NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 pertarungan di bawah bulan Merah 1

"Hehehe... dasar orang tidak tahu diri, tidak bisa melihat tingginya gunung. Dengan kemampuan dangkal seperti itu berani kau bertingkah di hadapan kami berdua," ujar Nyai Sangguh, tertawa mengejek.

"Nyai, kita bereskan dia untuk membalas perbuatannya yang kemarin," Ki Pasung sudah gemetar tangannya ingin segera menyerang Barata.

"Tunggu, Ki. Biarkan aku yang membereskannya. Akan aku lakukan dengan cepat," ucap Nyai Sangguh sambil maju beberapa langkah ke depan dengan menyiapkan kuda-kudanya.Melihat Nyai Sangguh bersiap untuk menyerang, Barata segera menyiapkan dirinya. Ia tahu pertarungan ini tidak akan mudah mengingat mereka berdua beda tingkat.

"Kau jangan menyesal, Barata, karena sudah berani bertingkah di hadapanku, dan yang membuatku geram adalah kau pernah mempermainkan aku dengan gulungan sialan itu," bentak Nyai Sangguh dengan mata melotot.

Dengan menggerakkan kakinya, ia melesat maju dengan cepat seperti kilat, menyerang Barata dengan serangan yang mematikan. Namun, Barata tidak tinggal diam; ia bersiap, menghindar ke samping dan bersiap untuk membalas pada saat yang tepat.

Nyai Sangguh melancarkan serangan bertubi-tubi, setiap tendangan dan serangan tangannya menunjukkan kekuatan yang mengandung kematian. Namun, Barata berusaha untuk tetap fokus, menghindar dan mencari celah untuk melakukan serangan balik.

"Perlu kau ingat, Barata, di dunia ini ada dua macam orang: orang kuat dan orang lemah," ujar Nyai Sangguh sambil terus menyerang, ingin menegaskan bahwa dirinya adalah salah satu orang kuat itu.

"Pertarungan ini masih belum usai, Nyai, jadi kau jangan sesumbar merasa telah menang," sahut Barata.Usai berkata seperti itu, Barata melompat mundur sejauh lima tombak sembari melepaskan pukulan jarak jauhnya, wuuuus...! Pukulan Barata yang berupa sinar kuning itu melesat cepat menuju tepat ke arah Nyai Sangguh.

Namun, pukulan itu dapat dengan mudah ditepis oleh Nyai Sangguh dengan satu tangannya. Sehingga pukulan Barata tadi berubah arah dan mengenai pohon, duuuaar...!

"Gigitan semut ternyata lebih sakit daripada seranganmu, Barata," ejek Nyai Sangguh.

Namun,Barata tidak heran melihat Nyai Sangguh dapat dengan mudah menghalau serangannya, mengingat perbedaan yang ada di antara mereka.Nyai Sangguh kemudian melesat cepat. Dalam sekejap saja, ia sudah ada di depan Barata. Perempuan tua itu langsung melancarkan serangannya. Tapi, Barata bergerak cepat dengan langkah seribu petirnya sehingga serangan itu gagal mengenainya.Nyai Sangguh pun geram melihat serangannya gagal.

"Kau pikir dapat terus mengindar, Barata?" Nyai Sangguh menggeramkan gerahamnya menandakan kemarahannya sudah di ubun-ubun.Wanita tua itu kemudian melepaskan serentetan serangan jarak jauhnya. Wuus... wuuuus... wuus...! Sinar kuning dalam jumlah banyak melesat ke arah Barata yang berjarak sekitar sepuluh tombak darinya.Melihat gelombang serangan seperti itu, Barata segera mengeluarkan pedang iblis hitamnya dan kembali menggunakan langkah seribu petirnya untuk menghindari serangan itu sekaligus menangkisnya.

Duuaarr... duuuaar.....! Terdengar bunyi ledakan saat pedang Barata menangkis serangan itu. Nyai Sangguh menatap tanpa berkedip ke arah Barata yang berhasil menghalau semua serangannya.Dalam waktu sekejap, semua serangan Nyai Sangguh lenyap, hingga Barata diselimuti asap tebal akibat dari ledakan tadi.

"Bangsat! Semua pukulanku dapat dengan mudah ditepisnya," ucap Nyai Sangguh geram. Tiba-tiba dari kepulan asap tebal itu, sebuah benda meluncur deras ke arah Nyai Sangguh tanpa ia sadari.

