Keluarga Grand Duke Chamberlain yang hidup dalam keharmonisan dikejutkan dengan kedatangan Putri asli setelah 20 tahun usai insiden yang menewaskan Amrielle, Grand Duchess Chamberlain sebelumnya.
Kedatangan Calista otomatis mengusik Faelynn, Sang Putri palsu yang selama ini di besarkan tanpa kekurangan apapun.
"Apa Kau tidak merasa janggal dengan dirinya yang tiba-tiba ada di Kediaman ini ? Putri asli yang muncul setelah sekian lama, kira-kira apa pemicunya ? Kita tidak akan tahu sampai Dia bertindak. Aku bahkan tidak mendapat gambaran sedikit pun untuk masa mendatang. Calista itu terlalu tenang. Terlalu sunyi. Terlalu tersembunyi. Dia bermain terlalu rapi." —Putra Mahkota, Davendra Czar Aberstwyth
“Jangan sentuh Aku dengan tangan kotor Mu! Ayah tidak mungkin memihak Mu hanya karena hal yang terjadi malam ini!” —Faelynn Lirael Chamberlain
“Tapi Kau di tampar ‘Hanya karena’ hal yang terjadi malam ini Faelynn, sebanyak dua kali malah. Huhuhu," —Calista
=> Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
Dengan wajah yang penuh darah, Calista tersenyum dan berucap dengan ramah.
“Maaf harus merepotkan Mu, tapi apa Kau bisa membantu Ku Tuan Kesatria ?”
“Untuk mengambil kotak Obat ?”
“Bukan. Aku sedang di skor oleh Tuan Duke, jadi tidak bisa mengakses obat lewat pelayan yang bekerja di bagian obat.”
“Apa hubungan nya ?”
“Karena jika Aku berinteraksi dengan para pelayan, gaji mereka akan di potong dan pangkat Mereka akan di turunkan. Nyonya Grand Duchess yang mengatakan bahwa Diskors adalah sebuah tindakan tidak terpuji dan menyuruh ku untuk introspeksi diri.”
“Itulah sebab Nya Anda berada di sini, Nona ?”
“Umm. Aku sedang mencari tumbuhan dengan daun yang bulat. Aku tidak tau nama tanaman Nya, namun saat daunnya di hancurkan bisa menghentikan pendarahan. Tolong carikan tanaman itu, mata Ku sudah tidak bisa fokus lagi. Kepala Ku sangat pusing.”
“Tidak perlu,” pungkas pria itu.
“Oh, Kau pasti sibuk, Tidak masalah. Aku bisa mencarinya dengan meraba-raba—“
“Bukan itu maksud Ku. Aku tahu beberapa sihir darurat yang biasa di gunakan di medan perang.”
“Benarkah ?”
“Kemari lah.”
Pria yang tengah berperan sebagai ‘Tuan Kesatria’ itu menuntun raga Calista dengan pelan ke arah sebuah pohon dengan dahan paling besar dan menyandarkan nya di sana.
“Tolong pejamkan mata Mu, Nona.”
“Kau mungkin tidak tau, tetapi mata ku sudah terpejam sejak tadi. Sepertinya ada darah yang masuk ke mata.”
“Kenapa Anda tenang sekali ?” Protes Tuan Kesatria dan mulai merapalkan mantra yang tidak Calista ketahui.
Perlahan cahaya berwarna hijau muncul dan menutupi wajah Calista. Kening yang awalnya berkerut perlahan-lahan menghilang bersamaan dengan rasa sakit.
“Sudah selesai.”
“...Apa luka nya meninggalkan bekas ?”
“Tidak. Apa Anda takut wajah cantik Mu kehilangan poin ?”
“Tentu tidak. Aku hanya sedang mengingat-ingat letak luka agar bisa ku tutupi dengan perban luka bohongan besok. Jika tidak, pelayan Nona Faelynn akan mencari tahu siapa yang telah menolong Ku dan membuat Mu menerima hukuman juga.”
“Aku sungguh di buat gerah dengan pernyataan Anda, Nona. Apa Anda tidak tau bahwa Anda sedang di permainkan ?”
“Aku tau. Mereka sudah melakukan perundungan—“
“Bukan bagian perundungan yang Aku maksud Nona. Ini tentang skors.”
“Maksud Mu ?”
“Skors selama sebulan arti nya Kau tidak bisa keluar dari Kediaman Grand duke Sekalipun ada acara yang sangat penting di kekaisaran ini. Sudah, Hanya itu saja. Tidak ada tambahan bahwa Kau tidak bisa melakukan interaksi dengan para pelayan karena dianggap melakukan kesalahan besar. Mereka hanya sedang mempermainkan Anda karena tidak tau apa-pa dengan hukuman itu. Walau terkadang ada hukuman seperti ini di beberapa keluarga bangsawan, tapi harus kepala keluarga yang mengatakan langsung pada Mu. Pasti Tuan Duke hanya ingin Anda instrospeksi diri saja, dan Nyonya Duke memanfaatkan celah itu."
“...Ah... Begitu rupanya... Syukurlah, Kau tidak akan kena hukuman juga—“
“Kenapa Kau malah memikirkan Ku ? Kau tidak mengasihani diri Mu sendiri ?”
“…” Calista diam. Bohong jika Dia tidak mengasihani diri nya. Bohong jika Dia bisa terus tenang dalam perundungan.
“Bukankah Kau adalah putri yang asli? Kenapa Ayah dan Kaka Mu lebih memihak yang palsu ?”
