Meri menjadi berubah seratus persen setelah kematian Mama nya satu bulan yang lalu, anak bungsu ini menjadi sangat menakutkan bagi para saudara nya. tidak bisa lagi mereka mau tidur dengan tenang, di tambah kematian Mama mereka yang masih jadi misteri.
Ada apa kah dengan Meri?
Apa penyebab kematian Mama Meri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Sisik ular
"Kau kalau memang tau sesuatu maka lebih baik cerita padaku, Rindu!" Om Burhan membentak adik nya.
"Demi Allah aku tidak tau apa apa, entah apa yang sudah terjadi pada Ajeng dan suami nya itu aku tidak tau." Rindu juga kebingungan sekarang.
"Keponakan kita dalam bahaya, Devan sudah mati dan aku yakin iblis ini tidak akan berhenti sampai semua nya mati." Om Burhan sudah yakin sepenuh nya kalau ini gangguan ghaib.
"Lalu di mana teman nya Ernan yang paham hal ghaib itu? kenapa dia tidak lanjut menolong Meri." Rindu agak gemetar pula kalau ingat dengan bentuk nya Sadewa yang menjadi siluman ular.
Gara gara melihat Sadewa dalam bentuk ular itu lah Rindu sampai pingsan karena sangking tidak kuat nya, sekarang mereka semua sudah percaya kalau ini gangguan setan dan tidak bisa di atasi dengan hal biasa lagi. rasa ingin menangis Tante Rindu memikirkan ini semua, namun menangis bukan lah solusi yang terbaik.
Justru akan menambah rumit nya masalah saja, lebih baik diam dan di pikirkan secara jernih agar tidak ada masalah lagi untuk kedepan nya. mana bisa juga hantu itu mau peduli soal tangisan mereka, malah yang ada dia semakin meraja lela dan membuat semua masalah tambah serius saja di buat nya.
Kedua orang tua ini masih tidak tau apa yang terjadi pada keponakan nya di rumah sakit karena tidak ada yang memberi kabar, mereka pulang di rumah masing masing agar bisa berpikir jernih bagai mana nanti solusi yang tepat agar dapat solusi dan membuang iblis kejam yang ada di tubuh nya Meri.
Om Burhan kepikiran dengan omongan Sadewa soal pesugihan yang mungkin saja di anut oleh adik nya, tapi kalau di pikir pikir mereka memang sudah kaya dari warisan orang tua. mana suami nya Ajeng juga seorang pengusaha batu bara, jadi jelas keuangan mereka memang baik baik saja tanpa harus melibatkan iblis.
Setidak nya itu lah yang di pikirkan oleh Om Burhan, tapi tidak tau juga yang sebenar nya sudah terjadi karena ini keluarga masing masing. kadang kala walau pun bersaudara, tapi mereka tidak mau cerita sampai detail, apa lagi soal serius sampai pesugihan San asal muasal harta yang mereka dapatkan.
"Mau kemana lagi kita bertanya, yang lain pun tidak akan tau soal itu." Rindu berucap pelan.
"Bagai mana dengan Om Arga?" Burhan teringat dengan adik nya orang tua mereka.
"Abang yakin mau menemui dia? anak anak nya saja tidak sanggup mau bertemu, karena Om Arga sangat kasar serta tidak bisa bicara baik baik!" sahut Rindu.
"Justru karena itu lah aku merasa ada sangkut paut nya, Rin! kalau kita tidak mencari tau, nanti keponakan kita bagai mana?" Om Burhan cemas dengan keponakan nya itu.
"Kita tunggu saja kabar dari Ernan soal teman nya itu, nanti kalau sudah ada kabar baru lah kita rundingkan untuk menemui Om Arga." putus Rindu akhir nya.
"Jangan sampai ada korban lagi, Meri benar benar sudah di kuasai oleh sesuatu yang tidak jelas wujud nya." Om Burhan menarik nafas berat.
"Kalau memang pesugihan maka berarti itu salah satu tumbal nya ya?" tanya Tante Rindu jadi penasaran juga.
