Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'
mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.
suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bioskop
Siang ini aku berada di cafe bernuansa industrial, spot favorit ku untuk sekedar ngopi sembari mengerjakan tugas tugas kuliah yang membuat kepalaku pusing. Ya, aku sudah kembali melakukan aktivitas ku seperti biasa
"Sorry lama beb, si botak ngeselin banget sumpah" gerutu sebal sahabat kental ku. Aku dan wita berbeda fakultas,, aku mengambil fakultas ekonomi sedangkan dia fakultas kedokteran.
"Lu jitak aja si kepalanya" gurau ku, kami berdua tertawa.
Satu dosen terkenal menyebalkan dari fakultas kedokteran dengan kepala pelontos alias botak. Menjadi ciri khas nya tersendiri. Banyak mahasiswa menjadikannya bahan candaan
Ku sesap coffe latte ku
"Besok sore weekend nonton yuk, kita udah lama gak nonton. Denger denger sih ada film baru, nih liat deh" wita menyodorkan gawai nya memperlihatkan tayangan trailer dari salah satu film. Kepalaku mengangguk angguk
"Boleh deh, asal gak horor" jawabku. Semenjak mata batinku terbuka, setiap kali aku menonton film horor pasti mereka muncul.
"Aman" jawabnya. Kami larut dalam obrolan hingga sore menjelang
..
Jam 3 ya, jangan lupa. Notif dari gawai ku
Ya bawel balasku
Setelah mandi, aku mengeringkan rambut, Pintu kamarku dibuka
"Kakak mau pergi?" Tanya mamah, jam menunjukkan pukul 2 siang. Aku mengangguk
"Mau nonton mah, sama wita. Mamah mau nitip apa?" Sahutku
"Mamah gak mau nitip apa apa. Kamu hati hati ya, mulai musim hujan. Bawa mobil aja" aku mengangguk, menatap cermin rias. Setelah selesai bersiap, ku raih kunci mobil yang mamah taruh di atas nakas.
Mobilku melaju di jalanan yang lengang menuju ke rumah wita, tadinya dia bilang ingin membawa motor saja. Tapi ku paksa untuk ikut bersamaku. Udara sejuk menembus ke dalam mobil, hujan baru saja mengguyur kota kami
"Kan apa gue bilang, ujan lagi. Mending pake mobil" ucapku saat membuka kaca mobil di depannya.
"Iya iya. Yuk buruan" Ia langsung masuk ke kursi penumpang di sebelahku.
"Makan dulu ya, laper nih" lanjutnya. Aku mengendarai mobil kembali di bawah derasnya hujan menuju ke sebuah restoran. Kalian pasti bertanya kenapa tidak makan di cafe yang ada di mall?
Itu karena tempat semacam itu lebih banyak menggunakan jin penglaris. Selesai makan, wita langsung membeli dua tiket nonton, kami mulai masuk ke ruang teater 2.
Bau gosong tercium saat aku melangkah masuk, dari sudut paling atas aku melihat sosok perempuan tanpa kepala. Dengan posisi merangkak di tembok.
Satu jam lamanya kami menikmati film
"Gak seru ih, harusnya tuh pelakor di labrak aja gak sih" seru wita menggebu gebu di samping ku
Sedangkan aku tidak bisa fokus karena mahluk tadi berada tepat di depan layar film.
"Heh, malah ngelamun" wita memukul lenganku. Aku tersentak lalu menatapnya
"Hehe, sorry"
"Lo liat sesuatu ya" kini wita berbisik bisik.
Duh kenapa malah bahas ini sih, pikirku
"Diem deh lo, tonton aja tuh filmnya. Popcorn gue abis nih," gerutuku mengalihkan pembicaraan. Jantungku berdetak kencang saat sosok itu sudah duduk manis di sebelah ku. Di pangkuannya ada sebuah kepala buntung.
