NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Malam Terakhir

“Dulu, mukaku jelek banget. Tapi berubah ganteng hanya dalam semalam. Semua bermula saat aku tersesat di hutan pada waktu ikut kemping. Saat cari jalan keluar, tiba-tiba ketemu seorang laki-laki berpakaian lusuh tapi wajahnya ganteng banget. Laki-laki itu bilang bisa ngerubah wajahku jadi ganteng kaya dia.

Orang itu gak bohong. Dia rupanya laki-laki sakti. Dia merubah wajahku jadi ganteng seperti sekarang ini. Tapi kemudian, laki-laki itu bilang kalau wajah gantengku bukan hadiah, tapi kutukan.

Disebut kutukan karena bayarannya pake nyawa. Wajahku memang berubah ganteng tapi usiaku jadi hanya tersisah 7 tahun saja.

Dan beberapa jam lagi, usiaku akan pas menjadi 7 tahun punya wajah ganteng. Artinya, aku akan mati beberapa jam lagi.

Itulah kenapa aku nekat tiduri 10 cewek sekaligus milik 10 pemuda yang ngejar aku tadi, biar bisa bersenang-senang puas sebelum meninggal.”

Sambil tetap berjalan mengikuti Bayu, Edo tercengang mendengar cerita pemuda di sampingnya.

“Wah. Keren ceritamu Bang. Hehe,” puji Edo sambil tertawa kecil. Padahal ia sama sekali tidak percaya sama cerita Bayu itu.

Ada seorang laki-laki di hutan bisa merubah wajah orang lain jadi ganteng? Tapi usia cuma jadi 7 tahun? Terdengar konyol dan mengada-ada. Sampai-sampai Edo berfikir pemuda di sampingnya ini sebenarnya sudah gila.

Bayu yang menangkap ekspresi ketidakpercayaan di wajah Edo lantas tertawa renyah. “Kamu pasti gak percaya dan menganggap aku gila, ya. Aku cuma bercanda, ko. Mana ada kutukan tampan yang bikin usia jadi cuma 7 tahun. Haha!”

“Iya mana ada. Abang pinter juga membuat cerita dongeng.” Edo ikut tertawa sekaligus merasa lega. Lega Bayu cuma bercanda, bukan gila beneran.

Beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di penginapan 24 jam yang Bayu maksud. Tempatnya cukup sederhana namun tetap nyaman. 

Bayu segera melakukan check-in. Edo ikut ke meja resepsionis dan berdiri di sampingnya. Bayu yang menunggu proses check-in selesai, melirik ke arah Edo dengan tatapan heran. 

“Do, ko kamu masih pake tudung jaket sama masker. Lepas aja!” katanya.

“Eh … anu bang. Nanti saja. Aku orangnya pemalu,” kilah Edo, padahal aslinya ia tidak mau menunjukkan wajah jeleknya karena malu kepada Bayu.

Di kotanya dulu, banyak orang-orang langsung berubah benci ke Edo saat melihat wajahnya. Jadinya, Edo takut Bayu akan berubah seperti itu juga.

Edo khawatir Bayu akan langsung mengusirnya dan tidak jadi mendapatkan makanan dan tempat tidur gratis di penginapan ini apabila membuka masker. 

Selesai melakukan check-in, Ado diberikan kunci kamar oleh Bayu dan disuruh masuk ke kamar duluan karena Bayu mau memesan makanan terlebih dahulu. Edo cepat-cepat berangkat menuju kamar sesuai perintah.

Pintu dibuka, ada dua kamar tidur berjejer. Edo langsung loncat memeluk ranjangnya erat-erat. Rindu berat dengan kenyamanan dan keempukkan kasur. Padahal belum sampai 24 jam pergi dari rumah.

Tak lama berselang, Bayu datang dengan membawa dua piring nasi goreng. Dia tertawa kecil melihat Edo yang masih rebahan sambil memeluk kasur ranjangnya.

“Makan dulu, Do. Nih, nasi goreng.” Bayu memberikan sepiring nasi goreng.

Melihat ada makanan enak, Edo cepat-cepat membuka tudung jaket serta membuang maskernya jauh-jauh. Dia langsung menyantap nasi goreng itu dengan sangat lahap.

Alhasil, Bayu akhirnya melihat wajah asli Edo tanpa masker. Dia terperangah.

