NovelToon NovelToon
Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Perjodohan Tidak Sesuai Naskah

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:770
Nilai: 5
Nama Author: Romanova

Yue menerima perjodohan itu dengan satu kata singkat. "Ya."

Bukan karena cinta, jauh dari itu. Dia hanya berpikir hidupnya akan seperti kisah di film atau novel yang sering dia tonton, klasik, klise, dan penuh drama. Seorang pria kaya raya yang dingin dan tak acuh, yang diam-diam mencintai wanita lain, dan hanya menikah karena tekanan keluarga. Lalu Yue akan menjalani hidup sebagai istri formal, tidak dicintai, tapi tetap hidup mewah. Simple.

Satu-satunya alasan Yue setuju hanyalah karena satu kata sakral, UANG. Dia realistis, bukan romantis. Tapi yang terjadi, sungguh berbeda.

Pria itu, Raymon Sanchez tidak sesuai skrip. Sejak hari pertama mereka bertemu, bukan tatapan datar yang dia terima, melainkan pandangan tajam seolah dia adalah teka-teki yang ingin dia pecahkan. Bukan sikap acuh, tapi perhatian yang menusuk hingga ke tulang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Ayo pulang

Yue menatap Raymon. Matanya masih sembab, air mata belum kering sepenuhnya di pipinya.

Tatapan itu bukan tatapan ketakutan, bukan juga penuh kemarahan seperti biasanya saat Raymon bertindak terlalu jauh.

Kali ini, tatapan itu kosong, tapi dalam. Seolah dia sedang mencari sesuatu di dalam mata suaminya.

Jawaban? Pengakuan? Atau hanya sedikit pengertian?

Raymon tidak bicara. Hanya diam, membiarkan dirinya dilihat. Tak ada dominasi, tak ada senyum licik, tak ada permainan ego.

Dan di sanalah, di tangga darurat sempit itu, dua orang yang terlihat sempurna di luar sana, duduk diam dalam kejujuran yang hampir menyakitkan.

Yue mengerjap pelan, lalu akhirnya bersuara.

"Capek, mau tidur."

Hanya itu, tapi nadanya lebih berat dari semua argumen mereka selama ini.

Raymon menghela napas, dalam. Lalu tangannya bergerak ke arah belakang kepala Yue, menariknya pelan ke dalam pelukan.

Kepala Yue bersandar di dadanya, dan kali ini dia tidak menolak. Pelukannya tak mencengkeram, tak menahan, hanya menampung dalam diam.

"Jadi, istri kecilku ini lelah hm." gumam Raymon di atas kepalanya.

Mereka tidak berbicara lagi setelah itu.

Tangga darurat yang tadinya jadi tempat pelarian kini berubah jadi ruang rahasia.

Tempat di mana istri yang selalu terlihat kuat bisa menangis, dan suami yang selalu terlihat mengendalikan, bisa diam-diam mengaku bahwa dia juga takut.

Takut kehilangan.

Raymon menarik sedikit tubuh Yue dari pelukannya, cukup untuk bisa menatap wajah istrinya yang masih basah oleh air mata.

Tangannya naik perlahan, menangkup kedua sisi wajah istrinya dengan penuh kehati-hatian, seolah wanita di depannya ini terbuat dari kaca dan jika dia terlalu keras menyentuh, maka akan pecah.

"Lihat aku." bisiknya pelan dan Yue menurut.

Mata mereka bertemu. Sorot matanya masih lelah, masih rapuh, tapi tak lagi sembunyi.

Raymon menunduk sedikit. Satu kecupan singkat mendarat di kelopak mata kiri istrinya.

Lalu satu lagi, di kelopak mata kanan. Hangat, pelan. Seolah ingin menyeka sisa air mata yang belum sempat turun.

Kemudian, bibirnya bergerak ke hidung Yue, sebuah kecupan singkat yang tak biasa, tapi anehnya membuat dada Yue sedikit menghangat.

Dan akhirnya, bibir Raymon menyentuh dagunya. Lembut dan bertahan beberapa detik lebih lama.

Yue memejamkan mata, jari-jarinya tak sadar mencengkeram sedikit bagian jas Raymon.

Kecupan itu bukan rayuan, bukan permainan. Itu semacam permohonan maaf tanpa kata.

Itu pengakuan bahwa dia tahu dia tidak pernah benar-benar jadi tempat yang aman bagi istrinya.

Raymon mengangkat wajahnya, menatap Yue lagi.

"Ayo pulang, sayang." ucap Raymon lembut, tangannya menyentuh punggung Yue dengan gerakan menenangkan.

Nada suaranya tenang, bahkan manis dan hanya ditujukan pada satu orang di dunia ini.

