Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiduran
Suasana terasa begitu tegang sekarang, Lina dan Maya hanya berdiri diam di ujung ruangan dengan kepala menunduk dan tangan saling meremat. Melihat tatapan nyalang dari Zaidan, tentunya mereka semua sangat takut. Sementara Pak Than sedang mencoba membongkar kunci pintu kamar mandi, karena di di dalam sana terpasang kunci juga, maka tidak bisa dibuka dengan kunci cadangan. Akhirnya Pak Than membongkar saja kunci pintu kamar mandi itu.
"Bisa-bisanya kalian membiarkan dia sendirian di dalam! Bukannya sudah saya bilang, temani dia dan bantu dia bersiap! Kenapa bisa terjadi seperti ini sekarang?!" tekan Zaidan dengan tatapan nyalang.
"Maaf Tuan, ka-kami sudah berusaha untuk menemani Nona. Tap-"
Lina langsung menyenggol lengan Maya yang berada disampingnya. Mengingatkan jika percuma menjelaskan saat tatapan Zaidan saja terlihat begitu marah. Jadi, percuma juga dia menjelaskan apapun.
"Sudah diam saja. Jangan berkata apapun, Tuan Zaidan sangat marah sekarang" bisik Lina, dan akhirnya Maya hanya diam.
Pintu akhirnya terbuka dengan kunci pintu yang terbongkar. Zaidan langsung menerobos masuk tanpa memperdulikan Pak Than yang masih berdiri di ambang pintu. Melewati begitu saja. Melihat itu, Pak Than malah tersenyum tipis.
Zaidan melihat Melati yang terdiam di dalam bak mandi, kepalanya bersandar pada pinggiran bak mandi dengan mata terpejam. Shower yang sengaja dinyalakan, hingga menimbulkan suasana bising di dalam kamar mandi ini. Pak Than langsung mematikan shower.
"Sepertinya Nona ..." Ucapan Pak Than terhenti saat Zaidan langsung meraih handuk dan menutupi tubuh Melati, lalu menggendongnya dari dalam bak mandi.
"Aaa... " Teriakan itu berhasil membuat semua orang kaget. Melati menatap Zaidan dengan mata terbelalak, sadar akan dia yang dalam keadaan polos tanpa busana sekarang. "Tuan, kenapa anda masuk? Kenapa gendong aku juga. Turunin"
Zaidan mengernyitkan keningnya, menatap Melati tajam. "Kau tidak pingsan?"
Melati mengedipkan matanya kaget, lalu dia tersadar akan satu hal. "Tuan, aku ketiduran"
Hah? Semua orang kompak menatap Melati dengan kaget bercampur tidak percaya. Bisa-bisanya gadis itu ketiduran sambil berendam di bak mandi. Membuat semua orang panik.
"Kau!" Zaidan kesal, dan dalam satu tarikan nafas dia langsung melepaskan gendongannya pada Melati.
Byur ... Tubuh Melati jatuh tepat ke dalam bak mandi yang masih penuh dengan air. Melati terkejut, dia mengusap wajahnya yang terciprat banyak air.
"Urus dia! Jangan sampai membuat onar lagi!" tekan Zaidan pada Maya dan Luna yang berdiri dekat pintu kamar mandi.
Pak Than hanya menggeleng dan tersenyum tipis. Lalu, dia ikut keluar dari sana. Sementara Lina dan Maya langsung menghampiri Melati.
"Nona, kenapa anda bisa ketiduran? Aduh, Tuan Muda sudah panik sekali. Takut anda kenapa-napa. Tuan Muda khawatir sekali dengan Nona" ucap Lina.
Melati menatap Lina dan Maya bergantian, lalu dia tertawa kecil. "Mana mungkin dia khawatir, dia hanya takut aku mati sebelum masa kontrak pernikahan kita selesai. Nanti dia rugi"
Maya dan Lina saling pandang, lalu keduanya menghela nafas pelan. Entah akan seperti apa kedepannya pernikahan dua sejoli ini.
"Yaudah, sekarang ayo selesaikan mandinya Nona. Anda harus segera bersiap" ucap Maya.
"Baiklah, kalian keluar dulu. Aku akan segera selesaikan mandi"
Luna dan Maya kembali saling melempar pandangan, lalu kompak menggeleng. Membiarkan Melati kembali sendirian di dalam kamar mandi, ini pasti akan menjadi kekacauan seperti sebelumnya. Mereka tidak ingin kejadian barusan terulang kembali.
"Kita temani saja, Nona"
Melati menghembuskan nafas kasar, dia tidak akan bisa menolak lagi sekearang. Akhirnya dia menyelesaikan mandinya dengan dibantu oleh Maya dan Lina.
