NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Pernikahan ini terada begitu nyata bagiku. Bagaimana Mada bersikap, penuh perhatian dan penyayang padaku. Jika aku jujur, mungkin aku sudah jatuh hati pada pria yang kini menjadi suamiku ini. Terlepas alasan kita menikah.

Hari ini Mada pergi ke kantor untuk bekerja. Sementara aku, memilih datang ke Home Clean untuk berpamitan pada semuanya. Terutama Pak Anton, dia seperti sosok ayah bagiku di saat aku benar-benar kehilangan arah.

Home Clean masih seperti biasanya. Banyak karyawan yang keluar masuk karena memang tugas mereka ada di luar kantor. Hanya admin dan direktur yang tetap ada di dalam kantor. Jadi, jika ditanya apa aku kenal semua karyawan? Tentu saja tidak. Kami jarang bertemu muka.

"Yang sudah tidak kerja lagi kok datang?"

Dia Indah. Admin di Home Clean, orang yang selalu memberikan perintah padaku di ponsel. Meski terlihat ketus dan tidak bersahabat, tapi Indah sangat baik. Bahkan saat aku baru saja bergabung, dia yang membimbingku langsung. Padahal kondisinya saat itu tengah hamil besar.

"Mau pamitan aja. Pak Anton ada?"

"Lagi ada tamu. Kamu bisa duduk di sini sembari menunggu," kata Indah.

Jarang-jarang ada tamu yang datang langsung ke Home Clean. Kebanyakan tamu yang datang untuk komplain kalau tidak mereka meminta satu karyawan di sini untuk membersihkan rumah secara terjadwal.

Sementara Indah sibuk, aku hanya bisa duduk dengan ponsel di tanganku. Tidak tahu mau apa juga, tapi jika hanya duduk tanpa melakukan apapun rasanya aneh. Mau mengobrol dengan Indah juga tidak mungkin karena dia sedang sibuk.

Lama menunggu, sebuah pesan masuk ke dalam ponselku. Nomor yang masih belum aku namai tapi aku tahu siapa dia. Mada.

[ Jangan sampai ada yang tahu identitas aslimu. Cukup mereka tahunya kau adalah istriku. Paham? ]

[ Paham. ]

Tanpa pikir panjang akhirnya aku menamai nomor Mada dengan 'Suamiku' aneh tapi ini membuatku tersenyum. Jika dulu semua ini hanya angan-angan, sekarang aku benar-benar memiliki seorang suami.

Lama menunggu. Pintu ruangan Pak Anton terbuka. Seorang wanita yang terlihat ramah dengan rambut yang sudah mulai banyak memiliki uban. Oma Mela, entah ada urusan apa dengan Pak Anton sampai wanita itu datang ke Home Clean.

"Heera."

"Oma Mela."

Rasanya sakit saat melihat wajah Oma Melati, tapi aku harus bersikap tenang dan senatural mungkin. Aku tidak boleh menghancurkan rencana Mada begitu saja. Dia sudah membantuku sampai di titik aku tahu seperti apa orang tuaku.

Oma Melati langsung memeluk diriku. Bahkan dia mencium pipi kiri dan kananku. Aneh sekali rasanya dan ada apa ini.

"Oma Mela kenapa di sini?"

"Oma mencari kamu."

"Saya? Kenapa?" aku menoleh pada Pak Anton tapi beliau juga menggelengkan kepal tanda tidak tahu.

"Boleh minta nomor kamu. Oma buru-buru, nanti Oma kabari lagi."

Dengan terpaksa aku memberikan nomor ku pada Oma Melati. Setelah ini aku akan mengatakan pada Mada. Mungkin aku bisa tahu maksud Oma Melati mendekatiku.

"Terima kasih ya, Heera. Oma duluan." Oma Melati menepuk pundakku beberapa kali.

"Iya, Oma. Hati-hati."

Setelah Oma Melati pergi aku masuk ke ruangan Pak Anton. Tentu saja mengucapkan terima kasih dan maaf karena sudah merepotkan selama ini. Terima kasih karena sudah mau menerima aku tanpa tahu asal-usulku.

