NovelToon NovelToon
Istri Buta Tuan Muda Tengil

Istri Buta Tuan Muda Tengil

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Azam Rizki Van Houten---Tuan muda tengil, royal, arogan, tapi patuh dan taat pada orang tua. Kecelakaan hebat hari itu di karnakan kecerobohannya yang ugal-ugalan mengemudi membuatnya harus menerima di terbangkan ke Australia. 5 tahun kemudian ia kembali. Sang bunda merencanakan perjodohannya dengan Airin--gadis yang begitu di kenalnya. Namun, kali ini Azam menentang permintaan bundanya, di karnakan ia telah menikah diam-diam dengan gadis buta.


Arumi Afifa Hilya, kecelakaan hari itu tidak hanya membuatnya kehilangan penglihatan, tapi gadis malang itu juga kehilangan adik yang paling di sayangnya--Bunga. 5 tahun kemudian seorang pemuda hadir, membuat dunianya berubah.

***

"Satu hal yang perlu lu ketahui, Zam! Lu adalah orang yang telah membuat gadis tadi tidak bisa melihat. Lu juga orang yang membuat anak kecil tadi putus sekolah. Dan lu juga yang telah merenggut nyawa adik mereka! Dengar itu, bangsat!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amplop dari Parjo

"Nah, ini pasti baju untuk Kakak." Aril meletakkan satu paperbag diatas paha Arumi yang tengah duduk bersimpuh di atas tikar. Bocah itu begitu bersemangat membuka barang-barang yang di berikan pemuda tadi.

"Eh." Berkerut kening Arumi meraba isi dalam paperbag tersebut. "I-ini benaran untuk Kakak?"

"Itu kan baju perempuan, ya pasti untuk Kakak lah. Kalau ini punya Aril." Satu paperbag yang berisi pakaian untuknya letakkan di atas pangkuan.

"Dek, bukannya orang Dinas Sosial tadi bilang hanya memberikan sembako saja?" tanya Arumi lagi. Ia tidaklah yakin dinas sosial tadi juga memberikan pakaian untuk mereka.

"Dinas sosial itu apa, kak?"

Arumi hanya tersenyum, mendengar pertanyaan polos adiknya. Perlahan pakaian tersebut di keluarkan dari paperbag lalu dibawa ke hidung, tercium aroma kain yang masih baru.

"Bang Rayen baik ya Kak? Tadi Aril juga di bawa makan Ayam goreng. Rasanya enak banget, Kak," ujar Aril menceritakan yang di lakukannya bersama Azam tadi.

"Memangnya tadi Aril di bawa kemana?"

"Ke Mall."

"Ma-Mall?" tanya Arumi nyaris tak percaya.

"Iya, Mal Family A5 yang berada di pusat kota itu. Gedungnya tinggi dan tempatnya juga sejuk dan wangi," jawab Aril menceritakan dengan penuh semangat.

Arumi memang pernah mendengar cerita tentang Mal Family A5 tersebut. Sebuah Mal terbesar dan termegah yang di resmikan beberapa tahun lalu. Dan kabarnya sewaktu peresmian mall tersebut, semua pengunjung di gratiskan belanja sesuai bajet yang di tentukan. Arumi juga tahu nama pemilik Mall tersebut, orang terkaya di kota ini yang sekarang juga menjabat sebagai wakil rakyat. Orang itu amatlah dermawan dan banyak di kagumi warga di kompleks ini, termasuk Arumi sendiri.

***

Sampai saat ini pikiran Azam belumlah tenang. Rambutnya yang sudah acak-acakan di seka dengan kasar, terkadang di tariknya juga. Bayangan kecelakaan lima tahun yang lalu dan perkataan Parjo siang tadi masih terngiang di benaknya. Rasa bersalah kian menghantui dirinya.

Ponsel di atas kasur kembali di raihnya, menghubungi nomor seseorang. Namun, tidak aktif.

"Arghhhh!" Ponsel di bantingnya ke lantai hingga pecah berderai. Kedua tangan kembali menyeka rambut dengan kasar. Badannya membungkuk, menyembunyikan wajah diantara lutut.

Tok tok tok

Pandangannya beralih pada pintu kamar yang di ketuk. Jam yang tergantung di dinding di lirik sekilas sebelum bangkit dari tepi ranjang dan berjalan ke arah pintu.

