NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Naga Mencakar Langit

Malam menjelma dengan hening yang khidmat. Langit di atas Kastil Kaki Naga Langit dihiasi bulan perak yang bulat sempurna, memantulkan cahaya lembut ke tanah lapang. Angin malam bertiup pelan, membawa aroma embun dan dedaunan, seakan ikut menunggu sesuatu yang besar terjadi.

Para anggota klan menengah hingga klan bawah telah kembali ke asrama, kelelahan oleh latihan siang tadi. Namun, di lapangan belakang kastil, delapan sosok masih berdiri tegak. Mereka adalah inti, pengikut setia yang dipilih langsung oleh Wēi Qiao: Huang Jianwu, Chen Haoran, Han Yoran, Shen Jianguo, Wuan Ce, Liang Riu, Xiao Yin, dan sang pemimpin mereka, Wēi Qiao sendiri.

Mereka berbaris rapi, pakaian mereka sedikit basah oleh keringat latihan sebelumnya, namun mata mereka menyala penuh harapan. Di hadapan mereka, Wēi Qiao berdiri dengan tangan terlipat di dada, rambut hitam panjangnya bergoyang halus tertiup angin. Tatapannya tajam, namun juga mengandung ketenangan yang membuat siapa pun merasa mereka sedang berada di hadapan sosok yang jauh di atas mereka.

Ia membiarkan kesunyian menguasai lapangan sesaat, hingga hanya terdengar suara jangkrik dan detak jantung yang berdebar. Lalu suaranya keluar, jernih, tegas, dan dalam:

[Wēi Qiao]: "Malam ini, aku akan menunjukkan pada kalian sebuah teknik bela diri yang tak sembarangan. Teknik ini diwariskan hanya pada mereka yang mampu menanggung bebannya. Namanya… Naga Mencakar Langit."

Ucapan itu membuat dada ketujuh pengikutnya bergetar. Mereka saling melirik, mata melebar, seakan nama itu saja sudah cukup untuk menimbulkan rasa gentar dan kagum.

Chen Haoran menelan ludah, wajahnya tegang.

Han Yoran tanpa sadar menggenggam erat tangannya, berusaha menahan rasa penasaran.

Wuan Ce, meski wajahnya tetap dingin, sorot matanya sedikit menyipit, menunjukkan minat yang tersembunyi.

Sementara Huang Jianwu hampir tidak berkedip, seperti anak kecil yang menanti dongeng.

Wēi Qiao melanjutkan dengan suara dalam.

[Wēi Qiao]: "Teknik ini terdiri dari lima belas bentuk. Setiap bentuknya adalah satu langkah menuju puncak kekuatan. Tapi bentuk-bentuk ini bukan hanya gerakan. Ia adalah perpaduan antara tenaga dalam, ilmu pernapasan, dan disiplin gerakan tubuh. Tanpa keseimbangan ketiganya, ‘Naga Mencakar Langit’ hanyalah tarian kosong."

Angin seolah berhenti berhembus. Bulan memantulkan sinarnya tepat pada dirinya, membuat sosok Wēi Qiao tampak seperti pahatan dewa.

Ia menarik napas panjang. Suaranya semakin dalam.

[Wēi Qiao]: "Perhatikan baik-baik. Aku tidak akan hanya menunjukkan jurus, tapi juga inti dari bagaimana mengeluarkan tenaga dalam hingga setiap gerakan menjadi sempurna. Dengarkan tubuhku, rasakan auraku, dan biarkan kalian belajar dengan mata dan jiwa kalian."

--

Wēi Qiao mengangkat tangannya perlahan.

Bentuk pertama dimulai dengan gerakan sederhana: satu tangan ke depan, satu tangan ke belakang, seperti cakaran naga yang baru membuka mata. Nafasnya stabil, aliran energi dalam tubuhnya tampak jelas dari aura samar yang memancar.

