Jodoh Dari Bunda (Lentera Kean)

Seminggu berlalu.

Seorang gadis menangis membuat hati Bunda Mutia trenyuh, dia teringat dulu saat-saat kehilangan kedua orang tuanya, Bunda Mutia prihatin menatap Tera yang duduk di kursi dengan isak tangisnya.

"Kamu kenapa Tera?"

"Bagaimana keadaan ibumu??"

Bunda Mutia niatnya akan menjenguk namun yang dia lihat justru tangisan Tera yang mengiris hati tak bersuara namun lelehan air matanya menunjukkan bagaimana pahitnya hidup yang dia jalani.

"Ibu semakin memburuk bu, satu-satunya jalan dengan mengganti ginjalnya, itupun jika kondisinya membaik."

"Saya rela kehilangan ginjal satu saya jika cocok namun biaya operasinya ginjal saya tak punya."

Tera menundukkan kepalanya malu, sejujurnya sudah banyak bos baik hatinya ini membantu namun harapan Tera hanya hutang pada bosnya ini itupun entah bagaimana cara membalasnya.

"Bolehkah saya berhutang untuk membiayai operasi ini bu?" Tanya Tera memohon pada Bunda Mutia.

Bunda Mutia terdiam sejujurnya mudah saja baginya untuk mengurus itu, namun jika di berikan percuma rasanya Bunda Mutia ingin lebih dari sekedar itu.

"Saya rela melakukan apapun bahkan bekerja seterusnya tanpa bayar sampai hutang itu lunas." Kata Tera lagi membuat Bunda Mutia trenyuh sambil geleng kepala.

"Saya bisa bantu, tapi bisakah kamu melakukan apa yang saya mau?" Tanya Bunda Mutia balik.

Tera menatap penuh harap sekaligus bahagia atas harapan yang Bunda Mutia berikan pada dirinya.

"Jadilah istri dari putraku dan setialah bagaimanapun karakter buruk dan baiknya dia." Kata Bunda Mutia membuat Tera terkejut.

"Jadi Istri?? Tapi apa saya pantas??" Tera justru merasa malu dan rendah diri.

"Putraku tak percaya pada perempuan karena pernah di khianati jadi tolong obati hatinya." Kata Bunda Mutia lagi membuat Tera tertegun di tempatnya.

"Bagaimana??" Bunda Bertanya yang kemudian di jawab anggukan kepala Tera meski sedikit ragu.

"Bagus, Ibumu aka segera operasi nanti aku transfer biayanya tapi tolong tepati janjimu ya." Kata Bunda Mutia sambil tersenyum.

Tera menganggukkan kepalanya, sejujurnya hatinya masih ragu namun demi ibunya apapun akan dia lakukan yang penting ibunya bisa sembuh seperti sedia kala.

"Ya sudah saya pamit dulu ya, semoga ibumu lekas membaik, tentang adikmu mereka aman, jadi tenanglah." Kata Bunda Mutia pamit.

"Terimakasih bu." Ucap Tera menyalami Bunda Mutia penuh rasa syukur, Bunda Mutia tersenyum sambil mengambil tangan Tera dan memeluk Tera hangat.

"Yang sabar ya, Maaf tidak bisa lama saya masih ada urusan." Bunda Mutia pun pergi setelah mengucap salam dan di jawab salam oleh Tera.

...****************...

Siang hari di Rumah Bunda Mutia, Kean datang karena Bunda meminta dirinya datang katanya ada hal penting yang akan Bundanya sampaikan.

Kean masuk dan benar saja di dalam rumah sudah di tunggu Bunda Mutia dengan wajah yang cukup serius.

"Duduk sayang." Ucap Bunda Mutia.

"Ada apa bun? kok kaya serius gitu sih." Kata Kean duduk depan hadapan Bunda Mutia.

"Kean janji mau nurutin semua mau Bunda selama itu adalah hal baik?" Bunda Mutia bertanya terlebih dulu dan ini justru membuat Kean semakin penasaran.

"Apaan sih Bun? Kean ya gak bisa janji gitu aja dong, apa dulu." Kean menjawab dengan raut bingung.

"Bunda ingin kamu menikah dengan pilihan Bunda sayang. Bunda mohon kali ini percayalah pada Bunda, gadis pilihan Bunda gadis yang tepat." Ucap Bunda Mutia yang sukses membuat Kean terkejut dari duduknya.

"Apa???"

"Bunda bercanda kan??"

"Bunda Ini gak lucu loh."

"Masa udah kayak jaman siti Nurbaya?"

"Ini jaman 2025 loh bun."

...****************...

Up dikit tapi tetap di harap jejak manisnya ya🙏😍