Sambil memeluk kedua kaki, Calista berkata “Itu wajar, Tuan Kesatria. Mereka sudah menghabiskan 20 tahun bersama. Akan aneh jika hubungan Mereka langsung berubah dalam waktu singkat. Keluarga Grand Duke sebelum kedatangan Ku bagai bunga indah yang bermekaran di taman kaca, dan Aku adalah hujan bongkahan batu yang menghancurkan kaca pelindung juga bunga-bunga yang tumbuh di dalam Nya. Sehingga Aku tidak punya hak untuk protes pada apapun. Hahhh.. Seharusnya Aku ikut mati bersama Ibu, sehingga tidak perlu merepotkan Kakek juga tidak perlu datang dalam kediaman ini… Aku ingin pulang…”
Calista merengek… Mata yang memanas mengeluarkan Liquid bening yang membasahi wajah.
“Kau ingin pulang ke Kediaman Wheatley ?”
“Tidak..” Calista menggeleng pelan. “Aku ingin pulang ke gubuk tua di Desa hijau. Sesuai nama nya, tempat tinggal Ku adalah Gubuk tua, tetapi sangat damai. Aku menjalani hidup dengan tenang. Warga di sana baik-baik. Tidak ada kejahatan. Tidak ada sistem kasta yang kental. Aku ingin menjalani hari yang damai di sana.”
“Nona Calista, apa Kau tidak ingin kabur ? Aku akan membantu Mu.”
“Pfftt… Hahahah… Tidak perlu berusaha sekeras itu untuk membantu Ku, Tua Kesatria. Karena jika Aku pulang sekarang, bisa jadi ada pertarungan otak maupun otot antara Grand Duke dan Kakek. Tapi terimakasih karena sudah membuat suasana hati ku membaik.” Ucap Calista sambil menyeka air mata.
Tanpa sengaja Dia memandang jendela Kamarnya. Dari lampu yang sudah menyala, menunjukkan bayangan dari dalam kamar. Calista tau, itu bayangan seorang Pria. Sorot matanya tersenyum, dan sedetik kemudian kembali menatap Tuan Kesatria.
“Kurasa Kita harus berpisah. Aku sudah menahan Mu terlalu lama di sini. Maaf dan terimakasih untuk bantuan Mu dalam hal luka luar dan luka dalam batin Ku.”
“Nona!” Tangan Tuan Kesatria menahan tangan Calista dengan lembut.
“Ya ?”
“Apa Kau membutuhkan teman curhat ?”
Calista menarik garis senyum. Dia tau tujuan percakapan ini akan kemana. “Aku membutuhkan nya, jangan bilang Tuan Kesatria mau mengajukan diri?”
“Umm… Aku akan menunggu Mu di sini. Mari jadikan pohon ini sebagai tempat pertemuan Kita.”
“Setiap hari Senin saja, bagaimana ?”
“Baiklah. Senin depan, di pohon yang sama, Aku akan menunggu Mu." Tuturnya enggan melepas tangan Calista.
"Terimakasih." Calista mengangkat ujung gaun nya, kemudian menunduk elegan. Mereka pun berpisah.
Setelah Calista pergi, dari kegelapan muncul seorang pria yang sejak tadi menyembunyikan keberadaan Nya.
"Yang Mulia Putra Mahkota, Nona Faelynn masih mencari Anda di taman kaca. Permainan petak umpet malam hari ini sudah melewati waktu normal."
"Haahh, energi Ku langsung tersedot habis usai perkataan Mu. Apa sulit membiarkan Ku bebas sedikit saja, Fiktor?"
"Aneh sekali. Padahal wajah Mereka berdua sama... Kenapa perlakuan Anda pada Mereka berbeda?"
"Oh, kau tidak menyadari sorot mata wanita dengan nama Calista itu Fiktor?"
"Tentu tidak, Yang Mulia. Karena yang bertatapan dengan nya adalah Anda."
"Hahaha... Dari tatapan Calista, tampak jelas Dia menyembunyikan banyak hal."
"Seperti sakit hati?"
"Tentu tidak. Untuk beberapa saat Dia memang tulus dalam bersedih, tetapi sesaat sebelum Dia pergi, sorot mata nya sempat berubah saat melihat jendela kamar nya yang menginformasikan ada orang yang masuk ke dalam tanpa ijin. Calista itu, sesuatu sekali."
"Apa Dia licik ?"
"Aku sudah berurusan dengan banyak orang yang licik Fiktor. Dan Aku merasakan hal itu dengan jelas saat melihat sorot matanya. Apa Kau tidak merasa janggal dengan dirinya yang tiba-tiba ada di Kediaman ini ? Putri asli yang muncul setelah sekian lama, kira-kira apa pemicunya ? Kita tidak akan tahu sampai Dia bertindak. Aku bahkan tidak mendapat gambaran sedikit pun untuk masa mendatang. Calista itu terlalu tenang. Terlalu sunyi. Terlalu tersembunyi. Dia bermain terlalu rapi."
Putra Mahkota menjelaskan semua itu tanpa henti-hentinya tersenyum. Jantung nya terus berdebar lantaran pertemuan yang tidak disengaja ini.
Sembari Putra Mahkota yang kembali ke taman kaca dan berpamitan pulang karena tidak mungkin menginap di kediaman Grand Duke, di sisi lain Calista sudah masuk ke dalam kamar dan mengamati struktur kamar. Ada yang hilang. 'Kotak surat' yang sudah menampung 14 amplop yang ingin Dia kirimkan pada Arzhel Tran Wheatley menghilang.
Dengan iris mata yang melebar dan lengkungan senyum di wajah, Calista bersuara. "Malam ini akan terasa sangat panjang bagi seseorang." Tuntas nya sambil meletakkan jari telunjuk di bibir.
...***...
...Jangan lupa like dan komen ya Guys. Neo butuh penyemangat lewat ketikan Kalian🫶 Silahkan pergi ke Chapter selanjutnya usai meninggalkan jejak Guys😌♥️...