Uang bukanlah segalanya, tapi sekarang segalanya butuh uang, jangan bahagia setelah mimpi tercapai, tapi bahagia dulu niscaya mimpi akan tercapai.
Pagi itu, Alya mendapat telepon dari pria yang memakai jasanya tadi malam. Ia ditawarkan untuk jadi ibu pengganti dengan bayaran yang fantastis, yaitu 2 Milyar.
Mendengar uang sebanyak Itu tentu membuat kupingnya panas dan gatal dibuatnya. Dengan perasaan membuncah ia pun menerima tawaran itu.
Aaron Ryan, seorang CEO di bidang kontruksi. Iya sangat menginginkan seorang anak. Tapi, sayang. Sang istri tidak mau melahirkan anak untuknya, karena takut bentuk badannya berubah.
Clarissa Putri, seorang aktris dan model papan atas. Ia adalah istrinya Aaron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penampakan
Siang itu juga, Alya memindahkan sang ibu ke ruang rawat kelas VVIP. Uang muka yang diberikan Clarisa cukup untuk itu, bahkan untuk beli rumah baru di kampung juga masih bisa.
"Sayang.... Kamu dapat uang dari mana sebanyak ini? kamu kerja apa di kota nak? bukannya bulan lalu, kamu cerita belum dapat kerja. Dan sekarang kamu koq punya banyak uang."
Pertanyaan sang ibu membuat Alya cemas dan gugup. Tidak masuk akal sih dia itu langsung dapat uang banyak, seperti sekarang ini.
"So, soal itu gak usah ibu pikirkan ya? ibu fokus untuk sembuh dulu, nanti Alya akan ceritakan, apa pekerjaan Alya." Ujar Alya lembut, ia coba tenang. Padahal ia jantungan saat ini. Berbohong bukanlah keahlian dia. Jangan tanya, ia sangat ketakutan saat ini.
"Bu, sebentar lagi kakak akan menikah dengan orang kaya. Dan uang untuk biaya pengobatan ibu ditanggung calon menantu Ibu." Ujar Hana, ikut campur, dengan sumringahnya memeluk Alya yang terlihat tegang itu.
"Hana... Kamu....!" Alya menatap tajam sang adik yang memeluknya dari di sisi kanannya yang cengengesan itu. Alya merasa belum saatnya bersandiwara di hadapan sang ibu.
Seketika wajah sang ibu berbinar - binar mendengar ucapan Hana. Siapa yang tidak bahagia, putrinya akan dinikahi Pria kaya.
"Benarkah sayang?" tanya sang ibu tersenyum bahagia, merangkum jemarinya Alya. Rasa sakit disekujur tubuh seolah menguap.
Alya nampak bingung, ia tatap sekilas sang ibu, kemudian ia buang pandangannya, rasanya ia tidak berani menatap ibunya itu, karena mereka berbohong.
"Nak... Apa benar yang dikatakan adikmu itu?" ibunya terlihat sangat penasaran. Menatap secara bergantian kedua putri cantiknya.
"Eemmm... Oohh.. I, iya bu." Jawabnya tergagap dan tidak berani menatap sang ibu berlama-lama. Kembali ia lirik sang adik dengan tidak tenang. Hana yang merasa bersalah karena keceplosan, mengurai pelukannya dari sang kakak.
"Ya Allah.. Terima kasih atas karuniamu. Doa-doaku selama ini terkabul. Akhirnya putriku mendapatkan pria yang akan menaikkan derajatnya! hiks... hiks.. hiks... Sini Nak, peluk ibu..!" Wanita tua itu merentangkan tangannya yang tidak diinfus, Alya dan Hana memeluk ibunya dengan hangat.
"Bu, Kenapa malah menangis?" tanya Hana lembut, mereka masih memeluk ibunya itu.
"Ibu bahagia sayang. Ini tangis bahagia!" Sahut sang ibu, mengurai pelukan kedua putrinya.
Alya menyeka air mata yang membasahi pipi ibunya itu. Walau sudah punya dua anak gadis, ibunya itu masih terlihat cantik.