Huang Jianwu berbisik lirih, matanya membesar:

"Ini… bahkan dari gerakan sekecil itu, auranya terasa menekan dada…"

Bentuk kedua berganti. Tangan dan kaki bergerak selaras, tubuhnya berputar ringan. Angin malam ikut terseret, menciptakan pusaran kecil di sekitarnya.

Bentuk ketiga. Kakinya menghentak ke tanah. Sebuah getaran merambat ke bumi, seperti seekor naga menggeliat di bawah tanah.

Bentuk keempat. Kedua tangannya merentang, lalu mencakar ke udara. Suara angin mendesir tajam, seakan cakaran itu membelah udara itu sendiri.

Semakin ia berganti bentuk, semakin luas auranya. Dari sekadar hembusan samar, menjadi gelombang yang mendorong tubuh para pengikutnya ke belakang.

Han Yoran terengah, langkahnya bergeser tanpa sadar.

"Hebat… ini bahkan belum serangan sungguhan, tapi tekanan auranya saja sudah seperti gelombang laut!"

Bentuk ketujuh. Ia memutar tubuhnya cepat, kaki menapak tanah seperti pilar baja, sementara tangannya mencakar ke samping. Kilatan samar seperti sisik naga muncul di lengannya.

Wuan Ce sempat menyipitkan mata, berbisik dengan suara dingin:

"Itu… ilusi? Atau benar-benar manifestasi naga?"

Bentuk kesepuluh. Wēi Qiao menghentakkan kaki lagi, kali ini retakan tanah menjalar keluar, membentuk pola seperti sisik naga di bawah kakinya.

Chen Haoran hampir berteriak, tapi menahannya.

“Ini… gila! Bagaimana jika dia benar-benar serius?!”

Bentuk keempat belas. Auranya berubah liar, seperti badai. Angin mengaum, rambut para pengikutnya berkibar.

Akhirnya, bentuk kelima belas. Puncak dari Naga Mencakar Langit.

Wēi Qiao merendahkan tubuhnya, lalu melompat tinggi. Tangannya mencakar ke langit, dan untuk sesaat, semua orang melihat bayangan seekor naga raksasa yang muncul di belakangnya—mencakar bulan malam.

Hening. Dunia seakan berhenti.

Ketika ia mendarat, tanah bergetar halus, auranya perlahan surut.

Para pengikutnya terdiam, wajah mereka pucat namun mata mereka bersinar penuh kagum.

Liang Riu akhirnya memecah keheningan, suaranya gemetar:

"…Itu bukan hanya jurus. Itu… seolah naga benar-benar hidup di tubuhmu, Tuan Putri."

Wēi Qiao berdiri tegak, menatap mereka satu per satu.

[Wēi Qiao]: "Itulah ‘Naga Mencakar Langit’. Jika suatu hari kalian bisa menguasai meski hanya tiga bentuknya, maka seribu musuh pun takkan mampu menahan kalian. Ingatlah… teknik ini bukan untuk mainan, tapi untuk mereka yang benar-benar siap menanggung kekuatan naga."

[Wēi Qiao] : Jangan hanya terpesona. Mulai sekarang, kalian harus mempraktekkan apa yang kalian lihat. Aku tidak akan memberi penjelasan, aku tidak akan membetulkan gerakan kalian. Karena ketika Ujian Tahap Ketiga dimulai, mungkin aku tidak bisa berada di sisi kalian.

Semua menelan ludah. Aura Wēi Qiao yang tenang tapi dingin membuat hati mereka bergetar.

[Chen Haoran] : T-tapi… Putri, gerakan itu terlalu cepat. Aku bahkan tidak sempat mengingat semuanya…

[Huang Jianwu] : Kau ini selalu ragu, Haoran! Putri sudah memberi kita kesempatan emas. Kalau kau hanya mengeluh, kau tak akan pernah maju. Ayo kita coba bersama-sama. Demi Putri, kita harus bisa!

Para pemimpin itu mulai menirukan bentuk pertama. Mereka mengangkat tangan, menekuk lutut, dan mengatur pernapasan.