Selesai memakai gaun yang disiapkan oleh kedua pelayan ini. Melati langsung dibantu merias diri oleh keduanya. Maya yang menata rambut, dan Lina yang merias wajahnya.
"Nona kenapa bisa ketiduran sambil berendam? Itu bahaya Nona" ucap Maya.
"Hehe. Aku habis makan mie, kayaknya kenyang, terus airnya hangat dan aromaterapi yang menenangkan, membuat aku mengantuk sampai akhirnya ketiduran"
"Tadi, Tuan Muda terlihat sangat panik" ucap Lina.
"Iya, Tuan Muda terlihat sangat khawatir" Maya ikut menimpali.
Haha.. Aku ingin tertawa rasanya, mana mungkin dia panik karena khawatir padaku. Pasti hanya karena takut aku mati sebelum habis masa kontrak kita.
Melati hanya tersenyum saja menanggapi ucapan Lina dan Maya.
"Sudah selesai, ayo ambil tasnya dan kita pergi temui Tuan. Sepertinya Tuan Muda sudah menunggu Nona" ucap Maya.
Melati mengangguk, dia berdiri dan mengambil tas yang sudah disiapkan. Memakai sepatunya dengan hak yang tidak terlalu tinggi juga. Namun, tetap membuat Melati yang terlihat elegan.
Saat sampai di ruang tengah, Melati terdiam melihat Zaidan yang duduk diam di sofa tunggal dengan memainkan ponsel. Jas dengan warna senada dengan gaunnya ini, terlihat melekat pas ditubuh kekarnya. Sebuah jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangan kekar itu, semakin menambah aura tampan.
Ish, apasih Mel. Kenapa harus terpesona sama dia. Tapi, memang dia sangat tampan jika diam seperti itu. Berbeda sekali jika sudah dalam mode singa. Ihh.. Mengerikan.
Melati bergidik ngeri saat dia membayangkan wajah dingin Zaidan. Melati perlahan berjalan ke arahnya. Suara langkah kakinya menyadarkan Zaidan, dia memasukan ponsel ke dalam saku jasnya, lalu menoleh pada Melati.
Disana istrinya berdiri dengan gaun panjang dibawah lutut, tas dan juga sepatu yang membuatnya terlihat semakin elegan. Apalagi dengan riasan tipis yang dia kenakan. Melati tersenyum pada Zaidan, membuat lesung pipinya langsung terlihat jelas.
"Sayang, mari kita berangkat"
Mata Zaidan langsung mengerjap kaget, jantungnya langsung ribut di dalam dadanya.
"Ekhem" Untuk menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba menyerang. Zaidan berdehem. Dia berdiri dan menghampiri Melati. "Baguslah, harus mulai dari sekarang agar nanti tidak kaku saat disana"
Melati tersenyum, dia merangkul lengan suaminya itu. Menoleh pada Zaidan dan sedikit mendongak untuk menatap wajah tampan suaminya itu. Karena tinggi badan mereka yang cukup berbeda jauh. Zaidan hanya berdehem dan memalingkan pandangan saat melihat senyuman Melati dengan tatapan matanya itu.
"Baik Sayang, ayo kita berangkat" ucap Melati.
"Em, iya"
Zaidan sedikit mengusap keningnya yang tiba-tiba mengeluarkan peluh. Sial, kenapa aku sampai segugup ini hanya karena dia memanggilku seperti itu. Bukankah itu permintaanku sesuai dengan rencana.
Mereka berjalan keluar rumah, dan melihat Ares yang sudah menunggu di depan dengan mobil yang sudah disiapkan. Melati tersenyum cerah pada Kak Ares yang sudah lama tidak bertemu sejak pernikahan. Padahal hanya beberapa hari saja.
"Hallo Kak Ares" sapa Melati.
"Hai Mel, gimana? Udah siap?"
Melati mengangguk sambil tersenyum, wajahnya bersemu merah hanya melihat senyuman Ares. "Siap Kak, kan sudah Kakak ajarkan sebelumnya bagaimana aku harus bersikap"
Ares mengangguk dan tersenyum.
"Ekhem"
Ares dan Melati sontak menoleh pada Zaidan yang berdehem keras. Disini tentu Ares yang langsung paham kenapa Zaidan terlihat tidak suka sekarang.
Sialan, dia benar-benar mengklaim Melati sebagai boneka miliknya.
Ares segera membukakan pintu mobil untuk mereka berdua. "Silahkan"
Keduanya pun masuk ke dalam mobil, Melati masih menunjukan senyumannya dan mengucapkan terima kasih pada Ares. Berbeda sekali dengan Zaidan yang hanya menunjukan wajah dingin.
Bersambung
Jangan nabung bab plis..😭😭
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....