nyai Sangguh dapat dengan mudah menghalau serangannya ,melihat berbedaan yang ada di antara mereka.
Nyai Sangguh kemudian melesat cepat. Dalam sekejap saja ia sudah ada di depan Barata. Perempuan tua itu langsung melancarkan serangannya. Namun Barata bergerak cepat dengan langkah seribu petirnya sehingga serangan itu gagal mengenainya.
Nyai Sangguh pun geram melihat serangannya gagal."Kau pikir dapat terus mengindar Barata" Nyai Sangguh mengeras gerahamnya menandakan kemarahannya sudah di ubun-ubun.
Wanita tua itu kemudian melepaskan serentetan serangan jarak jauhnya. Wuus... wuuuus... wuus...! Sinar kuning dalam jumlah banyak melesat ke arah Barata yang berjarak sekitar sepuluh tombak darinya.
Melihat gelombang serangan seperti itu,
Barata segera mengeluarkan pedang iblis hitamnya dan kembali menggunakan langkah seribu petirnya untuk menghindari serangan itu sekaligus menangkisnya.
Duuaarr... duuuaar.....!terdengar bunyi ledakan saat pedang Batara menangkis serangan itu. Nyai Sangguh menatap tanpa kedip ke arah Barata yang berhasil menghalau semua serangannya.
Dalam waktu sekejap semua serangan Nyai Sangguh lenyap,sampai Barata diselimuti asap tebal akibat dari ledakan tadi.
"Bangsat,semua pukulan ku dapat dengan mudah ditepisnya, " ucap Nyai Sangguh geram.
Tiba-tiba dari kepulan asap tebal itu sebuah benda meluncur deras ke arah Nyai Sangguh,tanpa ia sadari.
"Nyai awas ada serangan gelap. " teriak ki Pasung.
Mendengar seruan itu ia pun cepat-cepat memutar tubuhnya kesamping untuk menghindarinya. Itulah pisau bulan sabit yang Barata lepaskan. Namun serangan itu gagal mengenainya.
"Kurang ajar hampir saja, " Maki Nyai Sangguh.
Namun tanpa Nyai Sangguh sadari, Barata sudah begerak cepat ke arahnya, ia bergerak cepat dengan langkah seribu petirnya, saat Nyai Sangguh menghindari serangannya tadi.
"Pukulan cakar Naga hitam hiiiiaaaat....! " Nyai Sangguh pun terbelalak melihat kemunculan Barata yang tiba-tiba itu.
Nyai Sangguh berbalik cepat menepis tangan Barata dan Deees....! adu pukulan secara langsung pun terjadi. Nyai Sangguh terdorong ke belakang begitu juga dengan Barata.Wanita tua itu heran dengan jurus Barata itu.
"Cakar Naga hitam... " desis wanita tua itu seakan ingat dengan jurus itu.
Ki Pasung pun terkejut melihat pergerakan Barata yang sangat cepat itu, pria tua itu pun jadi teringat saat kejadian di penginapan beberapa waktu lalu.
"Kau tidak apa-apa Nyai, " Teriak Ki Sangguh, tanya keadaan istrinya.
"Aku tidak apa-apa, Ki" jawab Nyai Sangguh dengan penuh rasa kesal.
Barata segera mengatur pernafasannya,ia beruntung saat itu Nyai Sangguh dalam posisi tidak siap sehingga benturan tadi tidak berpengaruh besar padanya.
"Cara bertarung mu tidak seperti seorang pendekar tingkat langit tahap menengah Barata, aku yakin kau pasti sudah tingkat dewa. " ucap Nyai Sangguh mulai menyadari hal aneh.
"Kau benar Nyai selama ini aku sengaja menyembunyikan kekuatan ku. " ucap Barata. Ia kemudian menunjukan kekuatan yang sebenarnya, sehingga Nyai Sangguh dan Ki Pasung pun tahu kalau Barata adalah seorang pendekar tingkat dewa tahap pertama.
"Rupanya kau adalah tingkat dewa tahap awal, tapi itu masih belum cukup untuk menghadapi ku Barata. " ucap Nyai Sangguh.
Barata menyunggingkan senyum dan berkata "Memang belum tapi bukan berarti aku tidak bisa memberikan perlawanan kepada mu, Nyai. "
"Kurang ajar, rupanya tidak ada takut-takutnya kau pada ku. Akan aku tunjukkan kekuatan ku yang sebenarnya pada mu. "
Nyai Sangguh mengangkat tangannya ke atas dalam sekejap sebuah benda berwarna hitam melingkar muncul dia genggamannya. Itulah cambuk api yang ia dapatkan dari reruntuhan waktu itu.
"Kau beruntung Barata, karena kau adalah orang pertama yang akan merasakan cambuk api ku ini, " ucap Nyai Sangguh.
Ki Pasung yang dari tadi menyaksikan pertarungan itu menjadi tidak sabar mengingat kemunculan bulan merah terbatas.
"Nyai kau habisi, Barata.Sementara aku akan masuk kedalam untuk mencari anak itu. " ucap Ki Pasung.
Barata menjadi khawatir mendengar Ki Pasung akan menuju ke dalam rumah,karena ada Andini di dalam sana.