"Abang kenapa? Sakit?" tanya Zahra sambil menempelkan punggung tangannya di dahi pemuda itu. "Gak panas kok?"

"Gue ngantuk, kalian keluarlah," sahut Azam pelan. Pintu di tarik untuk di tutup kembali, namun tangan Zahra dan Azizah lansung menahan sebelum pintu benar-benar tertutup.

Azam menghembuskan nafas pendek. "Apalagi, Dek?"

Zahra dan Azizah mengerutkan kening. Heran melihat abangnya seperti sedang galau. Dan untuk pertama kali mereka mendengar pemuda itu menyebut mereka 'dek' dengan suara yang lemah. Biasanya, lu, lu atau kalian.

"Abang demam ya?" tanya Zahra sekali lagi.

Azam menghela nafas panjang, sepasang matanya melirik tajam pada kedua adiknya sebelum menggeleng dan menunduk memandang lantai.

Tentu saja pemandangan itu membuat kening Zahra dan Azizah semakin berkerut.

"Tadi Bang Parjo dan bang Mail kesini. Mereka memberikan ini buat Abang."

Mendengar nama dua sahabatnya itu, Azam mengangkat kepala, amplop coklat yang di ulurkan Zahra di pandangnya lama sebelum di ambil. "Dimana mereka sekarang?"

"Udah pulang."

Tanpa banyak tanya lagi, Azam segera berlari keluar dari kamar. Tubuh Zahra dan Azizah yang berdiri diambang pintu di kibaskannya karna menghalangi jalan.

"Abang!" teriak Zahra sambil meringis kesakitan mengusap bahunya yang terkena konsen pintu.

Azam terus saja berlari menuruni tangga, amplop coklat yang di berikan Zahra tadi di genggamnya erat.

"Abang mau kemana?" teriak Ayang yang kebetulan hendak ke ruang keluarga.

Tetap saja panggilan bundanya itu tidak di indahkannya. Dia terus berlari menuju gerbang utama.

"Tuan Muda mau kemana?" tanya pengawal yang berjaga.

"Parjo mana?" tanya Azam tanpa menjawab tanya pengawal tersebut terlebih dulu.

"Ooh.. Den Parjo baru saja pulang dengan Den Mail. Tuh, asap motornya saja belum hilang."

Segera Azam berlari keluar gerbang melalui pintu kecil di samping pos jaga.

"Jo! Mail!" teriaknya keras pada pengendara motor yang lampunya masih terlihat. Kembali dia berlari ke dalam, menuju garasi. Pintu mobil di buka, tapi terkunci.

"Fadli!" teriaknya pada sopir pribadi yang di perintahkan bundanya untuk mengantarkan kemanapun dia pergi.

"Iya, Tuan Muda."

"Kunci mobil gue mana?"

"Di minta Nyonya besar, Tuan."

"Arghhh!" Azam pun mendekati motor kawasaki 1000CC yang berada di dalam garasi, tapi tetap sama, tidak ada kunci tergantung di sana.

"Argh!"

Dinding garasi di tinjunya kuat, meluapkan amarahnya. Bicara pada bundanya percuma, karna kemarin bundanya memang telah mengatakan tidak mengizinkan ia keluar rumah pada malam hari.

Perlahan amplop di tangan di pandang sayu sebelum dikeluarkan isi di dalamnya. Terdapat lembaran uang yang tersusun rapi, serta secarik kertas yang terdapat tulisan tangan.

Ini uang untuk biaya kerusakan mobil lu. Gue harap cukup. Mulai sekarang jangan lagi lu ganggu mereka! 

Gigi di katup kuat menahan rasa yang membuncah di dada. Kertas tadi di remasnya sebelum di lempar ke sembarang arah.

***

Hari berganti. Suara ketukan pintu kamar yang keras membuatnya terbangun. Kelopak mata di buka sebelum berjalan kearah pintu.

"Apa sih, Bun pagi-pagi berisik banget? Abang masih ngantuk." Azam menggerutu sambil menggaruk kepala, sesekali mulutnya juga menguap lebar.

Ayang menggeleng dengan seutas senyum. "Abang, ini sudah pagi, sayang. Tadi Zahra dan Azizah sudah Bunda suruh bangunin Abang untuk sarapan. Tapi Abang gak bangun-bangun juga. Sekarang Abang mandi ya. Terus nanti ikut Bunda ke kantor," ujarnya lembut.

