Elina wanita terkuat di akhir zaman yang paling ditakuti baik manusia, zombie dan binatang mutan tiba-tiba kembali ke dunia tempat dia tinggal sebelum-nya!
Di kehidupan pertamanya, Elina hanyalah seorang gadis biasa yang hidupnya dihancurkan oleh obsesi cinta dan keputusan-keputusan keliru.
Sekarang, dengan kekuatan kayu legendaris dan ruang dimensi yang memberinya kendali atas kehidupan, Elina ingin memulai kembali hidupnya dengan membuat pertanian besar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia anakku, bukan alat
Elina membawa Alex untuk berjalan-jalan setelah lama tidak keluar rumah. Saat melewati warga desa, banyak yang tidak bisa menahan pesona Alex yang tampan dan menggemaskan.
Bahkan ada seorang ibu yang, tanpa ragu, menelpon anaknya dan mendesaknya untuk segera menikah dan memberikannya cucu, anaknya yang sedang menuju kampus tercengang karena tiba-tiba saja disuruh begitu tanpa sebab yang jelas. Apakah ibunya lupa dia masih 19 tahun!!
Elina sempat berhenti untuk selfie dengan Alex, dan berencana memposting foto mereka di IG.
Setelah beberapa lama berjalan, Elina memutuskan untuk pulang.
Namun, dia dihentikan oleh seorang remaja cantik, perawakannya seperti anak SMA, yang terlihat sedikit malu-malu.
“Kak, bolehkah aku foto dengan kakak dan anakmu?” tanya gadis itu dengan nada penuh harap.
Dia juga dengan cepat menjelaskan "Aku tidak berniat jahat, hanya saja kaka dan anak kaka terlihat sangat bagus. Aku tidak tahan dan ingin berfoto, tapi kalopun tidak boleh tidak apa-apa"
Pipinya semakin merona ketika berbicara, membuat Elina tertawa kecil.
Elina tersenyum kecil dan bertanya, “Siapa namamu, cantik?”
“Melody, kak,” jawab gadis itu dengan suara pelan, pipinya bersemu merah karena malu dipuji oleh kaka cantik.
Elina tertawa ringan mendengar penjelasan gadis itu. “Baiklah, tapi jangan diunggah ya,” jawab Elina tegas.
“Tidak akan, kak! Aku janji,” Melody mengangkat dua jarinya dengan semangat sebagai tanda janji .
Mereka pun selfie dengan berbagai pose. Alex, yang tampak sangat fotogenik, menunjukkan ekspresi yang menggemaskan dalam setiap foto, membuat Elina dan Melody tertawa bahagia.
“Terima kasih, kak. Terima kasih, Alex!” Melody berkata dengan semangat, sebelum mencubit ringan pipi Alex yang membuat bayi itu tertawa riang.
Sebelum pergi, Elina bertanya, “Kamu bukan dari desa ini, ya?”
“Iya, kak. Aku dari Kota S. Sudah tiga hari di sini untuk menjenguk ayah temanku yang sedang sakit,” jawab Melody.
“Kota S, ya,” Elina mengulang kata-kata itu dengan suara pelan, matanya tampak menerawang jauh.
"Melodyyyy!" teriak seorang teman dari kejauhan, memanggil gadis itu.
“Kak, saya pergi dulu ya, sudah dipanggil. Sampai jumpa lagi, Alex!” Melody melambaikan tangan dan berlari menuju temannya.
Elina hanya tersenyum kecil, namun dalam hatinya ada rasa perih.
Kota S mengingatkannya pada Andra dan Adel yang menikah di sana, sebuah memori dari kehidupan lamanya yang belum bisa sepenuhnya ia lupakan.
'Ternyata aku belum bisa melupakannya,' pikir Elina dengan senyum masam.
......................
Ketika Edgar membuka pagar, dia seolah melangkah ke dunia dongeng. Bau harum bunga langsung menyeruak, memenuhi indra penciumannya.
Hamparan bunga berwarna-warni terbentang di depannya, mengeluarkan aroma menenangkan yang seketika membuat tubuhnya rileks.
Kelelahan yang tadinya dirasakannya seakan menguap begitu saja.
Di dalam rumah, Elina mendengar suara pagar terbuka dan segera keluar.
Dia melihat sosok Edgar yang tampan dan anggun berdiri memandangi lautan bunga yang memenuhi halaman.
Berbeda dengan Dimas yang memiliki aura tampan dan elegan, Edgar terlihat lebih lembut, tampan dengan pesona yang anggun.
Edgar melihat Elina yang berjalan ke arahnya. Senyum lembut menghiasi wajahnya.
“Kamu semakin cantik,” katanya.