Obrolan kami berlanjut sampai istri Pak Anton juga datang. Kami memang kenal, tapi tidak dekat karena baru beberapa kali bertemu.

"Sekali lagi saya berterima kasih, Pak Anton."

"Sama-sama Heera. Saya turut senang mendengar kamu sudah mendapatkan suami yang mau menerima kamu."

"Iya, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari Pak, Bu."

*.*.*.*

[ Apa kita bisa bertemu? Ini Oma Mela ]

Pesan itu aku memilih tidak membukanya. Aku akan mendiskusikan hal ini dulu dengan Mada. Aku tidak tahu rencana seperti apa yang sudah dia susun, jadi aku tidak boleh bertindak semau hatiku.

Alasan Mada masih menyembunyikan identitas asliku juga karena banyak hal. Salah satunya Oma Melati dan Mama Ayu yang harus diwaspadai. Belum lagi Elvi dan yang lain. Jadi, lebih baik saat ini aku hanya menjadi istri yang saling mencintai dengan Mada.

Beberapa bahan aku keluarkan dari kulkas. Aku ingin membuat nasi goreng ayam agar saat Mada pulang dia bisa langsung menyantapnya. Melihat Mada yang lahap memakan masakanku membuat aku merasa senang. Ada rasa bangga tersendiri dalam diriku.

[ Bisakah kau membalas pesan Oma? ]

Beberapa pesan masuk kembali dari Oma Melati tapi aku tetap fokus dengan apa yang aku lakukan. Bahkan aku tidak sadar jika Mada saat ini sudah berada di sampingku.

"Kamu masak apa?"

"Nasi goreng ayam. Kamu sudah pulang?"

"Baru saja. Lihat kamu sibuk, jadi aku memilih ke sini dulu."

"Mandilah dulu. Nanti baru makan bersama."

"Tidak. Aku mau makan dulu saja."

Aku langsung menyiapkan piring dan gelas untuk Mada. Pria itu terlihat antusias saat aku menyajikan nasi goreng itu.

"Oma Melati meminta nomorku."

"Lalu?" tanya Mada sembari memasukan makanan ke mulutnya.

"Dia meminta bertemu. Entah apa yang dia inginkan."

"Bagaimana menurutmu?" Mada menatap diriku yang saat ini duduk di sisinya.

"Aku harus bertemu. Aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Terserah padamu saja."

"Terima kasih."

"Asal kau jaga diri, aku akan mendukung apa pilihanmu."

Aku kira Mada akan memintaku tinggal dan tidak menggubris Oma Melati. Ternyata dia juga ingin aku dekat dengan keluarga itu. Saat ini, aku tidak punya rencana apapun. Jadi, aku memilih ikut kata Mada saja. Mungkin, karena aku belum tahu hal yang sebenarnya.

[ Kita akan bertemu di mana, Oma? ]

Akhirnya aku membalas pesan Oma Melati setelah banyak pesan masuk yang tidak aku balas.

Tidak menunggu lama Oma Melati langsung membalas kembali pesanku.

[ Kafe Angelia. Bagaiman? ]

[ Baik, Oma. ]

Selesai janji bertemu dengan Oma Melati. Mada juga sudah selesai memakan nasi goreng di piringnya.

"Mada."

"Ya?"

"Apa kau tahu makam ibuku?" tanyaku.

"Aku tahu. Kenapa?"

"Bisakah antar aku kesana. Aku belum pernah mengunjunginya sama sekali."

"Boleh. Besok aku akan mengantarmu kesana."

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Aku duduk sendiri karena Mada sedang mandi saat ini. Kembali aku melihat potret kedekatan Ibu Heni dan Ibu Rima. Saat ini, aku hanya mendengar dari Mada tentang orang tuaku. Aku juga ingin mendengar dari pihak Pak Arga maupun Oma Melati.

Sebenarnya aku ini siapa? Apakah benar aku anak Ibu Heni dan Pak Arga? Atau aku hanya orang yang dianggap pion oleh Mada? Aku harus tahu tentang siapa diriku dulu. Jika perlu, aku ingin tes DNA dengan Pak Arga. Jika benar aku anaknya, maka aku akan meminta hakku.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!