"Nyai, awas! Ada serangan gelap!" teriak Ki Pasung. Mendengar seruan itu, Nyai Sangguh pun cepat-cepat memutar tubuhnya ke samping untuk menghindarinya. Itulah pisau bulan sabit yang Barata lepaskan. Namun, serangan itu gagal mengenainya."Kurang ajar! Hampir saja," maki Nyai Sangguh.

Namun, tanpa Nyai Sangguh sadari, Barata sudah bergerak ke arahnya. Ia berpindah tempat secara cepat dengan langkah seribu petirnya saat Nyai Sangguh menghindari serangannya tadi.

"Pukulan Cakar Naga Hitam, hiiiiaaaat!" Nyai Sangguh pun terbelalak melihat kemunculan Barata yang tiba-tiba itu.Ia pun berbalik cepat menepis tangan Barata dan deees...! Adu pukulan secara langsung pun terjadi. Nyai Sangguh terdorong ke belakang begitu juga dengan Barata. Wanita tua itu heran dengan jurus Barata itu.

"Cakar Naga Hitam..." desis wanita tua itu, seakan ingat dengan jurus itu.Ki Pasung pun terkejut melihat pergerakan Barata yang sangat cepat itu. Pria tua itu pun jadi teringat saat kejadian di penginapan beberapa waktu lalu.

"Kau tidak apa-apa, Nyai?" teriak Ki Pasung, menanyakan keadaan istrinya.

"Aku tidak apa-apa, Ki," jawab Nyai Sangguh dengan penuh rasa kesal.Barata segera mengatur pernafasannya. Ia beruntung saat itu Nyai Sangguh dalam posisi tidak siap sehingga benturan tadi tidak berpengaruh besar padanya.

"Cara bertarungmu tidak seperti seorang pendekar tingkat langit tahap menengah, Barata. Aku yakin kau pasti sudah tingkat dewa," ucap Nyai Sangguh, mulai menyadari hal aneh."Kau benar, Nyai.

Selama ini aku sengaja menyembunyikan kekuatanku," ucap Barata. Ia kemudian menunjukkan kekuatan yang sebenarnya, sehingga Nyai Sangguh dan Ki Pasung pun tahu kalau Barata adalah seorang pendekar tingkat dewa tahap pertama.

"Rupanya kau adalah tingkat dewa tahap awal, tapi itu masih belum cukup untuk menghadapi aku, Barata," ucap Nyai Sangguh.

Barata menyunggingkan senyum dan berkata, "Memang belum, tapi bukan berarti aku tidak bisa memberikan perlawanan kepadamu, Nyai."

"Kurang ajar! Rupanya tidak ada takut-takutnya kau padaku. Akan aku tunjukkan kekuatanku yang sebenarnya padamu!"Nyai Sangguh mengangkat tangannya ke atas. Dalam sekejap, sebuah benda berwarna hitam melingkar muncul di genggamannya. Itulah cambuk api yang ia dapatkan dari reruntuhan waktu itu.

"Kau beruntung, Barata, karena kau adalah orang pertama yang akan merasakan cambuk apiku ini," ucap Nyai Sangguh.Ki Pasung yang dari tadi menyaksikan pertarungan itu menjadi tidak sabar mengingat waktu keberadaan bulan merah yang terbatas.

"Nyai, kau habisi Barata. Sementara aku akan masuk ke dalam untuk mencari anak itu," ucap Ki Pasung.Barata menjadi khawatir mendengar Ki Pasung akan menuju ke dalam rumah, karena ada Andini di dalam sana.

"Tunggu, Ki Pasung! Aku tidak akan membiarkanmu masuk begitu saja ke dalam rumah," Barata pun berkelebat meninggalkan Nyai Sangguh. Ia mengayunkan pedangnya ke arah pria tua itu.

"Hiiiiaaat!" Ki Pasung cepat berbalik dan menangkap pedang Barata, traaap...! Hiiiiaaat... deees...! Pukulan keras pun langsung mendarat di tubuh Barata. Weeesss... gedebuk..! Barata pun terjatuh cukup keras.

Ki Pasung merasa terkejut merasakan pergelangan tangannya kesemutan setelah memukul Barata. Tapi ia yakin kalau pemuda itu pasti terluka dan tidak bisa bangun lagi akibat dari pukulannya tadi.

"Nyai, kita ke dalam. Aku yakin pemuda itu pasti sudah meregang nyawa oleh pukulan ku tadi," seru Ki Pasung.

"Sialan! Belum sempat senjata ini ku gunakan, dia sudah tewas duluan," ucap Nyai Sangguh saat melihat Barata tidak bangkit lagi.

Nyai Sangguh pun bergegas menyusul Ki Pasung dengan menenteng cambuk apinya.