Edgar memperhatikan perubahan Elina.
Dulu, di matanya, Elina memang cantik, tapi tak begitu menarik.
Namun, kini Elina tampak lebih percaya diri dan mempesona, seperti bunga yang tengah mekar dengan penuh keindahan.
Elina terkekeh menanggapi pujian tersebut. Hari ini, ia mengenakan dress panjang berwarna biru muda, terbuat dari kain yang jatuh dengan indah mengikuti gerakan tubuhnya.
Dress tersebut memiliki potongan pas di bagian atas, dengan kerah bulat sederhana yang menonjolkan keanggunan naturalnya.
Lengan panjang dress itu terlihat ringan, menciptakan kesan feminin namun elegan.
Pinggang dress dihiasi tali tipis yang mempertegas siluet Elina tanpa kesan berlebihan, sementara bagian bawah rok mengembang lembut, memberikan efek mengalir saat ia melangkah.
Kain biru muda itu berkilau halus di bawah sinar matahari, memberikan kesan klasik namun tetap memikat.
Dengan tatanan rambut yang digerai lembut, Elina tampak seperti bagian dari hamparan bunga di sekelilingnya—menjadi pusat perhatian dalam keindahan alam yang menenangkan hati Edgar.
"Masuklah, aku sudah memasak rendang kesukaanmu," kata Elina dengan lembut.
Mereka melangkah masuk ke ruang tamu. Di atas meja, ada berbagai jenis makanan tersaji, tampilannya begitu menggugah selera.
Namun, tatapan Edgar langsung tertuju pada kereta dorong yang berada di sudut ruangan. Melihat reaksinya, Elina mengambil kereta dorong itu dan mendorongnya mendekati Edgar.
"Ini Alex, anakku," ujar Elina memperkenalkan bayinya.
Edgar terdiam sejenak, kemudian dengan nada penuh ironi berkata, "Jadi, kamu menghilang untuk melahirkan?"
Tanpa ragu, Edgar menambahkan, "Apakah kamu berharap dengan anakmu ini, dia akan menikahimu?"
Elina menjawab dengan tegas, "Tidak, ini anakku. Anak yang lahir dari rahimku, darah dagingku. Dia bukanlah alat, Edgar. Aku sudah tidak peduli padanya."
Kata-kata Elina yang penuh keyakinan membuat Edgar tertegun, namun suasana berubah saat Elina dengan lembut berkata, "Ayo makan, Edgar."
Dengan nada menyesal Edgar berkata, "Maafkan aku"
"Tidak apa-apa, aku tahu kamu peduli padaku" Elina menjawabnya dengan lembut
Seolah ketegangan sebelumnya menghilang, mereka duduk di meja makan, dan aroma makanan yang kuat langsung mengalihkan perhatian Edgar.
"Kelihatannya enak," katanya sambil menatap makanan yang tersaji.
Elina tersenyum, "Habiskan."
Tanpa ragu, Edgar mulai menyantap hidangan itu, terkejut dengan rasanya yang lezat.
"Ini benar-benar enak," katanya, meskipun dia menyantapnya dengan cepat. Tapi dia tetap terlihat elegan.
Elina terkekeh, "Aku sudah menyiapkan sayuran untuk kamu bawa pulang."
"Aku tidak akan menolak," jawab Edgar dengan senyum tipis.
Setelah selesai makan, mereka mulai membahas rencana renovasi rumah Elina.
Dia menjelaskan dengan detail bagian-bagian yang ingin diubah, sementara Edgar mendengarkan dengan serius, sesekali mencatat poin-poin penting.
"Aku mempercayakan ini padamu, Edgar," kata Elina penuh keyakinan.
Edgar tersenyum, "Baiklah, aku jamin kamu tidak akan kecewa."
Saat hendak pergi, Edgar menunduk ke arah Alex dan dengan lembut mencolek hidungnya.
"Baiklah, Lex, paman pamit dulu. Kita akan segera bertemu lagi," katanya.
"Wawawa," celoteh Alex sambil menendang-nendang kakinya dengan gembira.
Edgar terkekeh, "Sepertinya dia menyukaiku," ujarnya.
"Aku memang mudah disukai," lanjut Edgar sambil melirik Elina dengan nada menggoda.
Setelah Edgar pulang, Elina membawa Alex masuk ke dalam ruangan.
Dia harus bersiap-siap untuk memanen sayuran yang akan dijual besok.
Setelah menghitung sisa uangnya, Elina mendapati bahwa ia memiliki 21 juta rupiah, cukup untuk melanjutkan perbaikan rumahnya.
dlu elina yg brjuang ngejar cntanya andra,skrng sbliknya....apa lg andra udh tau rhsia elina jg....