Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Amarah Julia
Jena mengakui sejadi jadi nya pada Julia setelah melihat putra nya jatuh dan bagian kepala sudah memar memburu, bahkan saat ini Saka panas tinggi karena mungkin saja badan nya sakit semua karena jatuh itu. bayi dua bulan jatuh dari sofa, sudah pasti serasa tubuh remuk dan untung nya sama sekali tidak ada yang patah.
Julia pun cuma bisa diam sambil meminta maaf, tidak mungkin pula dia mau mengatakan kalau dia lagi di kamar mandi dengan waktu yang amat lama dan Saka dengan Mbok atau Mbah nya. dasar Warti saja yang tidak tau tanggung jawab, bahkan dia cuma duduk santai saja tanpa membela Julia.
"Mbok kemana sih, Mbak?!" Malik masih bisa meredam emosi nya.
"Aku juga tidak tau Mbok ada di mana, awal nya kan Saka sama Mbok memang." jawab Julia.
"Mbok sudah Ibu pecat karena dia kerja tidak becus!" jawab Warti tanpa ekspresi.
"Loh kok di pecat, Bu? kan Mbok sudah lama kerja sama kita, bahkan Mbok yang paham sama Ibu." ucap Malik.
Warti sudah tidak menjawab karena dia memang malas sekali mau banyak omong, rasa takut nya yang tadi malam saja masih bersarang dalam dada. jadi mau ngomong ada rasa ngeri juga, lebih baik diam agar tidak di olok olok karena penakut.
"Tega kamu membuat anak ku seperti ini, apa salah anak aku sama kamu, Mbak?" Jena menangis memeluk putra nya.
"Anak mu itu jatuh, Jen. bukan nya ku buang karena sengaja, bahkan aku pun tidak tau kenapa dia bisa jatuh!" Julia lama lama tidak tahan juga.
"Berarti kan memang tidak kamu jaga, maka nya kamu sampai tidak tau dia jatuh nya bagai mana!" bentak Jena.
"Anak mu dengan Mbok! kau memberikan nya kan pada Mbok, aku tidak menyentuh anak mu dan ini baru ku pegang saat dia sudah jatuh!" Julia membentak marah membuat Jena dan Warti saja kaget di buat nya.
Selama ini mana pernah mereka melihat Julia bisa mengamuk begitu, baru ini dan langsung meledak ledak, mungkin saja dia sudah lelah selalu saja di pojokan begini. Jena pun tidak tau apa apa selalu main tuduh, bahkan selama ini dia bersikap seolah memusuhi Julia karena mau mencari perhatian nya Warti.
"Bila kau titipkan sebelum nya anak mu dengan Mbok, maka kau minta tanggung jawab lah dengan dia saat anak mu jatuh! harus nya kau terima kasih pada ku, aku mengurus dia yang menangis tanpa tidur semalaman." geram Julia segera berlalu pergi.
"Mbak, aku minta maaf." Malik jadi tidak enak dengan ipar nya.
"Maka nya jangan tau cuma marah marah saja, kau pun tidak tau terima kasih!" Warti menyalahkan Jena.
"Bu, anak ku masih bayi dan dia jatuh dari sofa sampai begini keadaan nya." Jena sudah menangis sambil menyusui Saka.
"Sudah lah jangan di perpanjang lagi ya, kita bawa Saka berobat saja." Malik tidak ingin semua nya jadi panjang.
"Kamu selalu saja begitu, sama sekali tidak pernah membela ku dan sekarang anak kita pun sakit, Mas!" teriak Jena.
"DI MANA SOPAN SANTUN MU, JENA? KAU BERTERIAK DI DEPAN KU!"
Suara Warti menggelegar karena marah akibat Jena yang masih saja keras kepala begitu, Malik menarik nafas berat karena kalau sudah bertengkar begini dia yang akan repot. satu di bela maka satu nya akan sakit hati, dia benar benar harus berdiri di tengah agar semua terasa adik dan baik baik saja sampai nanti masalah selesai lalu saling memaafkan satu sama lain.
"Bawa anak mu berobat dan semua akan baik baik saja, membuat otak ku tambah setres kau ya!" geram Warti.
"Bu, jangan marah marah terus ya." Malik menduduk kan Warti kembali.
"Ajari istri mu itu sopan santun, jangan mentang mentang pelacur jadi nya malah tidak tau sopan santun kau ya!" Warti masih menatap penuh amarah.
"Iya, aku akan mengurus nya nanti. Ibu yang tenang dulu, nanti darah tinggi nya malah kumat." bujuk Malik lembut.
Warti yang keras itu akhir nya bisa lembut juga, apa lagi Malik kan anak bungsu kesayangan sehingga kalau bicara dengan tutur lembut begituan kan di dengarkan oleh Ibu nya. Jena yang meringis pilu karena dia tidak di tenangkan, dia yang sebagai Ibu nya Saka cemas akibat anak jatuh malah di marahi begitu.
Terasa amat sangat tidak adil untuk nya, tapi mau bagai mana lagi karena memang ini sudah takdir dia sebagai menantu yang tidak pernah di anggap, sekuat apa pun dia berusaha untuk jadi terbaik maka tetap saja hadir nya tidak pernah di anggap oleh sang mertua.
...****************...
Julia duduk diam di dalam kamar nya sambil berulang kali memikirkan di mana salinan video diri nya dengan Karto itu, mertua nya bilang kemarin kalau masih ada video yang dia simpan di tempat lain. Julia tidak tau mau mencari nya di mana, mau masuk lagi kedalam kamar rasa nya aneh saja dan takut di anggap tidak sopan dengan Warti, apa lagi keadaan di luar sedang panas membara seperti itu, malah yang ada di nanti kena sasaran amuk lagi oleh Warti.
"Bagai mana aku harus mencari video nya, aku takut sekali kalau sampai ketahuan oleh yang lain." cemas Julia.
"Takut nya nanti malah Jena juga mencari video ini, yang ada dia menemukan video ku dan dia jadi tau kalau aku juga melakukan hubungan badan dengan Karto!" Julia takut sekali bila sampai ketahuan.
Tok.
Tok.
"Siapa?"
"Ini Mas, sayang." Alan mengetuk pintu kamar istri nya.
"Oh Mas sudah pulang dari rumah sakit, gimana keadaan Bapak?" tanya Julia basa basi.
"Bapak tambah parah saja, bahkan tubuh nya hanya bisa bertahan sepuluh menit walau di beri obat penenang." jelas Alan.
Tanpa sadar Julia tersenyum lebar karena dia sangat puas mendengar bagai mana penderitaan yang di alami oleh Karto, Alan bingung juga karena istri nya tersenyum begitu, orang bisa salah paham akan senyum Julia ini.
"Kamu kok tersenyum begitu?" heran Alan.
"Ah maaf, aku kagum sekali melihat wajah kamu jadi nya tidak fokus mendengar cerita mu." dusta Julia karena sesungguhnya dia amat puas akan nasib Karto.
"Bisa saja ya kamu!" Alan mencubit hidung istri nya.
"Tapi kata dokter apa, Mas?" Julia kepo juga.
"Kata dokter tidak ada sakit apa apa, Bapak malah kekeh mengatakan dia di santet." jawab Alan.
Julia mendelik karena Karto secepat itu sadar kalau dia kena santet, malah dokter juga tidak dapat penyakit apa apa di tubuh nya, sudah pasti Karto akan tambah yakin kalau dia kena santet yang amat sangat jahat.
Bab ketiga guys, hari ini othor kok rasa hati mellow terus ya, tapi enggak tau sedih karena apa.🥹
lanjut thor
lanjut thor 🙏