“Edo. Kamu jelek banget!” seru Bayu dengan wajah penuh keterkejutan.

“Gawat!” gumam Edo, panik.

“Eh… Bang Bayu. Gini, aku memang jelek dan gak keberatan jika Abang mau ngusir dan ngebuat aku gak jadi tidur di kasur ini. Tapi paling tidak, izinkan aku untuk makan nasi goreng ini sampai habis, ya. Habis itu Abang boleh usir aku jika mau,” jelas Edo, meminta pengertian.

Bayu tertawa kecil. “Kenapa aku harus ngusir kamu?”

“Soalnya … orang muka jelek seperti aku akan cepat dibenci. Di kotaku semua orang begitu. Aku yakin Abang juga akan begitu.”

“Jadi itu alasanmu merantau ke ibukota. Perkara muka gak ganteng lalu gak betah tinggal di kota sendiri gara-gara kamu ngerasa semua orang membencimu?”

“Iya Bang.”

Bayu malah dibuat tercengang. Dia bahkan seperti tidak berkedip melihat Edo yang sedang makan dengan lahapnya. Bukan karena kagum, melainkan ia merasa pertemuannya dengan Edo adalah takdir penting.

“Sangat kebetulan sekali aku bisa nemu orang kaya dia.”

“Nemu apa, Bang?’ tanya Edo yang mendengar ucapan Bayu.

“Enggak. Bukan apa-apa. Oh iya… boleh dong kamu ceritain lebih rinci alasan kamu ke ibukota. Kayaknya seru dengerin cerita hidupmu sambil makan.” Bayu malah terlihat tertarik untuk mendengar kisah hidup Edo.

“Ngapain aku cerita kalau habis itu aku diusir dari sini,” protes Edo sambil mengunyah makanannya.

“Enggak lah. Gak akan. Udah cerita aja!”

“Yaudah deh.”

Edo pun menceritakan kisahnya kenapa sampai nekat merantau ke ibukota sambil menyantap nasi gorengnya. Mulai tentang kehidupannya di sekolah yang sering dihina-hina, sering dihajar Edgar, soal ibu dan adiknya, hingga kisah cintanya kepada Putri.

“Jadi gitu ceritanya, Bang,” tutup Edo sambil menepuk-nepuk perutnya yang sudah kenyang.

“Menyedihkan banget hidupmu,” komentar Bayu sambil tertawa tanpa beban.

“Yagitulah.” Edo nampak sedikit tersinggung karena Bayu malah seperti tertawa puas.

Setelah sama-sama kenyang, Edo dan Bayu pun memutuskan istirahat di ranjang masing-masing. Tak butuh waktu lama untuk Edo agar tertidur pulas, sementara Bayu masih membuka mata. Tidak terlihat ngantuk sama sekali. Ia justru seperti sedang menunggu sesuatu.

Di dalam ruangan yang remang-remang dan hanya disinari cahaya rembulan dari luar jendela, Bayu bangun perlahan dari baringnya. Ia lalu melihat jam di dinding. 

“Sebentar lagi,” ucapnya.

Di tempat tidur seberang, Edo tidur dengan pulasnya. Tatapan Bayu beralih ke sana. Cukup lama ia melihat Edo dengan mata sendunya.

Hingga, ia pun turun dari tempat tidur, berjalan mendekat lalu berdiri di samping tempat tidur Edo.

“Gak ada yang kebetulan di dunia ini. Takdirmu akan menjadi sepertiku, Edo. Semoga kamu bisa menjadi orang yang lebih baik nantinya. Muka jelekmu akan aku hancurkan.”

Bayu menjulurkan dua tangannya ke atas tubuh Edo. 

Cukup lama. Sampai akhirnya, sekujur tubuh Edo tiba-tiba bercahaya.

Awalnya redup, namun perlahan berubah terang.

Semakin terang … 

Terus semakin terang. Sampai-sampai cahaya itu menembus keluar melewati jendela kamar, seperti cahaya matahari.

Beberapa saat berjalan, cahaya itu redup lalu perlahan hilang. Bayu masih berdiri di tempatnya. Tersenyum dengan wajah yang sudah tidak tampan lagi. Wajah itu adalah wajah masa lalunya. 

“Tinggal satu tugas lagi,” katanya. Dia beralih sibuk mencari secarik kertas.

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!