[Han Yoran] : Tidak! Nafas kalian kacau. Dengarkan ritme pernapasan Putri tadi, seperti aliran sungai… begini! Han Yoran menarik dan menghembuskan nafas perlahan, tangannya membentuk cakar, tapi tubuhnya sedikit miring.

[Shen Jianguo] : Kau bicara soal nafas, tapi kakimu itu goyah seperti ayam mabuk. Fokus dulu pada pijakan, Yoran!

[Han Yoran] : Hah! Paling tidak aku mencoba. Kau sendiri kaku seperti batang kayu! Bahkan kuda bisa melompat lebih luwes darimu!

[Shen Jianguo] : Hah, mulutmu lebih tajam daripada gerakanmu. Kalau terus begitu, yang kau kalahkan hanya udara!

[Wuan Ce] : (mendengus) Memalukan. Bentuk pertama saja sudah membuat kalian seperti anak-anak. ‘Naga Mencakar Langit’ bukan gerakan pasar malam. Kalau kalian tidak serius, lebih baik berhenti.

[Liang Riu] : Hah, bicara itu mudah. Kalau memang kau jago, tunjukkan saja, jangan cuma meremehkan!

Wuan Ce maju, tubuhnya tegak. Ia mengangkat tangannya, membentuk cakar. Nafasnya dalam dan teratur. Gerakan yang ia buat memang belum sempurna, tapi ada kekuatan tersimpan di tiap ayunan.

[Wuan Ce] : Tidak sempurna, tapi setidaknya mendekati. Begini caranya.

[Han Yoran] : Hooo, jadi kau bisa juga ya selain melontarkan komentar pedas. Aku hampir kagum.

[Wuan Ce] : (dingin) Kagum saja tidak cukup untuk bertahan hidup.

---

Mereka pun mencoba bentuk kedua. Kali ini gerakan melompat ke samping dengan putaran tangan seperti cakar yang menebas langit.

[Chen Haoran] : Ugh! Xiao Yin, kau menabrakku lagi!

[Xiao Yin] : Itu karena kau lambat, Haoran! Gerakan harus cepat, bukan seperti siput yang baru bangun tidur!

[Chen Haoran] : Kau pikir aku tak mencoba?!

[Han Yoran] : Hahaha, lihat mereka berdua! Satu lambat, satu ceroboh. Cocok sekali kalau digabungkan—siput ceroboh!

[Xiao Yin] : Kau—! muka Xiao Yin memerah, malu sekaligus kesal, tapi kata-katanya tercekat.

Liang Riu mencoba melangkah cepat, tapi kakinya salah pijak. Ia hampir jatuh menabrak Shen Jianguo.

[Shen Jianguo] : Hei! Apa kau ingin membunuhku sebelum ujian dimulai?!

[Liang Riu] : Maaf! Gerakan ini terlalu sulit kalau tanpa arahan jelas…

[Han Yoran] : (mengejek) Katamu kau murid paling gesit di antara kita. Tapi lihatlah, baru bentuk kedua saja kau sudah seperti kepiting pincang.

[Liang Riu] : (geram) Kau mau coba duel sekarang, hah?!

[Shen Jianguo] : Wah, kalau kau mau duel, aku akan jual tiketnya. Bisa jadi hiburan malam ini!

Semua jadi semakin ribut. Nafas mereka memburu, gerakan berantakan, suara benturan kaki dan tangan bersahut-sahutan. Aura kepercayaan diri mereka memudar, berganti rasa frustasi.

Hiruk-pikuk semakin menjadi. Nafas mereka tak teratur, gerakan cakar naga yang seharusnya penuh wibawa malah terlihat seperti gerakan orang mabuk. Suara desisan tenaga dalam yang tidak sinkron membuat suasana kacau. Bahkan tanah lapang pun dipenuhi debu yang berterbangan karena langkah mereka yang ceroboh.