Dengan berat hati Burhan pun mengangguk karena mungkin saja memang begitu kalau memang ini korban pesugihan, sang korban tidak terima karena di jadikan tumbal sehingga sekarang menurut balas pada anak nya pelaku. namun itu masih dugaan sementara, mereka juga belum tau pasti apa benar atau tidak soal pesugihan itu.
...****************...
"Sakit sekali tangan ku, Bang!" rintih Mela karena pundak geser dan kuku juga di cabut dua.
"Tahan ya, nanti setelah di beri obat akan agak mendingan." bujuk Ernan mengelus kepala istri nya.
"Maaf, Bang! ada teman Abang yang kemarin datang itu." Ervan mengetuk pintu ruangan nya Mela karena ada Sadewa datang.
Ernan pun keluar dari ruangan istri nya, Mela di temani oleh Mai karena dia sudah tidak berani sendirian lagi. mau melihat tembok rumah sakit pun sangat ngeri karena rasa trauma, susah memang kalau tidak pernah melihat hal hal ghaib mengerikan, malah mendadak saja dia melihat penampakan begitu sehingga jelas mental langsung down.
"Aku mendatangi rumah mu tadi, tapi kata pembantu mu kau pergi ke rumah sakit." Sadewa menatap Ernan.
"Meri bertingkah lagi, Mela mau di copot kepala nya dan ini barusan juga kembali membuat ulah." Ernan pusing sekali.
"Teman yang ku tuju tidak bisa membantu, tapi adik nya mau dan besok dia akan datang menemui mu." beritahu Sadewa.
"Alhamdulilah kalau memang bisa dia membantu, tolong lah ya! aku sungguh tidak tau harus minta tolong pada siapa, Wa." Ernan sungguh di buat pusing.
"Dia mau menolong dan pesan ku jangan kau singgung soal uang, dia tidak pernah minta bayaran sedikit pun!" tegas Sadewa.
Ernan mengangguk paham apa yang di katakan Sadewa, mungkin saja dia memang tidak pernah bertanya soal uang, tapi takut nya nanti keluarga yang lain juga berulang sehingga mau tak mau nanti timbul lah pertentangan yang bisa merusak mood penolong ini, apa lagi mereka belum tau mood nya pangeran ular ini agak susah juga.
"Kau tempel kan ini pada dahi nya Meri, kalau berubah menjadi hitam tanda nya pesugihan dan kalau tidak berubah warna maka penyebab nya lain lagi." Sadewa memberikan sisik ular warna putih.
"Kalau dia menolak bagai mana, Wa?" cemas Ernan pula.
"Jika kau yang menempelkan maka dia tidak akan menolak, kalau aku yang masuk maka iblis itu langsung merasakan getaran ku." jelas Sadewa.
"Terima kasih kau sudah mau repot datang malam malam begini, sekali lagi terima kasih." Ernan sangat bersyukur karena teman nya ini mau menolong.
Kalau tidak ada Sadewa entah bagai mana pula nanti nasib mereka semua, tidak bisa mau di urus dengan orang biasa dan pasti nya mereka semua akan jadi korban seperti Devan. dari kasus yang satu itu saja sudah menunjukan keanehan nya Meri, bisa hanya sekali tepis tapi membuat tulang patah semua.
"Aku pulang dulu, nomor ponsel mu sudah ku berikan pada Arya." Sadewa segera berpamitan.
"Ini cuma tempel saja kan, Wa?" Ernan meneliti barang yang di berikan.
Sadewa mengangguk pelan sambil berjalan pergi, Ernan menarik nafas berat dan segera menuju kamar adik nya, kata nya di tempel saja pada kening nya Meri sehingga nanti bisa tau apa kah pesugihan atau karena pengaruh hal lain.
Selamat siang besty, asam lambung othor naik ni jadi istirahat dulu ya.
aduh Arya jgn gegabah deh,,soalnya mba pur jg lg tempur sm si asu jd blm bs bantu,,nurut aja apa kata Maharani,,🙁
semakin penasaran...
ko Maharani sampai ragu gitu ya ..
apa bener2 bahaya resikonya ya...
semoga Arya bisa mengatasinya sendiri ...
seperti dulu dia memnasmi juragan adi sendirian saat mba Purnama melawan Nino apa ya.
ayo semaangat Arya..
heran ya hantu aja bisa nguping...