"Ibu jangan banyak pikiran ya, lambung ibu sudah bermasalah. Kami gak mau kehilangan ibu!' Alya Kembali memeluk ibunya itu. Tangis keduanya kembali pecah. Saat ini, Alya sangat gamang dan takut akan sandiwara yang telah mereka mulai hari ini.
Seharian ini Alya dan Hana fokus menjaga sang ibu. Hana yang pandai menyusun skenario. Ada saja jawabannya, disaat ibu mereka menanyakan prihal calon suaminya Alya, sang kakak. Alya yang bingung dan panik, memilih diam. Ia serahkan semuanya kepada sang adik. Ia takut buka suara, karena bisa jadi ceritanya tidak nyambung.
Hingga malam tiba, disaat sang Ibu sudah teridur. Alya pun kembali mengintrogasi sang kakak, soal keluarga Aaron.
" Kakak gak tahu banyak dek." Lagi-lagi Alya gak tahu harus jawab apa atas Pertanyaan Alya yang seperti detektif soal Aaron dan Clarisa. "Kak itu hanya akan jadi ibu pengganti, jadi gak ada kewenangan kak untuk tahu semua tentang keluarga beliau."
"Eemm... Iya juga sih, aku itu penasaran banget loh Kak, koq Istrinya gak mau hamil ya?" Kembali Hana melontarkan pertanyaan yang membuat Alya tidak bisa menjawabnya.
"Sudah kita tidur saja, gak usah bahas keluarga itu." Alya yang sejak tadi sudah berbaring di ranjang menutup kedua matanya.
"Eemmm... Kakak tidur saja duluan. Aku belum kantuk. Aku mau keluar sebentar ya kak!"
"Eemmm.. !" Alya sangat kantuk sekali, ia hanya bergumam. Matanya terasa berat untuk dibuka.
***
Keesokan harinya.
Disaat Alya terbangun dari tidurnya. Ia dikejutkan dengan sang adik yang tidak ada di ruang rawat itu. Ia melirik sang ibu, yang ternyata masih tertidur.
"Hana ke mana sih?' Alya bicara sendiri, bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah bed sang ibu. Dan saat itu juga, ia menemukan secarik kertas di atas nakas
Kak, aku ada urusan penting. Mungkin pulangnya malam. 🤗😍 Hari ini, kakak yang jaga ibu ya? Sepertinya, aku pulangnya malam. Dan satu lagi, kakak siang ini ke rumah. Baju ganti ibu sudah habis. Aku sudah mencuci baju ibu. Dititip bentar ibu sama perawat gak apa-apa. Kalau urusanku cepat selesai. Aku langsung ke rumah sakit kak.
Huufftt
Alya menarik napas berat, setelah membaca memo dari sang adik. Ia pun membuang memo itu ke tempat sampah. Kemudian wanita itu masuk ke kamat mandi. Ia akan mandi, dan membangunkan sang ibu Kemudian mencari sarapan.
" Sus, aku titip ibuku ya sebentar." Alya kini berada di ruang piket para perawat.
"Ok Dek!" Sahut seorang perawat wanita yang memakai hijab dengan ramah.
"Terima kasih Sus, aku bentar koq ke rumah. Mau angkat pakaian, sebentar lagi mau hujan." Jelas Alya sopan.
"Iya Dek, gak apa-apa. Ibu adek akan kami jaga!" Sahut Suster ramah. Kemudian Suster itu berjalan ke arah ruangan sang ibu dirawat. Sedangkan Alya menuruni anak tangga untuk keluar dari rumah sakit itu.
Benar saja, saat berada di dalam angkutan menuju rumah mereka. Angin kencang pun bertiup menyertai mendung yang perlahan bergerak merata, tidaklama terdengar suara petir menggelegar dan kemudian hujan pun turun dengan derasnya.
Para penumpang yang ada di dalam angkutan itu, mulai buka suara, mengeluhkan jemurannya yang akan kena hujan. Alya hanya tersenyum tipis mendengar ocehan para ibu-ibu di angkutan itu. Ia juga sebenarnya pulang ke rumah, mau angkat jemuran. Yang pakaian mereka dicuci Hana sang adik. Tapi, kini apa gunanya lagi. Ia sampai di rumah, pasti pakaian itu sudah basah lagi.
