Laura jatuh cinta, menyerahkan segalanya, lalu dikhianati oleh pria yang seharusnya menjadi masa depannya—Jordan, sahabat kecil sekaligus tunangannya. Dia pergi dalam diam, menyembunyikan kehamilan dan membesarkan anak mereka sendiri. Tujuh tahun berlalu, Jordan kembali hadir sebagai bosnya … tanpa tahu bahwa dia punya seorang putra. Saat masa lalu datang menuntut jawaban dan cinta lama kembali menyala, mampukah Laura bertahan dengan luka yang belum sembuh, atau justru menyerah pada cinta yang tak pernah benar-benar hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Ketika Dunia Membenciku
Selain itu, terdapat potret ketika Laura ada di kamar mandi saat pesta ulang tahun perusahaan terpampang nyata pada layar ponselnya. Perempuan tersebut terbelalak dengan bibir menganga. Selain foto-foto itu, Laura juga mendapatkan sebuah tautan.
Tautan tersebut mengarahkan ke sebuah akun sosial media gosip. Di sana foto-foto Laura dan Jordan tersebar. Sekarang Laura tahu penyebab pasti orang-orang terus berbisik dan menatapnya jijik.
Ketika mengedarkan pandangan, Laura menangkap sosok Noah yang sedang menatapnya dari kejauhan. Rahang lelaki tersebut mengeras. Laura berjalan cepat ke arah Noah, berusaha mengajaknya bicara.
"Noah!" panggil Laura.
Namun, Noah kini masuk ke ruangannya. Ketika Laura hendak masuk dan memutar tuas, pintunya terkunci dari dalam. Pikiran buruk tentang Noah kini mulai berputar di kepalanya.
"Noah! Buka pintunya! Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu!" teriak Laura sambil menggedor pintu.
"Heh, Laura!"
Dari balik punggung Laura kini ada empat orang karyawan lama W-Ware. Perempuan paling depan bernama Ivy melipat lengan di depan dada sambil menatap tajam Laura. Dia terkekeh sambil membuang muka sejenak.
"Bisa kita bicara sebentar sebelum jam kerja?" tanya Ivy ketika kembali menatap Laura.
Tanpa rasa curiga, Laura pun mengikuti Ivy dan gerombolannya. Mereka melangkah menuju balkon pantri. Ketika sudah berada di luar, Laura dan Ivy berdiri di sana dengan posisi pintu ditutup dan dikunci dari dalam.
Ivy merogoh sakunya, lalu mengeluarkan bungkus rokok. Perempuan tersebut mengambil sebatang rokok dan menyulutnya. Sebuah isapan panjang membuat asap masuk ke mulut perempuan tersebut.
Ivy mengembuskan hasil pembakaran lintingan tembakau ke arah wajah Laura. Sontak hal itu membuat Laura terbatuk-batuk. Ivy tersenyum miring dan semakin mendekat ke arah Laura.
"Perempuan doyan kawin seperti kamu kok bisa nggak tahan sama asap rokok?" Ivy terkekeh kemudian kembali meniupkan asap rokok ke wajah Laura.
Laura menghalau asap itu dengan mengibaskan tangan di depan wajah. Ivy melemparkan puntung rokok yang baru terbakar seperempat bagian ke atas lantai, lalu menginjaknya dengan ujung sol sepatu. Dia semakin mendekati Laura hingga perempuan tersebut tersudut di pagar besi tepi balkon.
"Ivy, kamu ada perlu apa? Cepat katakan!" ujar Laura dengan suara yang sedikit bergetar.
"Begini ...." Ivy tersenyum miring kemudian menyapu bahu Laura menggunakan punggung tangannya.
"Aku menyukai Noah dan mengagumi Pak Jordan. Perempuan yang berpura-pura polos ini, kenapa bisa menggoda keduanya? Aku ingin belajar kepadamu. Apa kamu memasang susuk dan semacamnya? Atau kamu menggunakan trik kotor layaknya pelacur yang ada di pusat hiburan malam?" Ivy tertawa terbahak-bahak.
"Aku bahkan nggak pernah ada niatan menggoda mereka!" Laura berusaha membela diri.
"Lalu, kenapa mereka sampai menempel begitu sama kamu! Aku mau lihat seberapa hebatnya goyanganmu di atas ranjang! Ayooo, tunjukkan kepadaku! Ajarkan aku!" seru Ivy sambil terkekeh seperti orang gila.
"Kamu ngaco, Ivy! Kamu sembarangan ngomong! Dasar perempuan gila!" Laura mendorong tubuh Ivy sehingga membuat perempuan tersebut mundur beberapa langkah.
Laura melangkah cepat menuju pintu masuk. Namun, dia gagal membukanya. Rekan kerja yang menunggu di dalam pantri bahkan menutup tirai agar keduanya tak terlihat dari dalam. Laura terus berteriak dan menggedor pintu kaca itu, tetapi tidak ada perubahan apa pun yang terjadi.