"Tunggu!" teriak Barata tiba-tiba."Kalian pikir dapat dengan mudah membunuhku, orang tua?" Barata berdiri tegak tanpa ada luka sedikit pun karena tubuhnya terlindungi oleh baju badak hitam.

Mata kedua orang itu terbelalak, tidak percaya kalau Barata dapat bertahan dari pukulan maut tadi."Bagaimana mungkin dia mampu bertahan dari pukulan Tapak Kematian ku? Ini sungguh tidak masuk akal," ucap Ki Pasung merasa gusar; pukulan kebanggaannya tidak mempan terhadap Barata.

"Ternyata anak itu tidak selemah yang kita duga, Ki, tapi aku akan segera membereskannya. Kau pergilah ke dalam sebelum bulan merah itu menghilang," kata Nyai Sangguh.

"Baiklah, lakukan dengan cepat, Nyai," ucap Ki Pasung.Saat Ki Pasung akan melanjutkan langkahnya, tiba-tiba tercium semerbak bunga kantil yang menusuk hidung, membuat orang tua itu mengurungkan langkahnya.

"Bau wangi bunga kantil. Mau apa Dewi Maut Penyebar Kematian datang ke sini? Apa dia juga ingin mencari tumbal?" ucap Ki Pasung sambil mengedarkan pandangannya.

"Kalau dia mau datang, terserah saja, yang penting tidak mencampuri urusan kita," ucap Nyai Sangguh.Sesaat kemudian, muncullah seorang wanita bermuka pucat mengenakan gaun hitam dengan rambut terurai panjang. Wanita itu berdiri di depan Barata.

"Apa tujuanmu ke sini, Dewi Maut Penyebar Kematian?" tanya Nyai Sangguh dengan nada terdengar dingin.

"Aku datang ke sini tentu saja memenuhi panggilan tuanku," ucap wanita bermuka pucat itu.

"Memenuhi panggilan tuan mu?" ucap Nyai Sangguh, kemudian menatap ke arah suaminya.Kedua orang tua itu merasa heran. Sejak kapan wanita bermuka pucat dapat ditundukkan? Karena setahu mereka, wanita itu bertindak liar, tanpa ampun, dan sangat kejam.

"Kau ke sini atas panggilan tuanmu. Aku ingin tahu siapa tuanmu itu?" tanya Ki Pasung, tidak mengerti dan merasa heran.

"Tentu saja, tuan Barata. Dialah tuanku," jawab wanita bermuka pucat itu.Jawaban Dewi Maut Penyebar Kematian langsung membuat Nyai Sangguh dan Ki Pasung terbelalak. Bagaimana mungkin pemuda berkemampuan rendah seperti Barata dapat menundukkan pendekar tingkat dewa tahap akhir? Kenyataan itu sulit untuk mereka percayai.

"Punya ajian ilmu apa pemuda itu sampai bisa-bisanya membuat Dewi Maut Penyebar Kematian tunduk begitu saja padanya?" ucap Nyai Sangguh.

Melihat Nyai Sangguh dan Ki Pasung keheranan, Barata kemudian menghampiri Dewi Maut Penyebar Kematian."Apakah lukamu sudah sembuh, Dewi Muka Pucat?" tanya Barata.

"Sudah, Tuan, asal aku tidak dekat-dekat dengan senjata itu lagi aku tidak akan apa-apa, Tuan-ku," ucap Dewi Maut Penyebar Kematian.

"Dewi Muka Pucat, aku ingin kau hadapi pria tua itu, sedangkan yang wanita biar menjadi bagianku," ucap Barata.

"Baik, Tuan-ku. Akan aku buat dia menderita karena sudah berani menyakiti tuan," ucap Dewi Maut Penyebar Kematian.

"Sialan! Kenapa jadi seperti ini?" ucap Ki Pasung dengan nada pelan. Ia merasa menyesal tidak menghabisi Barata dari tadi.Ki Pasung tahu benar menghadapi Dewi Maut Penyebar Kematian bukanlah hal yang mudah. Selain berada di tingkat yang sama, kemampuannya pun sulit di tebak.

1
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
makasih Thor
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
oke
Ariel Yono
maju terus
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
mencurigakan
prahara
hancurkan... hancurkan
prahara
makasihh min
prahara
teruskan
rio
lanjutkan
rio
lanjut
Ronaldo vs Messi
mantap lah
Ronaldo vs Messi
maju terus
xio zhou
lanjutkan thord
xio zhou
lanjutkan.
Batsa Pamungkas Surya
penguntit ternyata kalah lihai
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
xio zhou
lanjutkan k
xio zhou
lanjutkan Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!