"Tunggu Ki Pasung,aku tidak akan membiarkan mu masuk kedalam rumah. " Barata pun berkelebat meninggalkan Nyai Sangguh.Ia mengayunkan pedangnya ke arah pria tua itu.
Hiiiiaaat.....! Ki Pasung cepat berbalik dan menangkap pedang Barata, traaap...! Hiiiiaaat.... deees... pukulan keras pun langsung mendarat di tubuh Barata. weeesss.... gedebuk..! Barata pun terjatuh cukup keras.
Ki Pasung merasa terkejut merasakan pergelangan tangannya kesemutan setelah memukul Barata. Tapi ia yakin kalau pemuda itu pasti terluka dan tidak bisa bangun lagi akibat dari pukulannya tadi.
"Nyai kita kedalam aku yakin pemuda itu pasti sudah meregang nyawa oleh pukulan ku tadi" seru Ki Pasung.
"Sialan belum sempat senjata ini ku gunakan dia sudah tewas. " ucap Nyai Sangguh saat melihat Barata tidak bangkit lagi.
Nyai Sangguh pun bergegas menyusul Ki Pasung dengan menenteng cambuk apinya.
"Tunggu..! " teriak Barata tiba-tiba.
"Kalian pikir dapat dengan mudah membunuh ku orang tua."Barata berdiri tegak tanpa ada luka sedikit pun karena tubuhnya terlindungi oleh baju badak hitam.
Mata kedua orang tuanya itu terbelalak, tidak percaya kalau Barata dapat bertahan dari pukulan maut tadi.
"Bagaimana mungkin dia mampu bertahan dari pukulan tapak kematian ku.Ini sungguh tidak masuk akal. " ucap Ki Pasung merasa gusar, pukulan kebanggaannya tidak mempan terhadap Barata.
"Ternyata anak itu tidak selemah yang kita duga Ki, tapi aku akan segera membereskannya. Kau pergilah ke dalam sebelum bulan merah itu menghilang. " kata Nyai Sangguh.
"Baiklah, lakukan dengan cepat Nyai. " ucap Ki Pasung.
Saat Ki Pasung akan melanjutkan langkahnya tiba-tiba tercium semerbak bunga kantil yang menusuk hidung. Membuat orang tua itu mengurungkan langkahnya.
"Bau wangi bunga kantil, mau apa Dewi maut penyebar kematian datang kemari, apa dia juga ingin mencari tumbal. " ucap Ki Pasung sambil mengedarkan pandangannya.
"Kalau dia mau datang terserah saja yang penting tidak mencampuri urusan kita. " ucap Nyai Sangguh.
Sesaat kemudian munclah seorang wanita bermuka pucat mengenakan gaun hitam dengan rambut terurai panjang. Wanita itu berdiri di depan Barata.
"Apa tujuan mu kesini Dewi maut penyebar kematian? " tanya Nyai Sangguh dengan nada terdengar dingin.
"Aku datang ke sini tentu saja memenuhi panggilan tuan ku. " ucap wanita bermuka pucat itu.
"Memenuhi panggilan tuanku? " ucap Nyai Sangguh, kemudian menatap ke arah suaminya.
Kedua orang tua itu merasa heran , sejak kapan wanita bermuka pucat dapat di tundukan, karena setahu mereka wanita itu bertindak liar tanpa ampun dan sangat kejam.
"Kau kesini atas panggilan tuan mu, aku ingin tahu siapa tuan mu itu? " tanya Ki Pasung tidak mengerti dan merasa heran.
"Tentu saja tuan Barata, dialah tuan ku. " jawab wanita muka pucat itu.
Jawaban Dewi maut penyebar kematian langsung membuat Nyai Sangguh dan Ki Pasung terbelalak. Bagaimana mungkin pemuda berkemampuan rendah seperti Barata dapat menundukkan Pendekar tingkat dewa tahap akhir.Kenyataan itu sulit untuk mereka percaya.
"Punya ajian ilmu apa pemuda itu sampai bisa-bisanya membuat Dewi maut penyebar kematian tunduk begitu saja padanya. "ucap Nyai Sangguh.
Melihat Nyai Sangguh dan Ki Pasung keheranan, Barata kemudian menghampiri Dewi maut penyebar kematian.
"Apakah luka mu sudah sembuh, Dewi muka pucat? " tanya Barata.
"Sudah tuan, asal aku tidak dekat-dekat dengan senjata itu lagi tuan ku. " ucap Dewi maut penyebar kematian.
"Dewi muka pucat , aku ingin kau hadapi pria tua itu sedangkan yang wanita biar menjadi bagian ku. " ucap Barata.
"Baik tuan ku, akan aku buat dia menderita karena berani menyakiti tuan. " ucap Dewi maut penyebar kematian.
"Sialan kenapa jadi seperti ini," ucap Ki Pasung dengan nada pelan. Ia merasa menyesal tidak menghabisi Barata dari tadi.
Ki Pasung tahu benar menghadapi Dewi maut penyebar kematian bukanlah hal yang mudah, selain berada di tingkat yang sama kemampuannya pun sulit di tebak.
mksh atas sajian ceritanya Thor