[Han Yoran] : Hhh—hhah… lihat kalian! Bahkan kucing liar pun lebih teratur daripada ini!

[Xiao Yin] : Diam kau! Kau hanya tahu bicara!

[Chen Haoran] : Putri bilang kita harus memecahkannya sendiri, bukan saling ejek!

[Liang Riu] : Kalau begitu, berhenti melambatkan kami, Haoran!

[Shen Jianguo] : (mendengus sambil mengusap kakinya yang terinjak) Kalau begini terus, yang ada kita mati duluan sebelum ujian tahap ketiga dimulai.

Wuan Ce berdiri tegak di samping, matanya penuh kejengkelan.

[Wuan Ce] : Menyedihkan. Putri memberi kita warisan yang begitu agung, tapi kalian memperlakukannya seperti latihan anak kecil.

Huang Jianwu akhirnya menghentakkan kakinya ke tanah, suara hentakan itu keras membuat semua berhenti sejenak.

[Huang Jianwu] : Cukup! Semua diam dulu!

Semua menoleh. Nafas mereka masih terengah-engah. Wēi Qiao tetap berdiri dengan wajah dingin, tak berkata apa-apa.

[Huang Jianwu] : Dengarkan aku! Putri tidak meminta kita untuk sempurna. Beliau hanya ingin kita memecahkannya sendiri. Itu artinya, kita harus bekerjasama, bukan saling menjatuhkan.

[Han Yoran] : (menyeringai) Ohh, Jianwu yang biasanya santai tiba-tiba jadi bijak ya.

[Huang Jianwu] : (menatap Han Yoran) Kau boleh mengejekku, tapi kalau terus begini, kita tak akan pernah menguasai satu pun bentuk ‘Naga Mencakar Langit’.

[Chen Haoran] : Jianwu benar… kalau terus bertengkar, Putri hanya akan semakin kecewa.

[Xiao Yin] : Hhh… baiklah. Aku akan menahan mulutku.

[Han Yoran] : (mengangkat tangan, pura-pura serius) Aku juga… meski sulit bagiku untuk tidak menggodamu, Xiao Yin.

Xiao Yin langsung menunduk dengan muka memerah, tak sanggup membalas.

[Liang Riu] : (menghela napas) Baiklah, mari kita coba lagi. Tapi kali ini… kita fokus.

Huang Jianwu maju selangkah, berdiri di tengah lingkaran.

[Huang Jianwu] : Mari kita ulangi dari bentuk pertama. Tarik nafas bersama… hembuskan bersama. Dengarkan langkahku, rasakan ritme satu sama lain.

Semua mengangguk. Mereka menutup mata sejenak, lalu perlahan mengatur nafas. Langkah pertama, tangan terangkat membentuk cakar. Nafas masuk, tubuh diturunkan. Langkah kedua, gerakan menyapu ke samping. Nafas keluar, kaki menghentak tanah.

Perlahan, gerakan mereka mulai seirama. Tidak sempurna, tapi sudah lebih baik. Debu yang berterbangan kini membentuk pusaran kecil, seolah menari bersama irama latihan mereka.

Dari kejauhan, Wēi Qiao masih menatap dengan tatapan dingin, namun di balik matanya ada kilatan samar: rasa puas yang ia sembunyikan rapat.

Detik demi detik berlalu. Nafas mereka kini mulai seirama, langkah kaki mulai menyatu, gerakan tangan yang tadinya berantakan perlahan menjadi selaras. “Cakar Naga” yang semula terlihat seperti gerakan kacau, kini mulai menunjukkan wibawa dan ketegasan.

Debu yang beterbangan membentuk pusaran, setiap kali mereka menghentakkan kaki bersama-sama, tanah bergetar tipis. Keringat mengalir deras di wajah mereka, namun tidak ada yang berhenti.

[Huang Jianwu] : Lebih dalam lagi tarik nafasmu, Haoran! Kau masih terlalu cepat!

[Chen Haoran] : Hhh… baik! Aku akan ikuti ritmemu!

