NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir
Popularitas:985
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 – Ritual Rahasia di Bawah Menara

Suara pusaran gelap di altar masih bergema ketika lantai ruangan bergetar. Batu-batu runtuh dari langit-langit, dan di tengah keretakan, sebuah lingkaran ukiran muncul di bawah kaki mereka.

Elira terperanjat. “Ini… segel rahasia. Menara ini menyembunyikan ruang bawah tanah.”

Soren mengangkat kapaknya, siap menghadapi apapun. “Kukira semua rahasia sudah kita lihat. Ternyata masih ada yang lebih dalam.”

Tiba-tiba, ukiran di lantai menyala dengan cahaya hitam. Lingkaran itu berputar, membuka lubang yang memperlihatkan tangga spiral batu menurun ke kegelapan. Dari dalam lubang, hawa dingin bercampur bau darah besi menyergap.

Lyra menatap Kael dengan wajah cemas. “Kau yakin kita harus masuk? Apa pun yang ada di bawah sana… bisa jadi itu perangkap.”

Kael menunduk menatap pusaran gelap di altar, lalu menatap tangga itu. Bisikan di kepalanya kini lebih jelas:

“Turunlah… di bawah sana, jawabanmu menunggu.”

Ia mengepalkan tangannya. “Aku harus. Kalau tidak, kita akan terus dihantui oleh bayangan ini.”

---

Tangga spiral itu seakan tak ada ujung. Obor Elira menjadi satu-satunya cahaya yang menuntun mereka. Dinding batu di kiri-kanan penuh ukiran aneh, jauh lebih tua daripada ukiran di atas. Gambar-gambar itu memperlihatkan ritual pengorbanan: tubuh-tubuh manusia ditusuk, darah mereka mengalir ke sebuah lingkaran raksasa.

Soren meludah. “Mereka benar-benar gila. Mengorbankan bangsanya sendiri hanya demi kekuatan.”

Elira menelan ludah. “Ini bukan sekadar ritual. Mereka sedang berusaha membuka pintu besar—pintu yang mungkin masih ada di bawah sini.”

Lyra menggenggam busurnya erat. “Dan kita sedang berjalan langsung ke pintu itu…”

Akhirnya, mereka sampai di dasar tangga. Ruangan besar terbuka, dengan pilar-pilar hitam menjulang. Di tengah ruangan ada lingkaran raksasa berukir simbol-simbol kuno, penuh noda merah yang sudah mengering namun masih terasa segar.

Kael melangkah ke depan, merasakan jantungnya berdetak kencang. Lingkaran itu berdenyut pelan, seperti makhluk hidup.

Tiba-tiba, kabut hitam naik dari lingkaran itu, membentuk sosok tinggi berjubah robek dengan wajah tertutup bayangan. Suara berat keluar dari dalam kabut:

“Akhirnya… pewaris datang. Ritual yang gagal dulu… kini bisa diselesaikan.”

Elira terkejut. “Itu… roh Pendeta Agung Pemuja Malam!”

Sosok itu mengangkat tangannya. Lingkaran darah menyala, dan dari dalamnya muncul makhluk-makhluk kabut, lebih padat dan lebih ganas daripada roh-roh di atas.

Pertarungan pun pecah.

Lyra meluncurkan panah bercahaya ke makhluk kabut, Soren mengayunkan kapak dengan teriakan perang, Elira melantunkan mantra pelindung, dan Kael maju ke depan, pedangnya bergetar hebat, hampir seolah hidup.

Setiap kali Kael menebas, bayangan dalam pedangnya menyerap makhluk itu, membuat suaranya semakin keras di kepala Kael:

“Ya… lebih banyak lagi… lepaskan aku sepenuhnya!”

Kael hampir kehilangan kendali, tapi Lyra menjerit, “Kael! Jangan biarkan pedang itu menguasaimu!”

Dengan gigi terkatup, Kael menahan bisikan itu. Ia menebas roh Pendeta Agung, namun serangan itu hanya menembus kabut. Sosok itu tertawa berat.

“Kau tak bisa menghancurkan bayangan dengan bayangan. Kau harus… menjadi satu dengannya.”

Elira berteriak, “Jangan dengarkan dia! Itu jebakan!”

Namun suara dalam diri Kael semakin kuat, hampir menelan kesadarannya. Dunia di sekitarnya berputar, dan untuk sesaat ia melihat dirinya berdiri di dua tempat: satu di ruang ritual, satu lagi di tengah kegelapan tak berujung.

Di dalam kegelapan itu, bayangan raksasa muncul—mata merah bersinar, suara bergema:

“Kael… anakku… selesaikan ritual ini. Buka Gerbang, dan aku akan memberimu kekuatan yang tak bisa ditandingi siapapun.”

Kael terengah, tubuhnya bergetar. Ia tahu, satu langkah salah bisa menjadikan dirinya alat Erebos.

Lyra berlari mendekat, memegang tangannya dengan paksa. “Kael! Ingat siapa dirimu! Kau bukan milik bayangan itu. Kau milik kita!”

Mata Kael bergetar, dan untuk sesaat, cahaya biru kecil muncul dari dalam dirinya, melawan kegelapan.

Roh Pendeta Agung meraung, lingkaran darah bergetar, dan seluruh ruangan terguncang.

Pertarungan tak lagi hanya soal pedang dan sihir—tapi tentang siapa yang menguasai jiwa Kael.

---

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!