"Alya, kapan kamu pulang kampung?" Seorang ibu paruh baya menegur Alya yang sedang melamun menatap keluar pintu mobil.
Alya pun mengalihkan pandangan nya ke arah sang ibu yang menegurnya. "Baru kemarin Bu." Sahutnya ramah tersenyum tipis pada ibu uang duduk di hadapannya.
"Oouuww... Sudah Bagaimana kabar ibumu? katanya lambung ibumu sudah busuk ya?" tanya si ibu dengan muka ngilu.
"Sudah mendingan bu. Kalau gak ada halangan besok sore sudah bisa pulang." Jawab Alya sopan, senyum tipis masih tersungging di bibir ranumnya.
"Oouuhh Syukurlah! "
"Iya bu, oohh.. Aku sudah sampai." Alya menoleh ke arah pak Supir. "Minggir pak!'" teriaknya, karena suara hujan sangat bising. "Pak Turun!"
Chhiitt..
Angkutan umum itu pun mendadak ngerem, sehingga para penumpang harus berpegangan, agar tidak terjatuh.
"Hati-hati Pak supir!" teriak para penumpang lainnya. Sedangkan Alya sudah turun dari angkutan itu, berlari cepat memasuki gang rumahnya. Ya, rumahnya Alya, sedikit masuk ke dalam. Tidak tepat di pinggir jalan.
Alya berlari kencang, dengan menggunakaan tangannya sebagai payung. Hujannya lumayan deras, sedangkan anginnya juga kencang. Baru juga hujan, parit sudah digenangi air.
"Kenapa lah aku mesti ikuti perintah si Hana. Aku kan masih ada uang beli baju ganti untuk ibu. Mesti kali aku pulang ke rumah untuk angkat kain dari jemuran dan ambil baju gantinya ibu." Keluh Alya kesal, ia kini sedang berada di pekarangan belakang rumah mereka, mengangkat kain yang dicuci Hana tadi pagi.
Huufft...
Kain yang basah itu terasa berat. Alya sampai merasa lelah mengangkat kain basah itu. Mana ia juha sudah basah kuyup, ditambah angin kencang membuatnya kedinginan.
Alya pun akhirnya memutuskan untuk mandi, ia tidak mau sakit karena main hujan tadi saat angkat pakaian dari jemuran.
Tok
Tok
Tok
"Assalamualaikum... !"
"Walaikum salam.... Hana, kamu sudah pulang!" teriak Alya dari dalam kamar mandi.
Tak ada sahutan, hal itu membuat Alya jadi bingung dan penasaran. Ia percepat acara mandi nya. Ia jadi cemas, koq tidak ada sahutan, Padahal tadi. Ia dengar dengan jelas, ada yang ketuk pintu dan ucapkan salam.
"Hana... Apa itu kamu?" Kini Alya yang sedang memakai handuk mendengar suara pintu kamarnya dibuka. Karena jarak kamar mandi ke kamar mereka sangatlah dekat. Maklumlah rumah mereka itu kecil.
Tak ada sahutan. Alya semakin dibuat penasaran. Memang, curah hujan sudah mereda, tidak sederas tadi lagi, sehingga aktifitas yang dilakukan di rumah itu bisa terdengar dengan jelas .
Alya yang kedinginan, hanya membalut tubuhnya dengan handuk warna pink. Sedangkan rambutnya yang masih basah, tetap tergerai indah. Ia dengan penasaran yang tinggi menekan handle pintu kamarnya. Pintu terbuka, Alya masuk ke dalam kamar, dan tiba tiba saja pintu tertutup.
Dan
Aaahhkkkk...
"Ka, kamu siapa...?" teriak Alya kencang, tanpa sadar. Handuk yang tadi ia belitkan di tubuhnya melorot.
***
. atau dia punya pil lain makanya dia g mw punya nikah..