[Wuan Ce] : (menatap dingin) Yoran, gerakan kakimu terlalu lebar. Kau membuang tenaga.

[Han Yoran] : (mencibir) Hah? Kau bisa perhatikan kakiku? Jangan-jangan kau memperhatikanku terus, ya?

Wuan Ce hanya mendengus dingin, tak menjawab. Han Yoran malah cekikikan, membuat Xiao Yin yang ada di sampingnya tambah salah tingkah.

[Xiao Yin] : (berbisik cepat) Hentikan candamu! Kita sedang latihan serius!

[Han Yoran] : (menyeringai) Hihihi… justru aku serius, Xiao Yin. Kau makin tampan saja kalau marah begitu.

Xiao Yin langsung memerah, nyaris salah gerakan, membuat Chen Haoran menahan tawa di balik fokusnya.

[Liang Riu] : Fokus! Kalau kau salah lagi, semua ritme akan hancur!

Sekali lagi, mereka kembali menyatukan gerakan. Tangan terangkat ke langit—cakar membelah udara. Nafas ditarik, lalu dihembuskan dengan sempurna. Gerakan ke-10, aura mulai terasa berputar di sekeliling mereka, membentuk lingkaran tipis seperti kabut tenaga dalam.

Wēi Qiao masih berdiri dengan tenang, lipatan tangan di dada tidak berubah. Matanya tajam, dingin, seolah sedang menimbang tiap detail. Para pengikut menahan napas ketika mencoba bentuk terakhir, bentuk ke-15.

Saat tangan mereka bergerak serentak, menghentak tanah dan mencakar udara ke atas—suara gemuruh kecil terdengar. Pusaran tenaga dalam mereka bersatu, membentuk semacam hembusan angin yang naik ke langit.

Semua terdiam, dada naik turun berat, wajah dipenuhi keringat. Namun hasilnya tak bisa dipungkiri: untuk pertama kalinya, mereka berhasil membuat bayangan samar “cakar naga” di udara.

[Shen Jianguo] : (terengah-engah) Hhh—akhirnya! Aku kira paru-paruku meledak tadi!

[Chen Haoran] : (mengelap keringat) Hhh… tapi itu… luar biasa. Rasanya… tenaga kita benar-benar menyatu.

[Liang Riu] : (menatap kagum ke arah aura samar itu) Tidak kusangka… kita bisa sampai sejauh ini hanya dengan satu kali latihan.

Semua akhirnya menoleh ke arah Wēi Qiao, menunggu reaksi. Namun ia masih diam, wajahnya tetap tenang. Hening sejenak, hanya suara angin malam yang terdengar.

[Wēi Qiao] : (perlahan membuka suara) Tidak buruk.

Suara lembut itu membuat semua berdebar. Wēi Qiao melangkah maju, sorot matanya tajam tapi berkilau bangga.

[Wēi Qiao] : Kalian… baru saja menyentuh permukaan dari “Naga Mencakar Langit”. Itu bukan sekadar gerakan, tapi penyatuan hati dan jiwa. Ingatlah, bukan kekuatan pribadi yang membuat teknik ini sempurna, melainkan harmoni kalian bersama.

Para pengikut terdiam, dada mereka bergemuruh. Sebuah kebanggaan muncul karena akhirnya, untuk pertama kalinya, Putri Wēi Qiao mengakui usaha mereka.

[Huang Jianwu] : (tersenyum kecil) Jadi… kita tidak mengecewakan Putri kali ini?

[Wēi Qiao] : (menatap mereka satu per satu, lalu tersenyum samar) Kalian… membuatku percaya bahwa kita bisa melewati ujian tahap ketiga.

Hati mereka serentak bergetar. Senyum samar itu, meski singkat, terasa lebih berharga dari seribu pujian.

1
aurel
aku mampir di bab terbaru kamu Thor, yuk mampir juga di bab terbaru aku
RiaChenko♥️
Bagus, Jadi rekomendasi sih
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!