"Bunda, Abang malas. Abang masih ngantuk."

"Gak ada ngantuk-ngantuk. Sekarang Abang mandi atau Bunda yang akan memandikan Abang."

"Iya, iya. Abang mandi sekarang," jawab Azam cepat dan segera menuju kamar mandi.

Ayang tersenyum. Ancamannya tadi memang selalu ampuh menyuruh putra kesayangannya bergerak cepat. "Abang, buruan ya?Bunda tunggu di bawah," teriaknya sebelum meninggalkan kamar putranya itu.

.

.

.

30 menit berselang, Azam turun kelantai dasar menuju ruang makan. Salah satu kursi di meja makan di tariknya, lalu melabuhkan duduk di sana. Roti yang terhidang diambilnya sepotong.

Dari arah dapur, Ayang berjalan membawa segelas susu coklat yang memang sengaja di buatnya untuk putra kesayangannya. "Loh, Abang? Kok pakai baju beginian? Kan tadi Bunda sudah bilang kalau hari ini mau ajak Abang ke kantor."

"Memang kenapa dengan baju Abang?" tanya Azam memperhatikan kaos hitam dan celana jeans yang di pakainya.

Ayang geleng-geleng kepala. Susu coklat di letakkan di hadapan putranya. "Abang, kita kan mau ke kantor. Nanti Kakak dan Azura akan membimbing, apa saja yang harus Abang kerjakan di sana. Karna dalam bulan ini Abang akan di lantik jadi CEO di sana. Sekalian Bunda akan umumkan rencana pernikahan Abang dengan Airin. Selesai sarapan Abang ganti pakaian ya?" tutur Ayang lemah lembut, memberi pengertian pada putranya.

1
PengGeng EN SifHa
setelah purnama...NENEK DAYUNG... bermunculan
Ra'
jangan lupamampir di novel karya saya
Ra'
halo kak salam kenal, jangan lupa untuk singgah jg di novel karya saya
Fitri Yani
semangat up Thor
Ra': halo kak salam kenal, jangan lupa mampir di novel karya saya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
g suka karakter ibunya tau agama tp bloon gedek bgt Q liat orang kek gt moga aja ada karma nya sayang anak boleh jalan Damai kan bisa kasih santunan atau cari donor kornea ini ngilang tanggungjawab gt aja kriminal loh ini
Ra': halo kak salam kenal, jangan lupa mampir di novel karya saya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
anak salah di bela contoh burukk bgt harusnya tanggung jawab cari tau siapa yg di tabrak kasih santunan bloon kaya raya baik katanya tp gk ada akhlak
kalea rizuky
tau agama anak salah di bela bner kah ortunya azam.. aneh g cari tau korban anak nya
kalea rizuky
pecundang keluarga pencundang semua abis nabrak g cari tau siapa yg di tabrak ayank. egois ibuk tolol
kalea rizuky
anak salah di bela waras kah aneh
Fitri Yani
semangat up Thor
Rafly Rafly
wadadidaww../Tongue/
Ra': halo kak salam kenal, jangan lupa mampir di novel karya saya🙏
total 1 replies
Rafly Rafly
pantesan.. kirain siapa /Grin/
PengGeng EN SifHa
siapa talu telepati kalian menyatu jam🤭🤭🤭🤭
PengGeng EN SifHa: bener kan waaakkk
Sasa Sasa: wkwkkw🤣🤣
total 2 replies
PengGeng EN SifHa
SEMOGO LOLOS THOOOR...CIAYOOOO💪💪💪💪💪
Resyaaro
Bener2 bagus cerita uthor ini. Crazy up thorr👍💪
Rafly Rafly
di siarin.. anaknya pungut saja sekarang belagu...
PengGeng EN SifHa
meskipun dalam hati dengan berbagai rasa bersalahnya yang pasti.
Rafly Rafly
ternyata tuan Daniel lebih bijak cara berpikirnya
Chanta
cerita yang menarik
Rafly Rafly
astaga.. Lilis kejam sekali kamu menutupinya kasus itu..ingat saat karma tiba dia nggak akan semanis kurma
Sasa Sasa: Hahha,,,,,jadi kepengen makan kurma🫢🫢
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!