Bau anyir darah semakin tajam. Ku lirik wita yang masih asik menonton tak menghiraukan ku. Perutku mual, hawa dingin semakin bertambah entah karena AC atau sosok ini. Ku pejamkan mataku sambil membaca doa, perlahan lahan hawa kembali normal
Saat ku buka mata seorang laki laki duduk di kursi sampingku. Mata kami saling memandang lalu dia tersenyum padaku. Dari perawakan nya, laki laki ini seperti blasteran bule
"Jangan takut," ucapnya. Sontak aku menatap ke sekeliling dan benar tidak ada sosok apapun lagi. Laki laki itu juga hanya fokus melihat film
Dia bisa lihat juga? Pikirku
"Ngapain sih lo liatin cowo itu, suka ya" wita menarik lengan bajuku. Ku cubit saja perutnya
"Enak aja. Jangan kepo deh"
"Kalo lo suka, gue bantu pendekatan" ucapnya lagi dengan menaik turunkan alisnya menatapku.
"Berisik, tuh liat film nya"
..
Saat kami keluar ternyata ujan sudah reda, jam di tanganku menunjukan pukul 7 malam. Kami beralih ke area Timezone dengan berbagai permainan. Hingga tak terasa sudah jam 10 malam. Aku menghantarkan wita pulang
"ati ati lo, ketemu setan di jalan" ucapnya lalu tertawa. Ku lempar saja dengan bungkus bekas cemilan. Memang aku sudah memagari mobil ku agar 'mereka' tidak bisa ikut
Setelah wita sampai di rumahnya. Aku harus mengemudi di keheningan malam, cuaca dingin sampai terasa olehku. Jalan yang becek menambah kesan malas untuk orang orang keluar rumah.
Mataku menatap liar jalanan yang agak licin sampai tak sengaja melihat siluet orang yang berdiri di bahu jalan sebelah kiri. Ku tepi kan mobilku tepat di belakangnya. Aku keluar dan menghampiri nya.
"Permisi, motornya kenapa bu?" Tanyaku. Ibu itu melihatku terdiam, wajahnya pucat mungkin karena cuaca dingin. Wajar saja, karena dia hanya memakai baju daster berwarna merah dengan corak bunga dan switer
"Bu. " Panggilku
"Ah, mba. Apa mba liat anak saya?" Keningku menyerit heran
"Ciri ciri nya gimana bu?" Tanyaku lagi
"Perempuan pakai baju putih hello Kitty selutut" jelasnya. Ku edarkan pandanganku ke sekeliling lalu samar samar terlihat seorang anak yang berdiri di bawah pohon sebrang jalan. Dari yang ku lihat anak itu memakai baju putih dengan motif hello Kitty. Tanpa basa basi ku hampiri dia
Anak itu menatapku bingung, aku berjongkok di hadapannya.
"Yuk ikut kakak, kamu lagi nyari ibu kan" kataku, anak itu mengangguk saja. Ku gandeng tangannya yang terasa dingin.
"Mamaaa..!!" Ibu dan anak itu saling berpelukan meski aku masih tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Lalu ibu itu menatapku tersenyum
"Makasih mba, saya akan membalas kebaikan mu suatu hari nanti" lalu yang membuatku terkejut setengah mati adalah sosok dua itu menghilang di depan mataku.
Nafasku memburu kencang, menatap sekeliling ku yang sepi. Rintik ujan mulai berjatuhan lagi. Segara aku kembali ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.
Baru beberapa meter aku mengemudi, lalu lintas menjadi macet. Ku tegakkan duduk ku untuk melihat kedepan, sebuah kecelakaan terjadi. Sepeda motor berwarna biru yang hancur serta dua korban yang tergeletak di aspal tanpa di tutupi apapun
Mataku terpaku melihat siapa korban disana. Wanita dengan baju daster merah motif bunga dan anak perempuan berbaju putih . Jantungku berdegup kencang, dengan tangan gemetar ku tancap gas meninggalkan lokasi.