Kini Ivy menjambak rambut Laura. Perempuan tersebut terus menarik rambut Laura. Dia mulai melepaskan kancing kemeja Laura.
"Ayo! Buka bajumu! Aku mau tahu bentuk tubuhmu! Aku mau tahu seperti apa tipe Noah dan Pak Jordan! Aku rela mengubah bentuk tubuhku asal bisa bersama salah satu dari mereka! Ayo katakan apa rahasiamu!" teriak Ivy seperti orang kesetanan.
"Aku sudah bilang, aku tidak menyembunyikan apa pun! Aku tidak pernah menggoda mereka, bahkan hanya sekadar niat!" Laura terus berontak berusaha menghindari Ivy yang semakin menggila.
Ivy yang tak bisa lagi mengendalikan diri, kini menarik paksa kemeja Laura. Kancing baju perempuan itu pun terlepas satu per satu. Kini, tubuh bagian depan Laura terekspos dan hanya dadanya yang tertutup karena bra yang menempel.
"Wah! Ternyata dadamu besar juga! Berapa ukuran bra-mu? Aku mau suntik silikon!" Ivy terkekeh.
Perempuan itu kini bertindak melampaui batas. Dia hendak melucuti celana Laura. Tubuh mungil Laura kalah kuat, dia terus menghindar dari cengkeraman Ivy, tetapi gagal.
Ketika air mata Laura mengalir karena Ivy hampir memelorotkan celananya, tiba-tiba pintu pantri terbuka. Ivy membeku seketika. Laura pun bergegas menutup bagian depan tubuhnya dengan merapatkan kemejanya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Pak Jordan, saya hanya ...." Ucapan Ivy menggantung di udara karena Jordan membentaknya.
"Kamu keterlaluan, Vy! Kamu ada kelainan apa gimana! Kamu dapat peringatan keras dari aku! Kalau sampai mengulangi hal yang sama kepada Laura atau bahkan karyawan lain sekali pun, kamu akan dipecat!" Jordan melepaskan jasnya dan memberikannya kepada Laura untuk menutupi tubuh bagian depan.
Jordan memapah Laura masuk ke pantri dan berjalan ke kantor. Semua mata kini tertuju pada pasangan tersebut. Jordan mengedarkan pandangannya dan membalas satu per satu tatapan tajam tersebut.
Ketika hendak diajak masuk ke kantor Jordan, Laura menghentikan langkahnya. Dia melepaskan diri dari genggaman tangan Jordan. Perempuan tersebut terus menunduk dan berusaha menghapus air mata.
"Aku izin pulang cepat hari ini, Pak. Aku tidak bisa bekerja dalam situasi ini." Laura terus menunduk menatap ujung sepatunya.
"Baiklah, aku antar pulang, ya?" Jordan mencoba untuk menawarkan bantuannya.
Akan tetapi, Laura langsung menolaknya mentah-mentah. Tatapan keduanya kini beradu. Mata Laura jelas masih basah dengan banyak kepedihan yang tergambar di sana.
"Aku lebih baik pulang sendiri. Untuk sementara waktu, jangan temui aku dulu, Jordan. Aku ingin sendirian."
Laura balik kanan dan berjalan ke arah kubikelnya. Dia mengemasi beberapa barang yang akan digunakan untuk bekerja secara daring. Setelah itu, dia melangkah gontai meninggalkan ruangan tersebut.
Laura berjalan keluar dari gedung kantor dan mencoba untuk memesan ojek. Ketika sibuk memperhatikan ponselnya, tiba-tiba ada orang asing dengan setengah wajah ditutupi masker mendekatinya. Lelaki itu tiba-tiba meremas dada Laura.
Perempuan tersebut terbelalak dan tak berkutik. Rasa kaget membuatnya tak bisa berbuat apa-apa terlebih kejadiannya berlangsung begitu cepat. Ketika lelaki asing itu berlari menjauh, barulah Laura bereaksi.
"Dasar mesum! Bajingan! Begal susu!" teriak Laura.
Laura mengejar pria tersebut, tetapi lagi-lagi kesialan menghampirinya. Dia tersungkur ke atas lantai sehingga membuat lututnya terluka. Perempuan tersebut kini akhirnya hanya bisa berjongkok sambil menangis sesenggukan.
Mendadak dunianya menjadi begitu gelap dan dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam waktu kurang dari satu jam, dia mengalami dua kali pelecehan sekaligus. Ketika tenggelam dalam kesedihan, terdengar langkah kaki yang mulai mendekat.
Noah melakukan itu untuk menolongmu
Ayo Jo semangat...ada Laura yang akan mendukungmu dengan ide2 nya
hmmm....adik Leon otewe nih🤭