Yue Lanhart. Istrinya. Yang baru saja dia temukan duduk sendiri di tangga darurat, menangis diam-diam.

Yue mengangguk kecil, masih belum bisa bicara banyak. Matanya masih merah, suaranya mungkin masih pecah.

Tapi dia berdiri perlahan, mengikuti langkah Raymon tanpa sadar.

Pelan-pelan Raymon menggenggam tangannya, menuntunnya menuruni anak tangga seolah mereka hanya pasangan biasa yang sedang pulang dari kencan sore yang terlalu panjang.

Tak ada yang aneh, tak ada yang marah. Tak ada yang mengancam. Namun, saat Yue menunduk, tidak melihat apa pun selain ujung sepatunya sendiri.

Raymon menoleh sedikit, ke arah kamera pengawas kecil yang terpasang di sudut tangga darurat.

Sudut bibirnya tertarik naik, membentuk senyuman miring yang hanya dimiliki oleh seseorang yang sedang menyusun skenario balas dendam dengan sangat tenang.

"Berani sekali." pikirnya.

"Berani sekali membuat istri kecilku menangis seperti ini."

Gevan, Lili dan Helena.

Tiga nama yang kini terukir rapi di dalam benaknya, bukan dengan tinta, tapi dengan bara.

Mereka mungkin mengira ini hanya pertemuan biasa, mereka mungkin berpikir Yue sudah cukup kuat untuk sekadar menerima lalu pergi.

Mereka salah. Karena Yue bukan sendirian lagi.

Dan Raymon bukan tipe pria yang membiarkan siapa pun menyentuh miliknya, apalagi sampai membuatnya hancur di tangga darurat, di balik mall murahan seperti ini.

"Aku pulang duluan, ya." ucapnya dalam hati, seolah bicara pada ketiganya.

"Tapi kalian tetap di tempat kalian, sampai aku datang." lanjutnya dalam hati kembali.

Dan saat pintu keluar mall terbuka, sinar matahari sore menyambut mereka berdua.

Yue menggenggam tangan Raymon sedikit lebih erat, seolah dia tahu entah bagaimana bahwa badai akan segera datang.

Saat sudah berada di dalam mobil, Raymon mengambil botol air mineral yang tersimpan rapi di kantong belakang kursi penumpang depan.

Tanpa berkata apa pun, dia membuka tutupnya dan menyerahkannya ke Yue dengan satu tangan, sementara tangan lainnya tetap menggenggam tangan istrinya yang sejak tadi belum dia lepaskan.

Yue menerimanya pelan, masih diam.

Suaranya belum kembali, pikirannya masih separuh tersesat di tangga darurat tadi, di antara luka lama dan kelegaan aneh karena Raymon datang.

"Minum dulu." ucap Raymon tenang, nadanya seperti biasanya tapi kali ini berbeda.

Bukan perintah, bukan tekanan. Lebih seperti dorongan halus agar Yue kembali pada dirinya sendiri.

Yue menyesap air itu perlahan. Tenggorokannya terasa kering, bahkan sejak sebelum dia menangis.

Air itu sejuk, segar, dan sedikit menyadarkannya dari pusaran emosi yang sempat membekap.

Raymon memperhatikan tanpa banyak bicara.

Matanya tetap tertuju pada wajah Yue, menghafal setiap ekspresi kecilnya.

Setiap tarikan napas, setiap kedipan lambat matanya yang kelelahan.

Setelah Yue mengembalikan botol, Raymon menyimpannya di cup holder, lalu membalikkan tubuhnya sedikit, menatap Yue dengan tatapan datar tapi tajam.

"Aku minta satu hal." ucapnya pelan.

Yue menoleh, menatapnya dengan alis sedikit terangkat.

"Lain kali kau ingin pergi, atau menangis, atau menghilang sesaat dari hidup yang membuatmu sesak, lakukan sesukamu. Tapi bawa aku."

Yue mengerutkan dahi.

"Kenapa?"

Raymon menunduk sedikit, suaranya nyaris seperti gumaman.

"Karena aku lebih memilih jadi tempat pelarianmu, daripada jadi alasanmu merasa sendirian."

Yue tercekat. Seketika, sesuatu dalam dadanya bergeser antara rasa bersalah, haru, dan sedikit takut.

Raymon menyandarkan punggung ke kursi, memejamkan mata sejenak.

Tapi bibirnya melengkung sedikit. Senyum yang tak sampai ke mata tapi sangat berarti.

Dan di balik kelopak matanya yang tertutup itu, satu demi satu rencana sudah berjalan.

Tbc

1
Syaquilla Mbull
author aku suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!