NovelToon NovelToon
Melting The Iced Princess

Melting The Iced Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Sekuel dari Bunga dan Trauma.

Jelita Anindya memutuskan pindah ke desa tempat tinggal ayah dari papanya, sebuah desa yang dingin dan hijau yang dipimpin oleh seorang lurah yang masih muda yang bernama Rian Kenzie.

Pak Lurah ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita yang terlihat cantik, anggun dan tegas. Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukkan hati wanita yang dijuluki ‘Iced Princess’ ini.

Apakah usaha Rian, si Lurah tampan dan muda ini akan mulus dan berhasil menembus tembok yang dibangun tinggi oleh Jelita? Akankah ada orang ketiga yang akan menyulitkan Rian untuk mendapatkan Jelita?

follow fb author : mumuyaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Banyak yang Suka

Kegiatan jalan santai dan seminar kesehatan hari itu berjalan dengan sangat baik. Setelah sesi pertama yang diisi oleh Dokter Ichwan tentang kesehatan mata, acara dilanjutkan oleh Dokter Suryo. Materi mengenai kesehatan reproduksi yang beliau bawakan langsung menyita perhatian para wanita dari berbagai kalangan—mulai dari ibu muda, ibu hamil, hingga para remaja putri. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan tanpa henti, membuat suasana semakin hidup dan interaktif.

Barulah setelah itu tiba giliran Jelita naik ke panggung. Dengan penampilan sederhana namun rapi, ia mengambil mikrofon dan tersenyum ramah ke arah warga yang sudah menunggu. Tidak disangka, sesi mengenai kesehatan mental yang dibawakan Jelita justru menjadi bagian yang paling ditunggu-tunggu hari itu, terutama oleh para remaja dan para ibu muda.

Jika sesi sebelumnya menghabiskan waktu sekitar satu jam, sesi Jelita justru melebar hingga hampir dua jam. Antusiasme warga benar-benar luar biasa. Mereka menyimak, mencatat, bahkan mengangguk-angguk seolah menemukan jawaban yang selama ini mereka cari.

Apalagi ketika Jelita mulai membahas mengenai baby blues dan depresi pasca persalinan, sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan.

“Jadi…” Jelita memulai dengan suara lembut namun tegas. “Jangan pernah menyepelekan yang namanya kesehatan mental. Saya harap tidak ada lagi omongan seperti, ‘Ah, kamu aja yang imannya lemah. Nggak ada itu stres, depresi. Jangan manja jadi istri. Mama dulu juga hamil dan melahirkan, tapi nggak selemah kamu.’”

Ia menatap peserta satu per satu.

“Kalimat yang terdengar sepele seperti itu bisa jadi bom waktu bagi orang yang sedang berjuang. Kita tidak pernah tahu beban apa yang sedang dia pikul, atau luka batin apa yang sedang dia sembunyikan.”

Tenda yang berdiri di tengah lapangan kampung yang tadinya ramai perlahan menjadi hening. Banyak ibu yang tampak menghela napas panjang, sebagian bahkan terlihat mengusap sudut mata mereka diam-diam.

Saat Jelita menutup materinya, tepuk tangan yang bergemuruh langsung mengiringi langkahnya turun dari panggung. Sorakan kecil dan senyum bangga dari warga membuat wajahnya memerah malu namun bahagia. Hal-hal yang selama ini dianggap tabu, akhirnya bisa dibicarakan dengan terbuka dan dipahami bersama berkat penjelasan Jelita yang lugas namun penuh empati.

Warga pulang dengan kepala penuh pengetahuan baru, dan hati yang lebih ringan. Namun bagi seseorang yang berdiri di barisan depan tenda, rasanya ada satu hal lagi yang lebih menonjol dari hari itu, yakni kekagumannya terhadap Jelita justru bertambah berkali lipat.

Rian menyalami satu per satu tamunya kala acara telah selesai. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih atas kesediaan mereka untuk bisa hadir hari itu, memberikan materi yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

“Tidak perlu berterima kasih seperti itu, Pak Lurah. Kami justru yang berterima kasih, karena Pak Lurah sudah mau membuat acara yang seperti ini,” ujar Dokter Suryo. “Fun Walk, tapi diselingi seminar kesehatan. Ternyata inilah salah satu manfaat kita mempunyai pemimpin muda. Bukan begitu, Pak Doni?” tambahnya.

Pak Doni tertawa pelan sambil mengusap jenggot putihnya. “Lurah muda kita ini banyak belajar sama saya, Dok. Dulu, setidaknya seminggu sekali beliau pasti datang ke rumah saya. Kami saling tukar pikiran, dan beliau itu banyak sekali bertanya.”

Dokter Suryo dan Dokter Ichwan mengangguk-angguk mendengarkan, sementara Rian mencoba tersenyum tenang.

“Tapi…” lanjut Kakek Doni sambil mengangkat alisnya, “akhir-akhir ini hampir setiap hari beliau lewat depan rumah saya. Menoleh ke arah rumah saya, tapi nggak mampir-mampir. Jalannya pelan, matanya ngelirik-ngelirik. Miriiip… orang mau maling.”

Rian langsung terbatuk-batuk, tersedak air liurnya sendiri. Ketiga pria tua itu tertawa puas melihat ekspresinya.

“Waduh… sepertinya ada yang diincar di rumah Pak Doni,” sahut Dokter Ichwan sambil menggoda.

“Memang ada, Dok,” jawab Kakek Doni santai. “Barang mewah satu-satunya yang saya punya. Makanya sekarang saya ekstra hati-hati menjaga barang berharga itu.”

Tawa mereka kembali pecah bersamaan.

Rian hanya bisa menunduk, telinganya memanas. Sementara itu, Jelita yang sudah pergi dari kursinya dan berdiri di luar tenda tidak terlalu memperhatikan obrolan itu karena ia sedang menerima telepon dari Mamanya.

“Sudah, Pak Doni. Lihat tuh wajah Pak Lurah, sudah merah padam. Dari tadi juga dia nggak membantah,” kata Dokter Suryo sambil terkekeh.

“Tapi, Pak Lurah,” ujar Dokter Ichwan sambil mencondongkan tubuh, suaranya dibuat seolah-olah serius, “saya mau ngasih sedikit saran. Ini penting.”

Rian mengangkat wajah, refleks menyimak.

“Sebaiknya cepat pilih salah satu dan tegas sama yang tidak diharapkan. Saya kasih bocoran nih…” Ia menurunkan suara, membuat Rian makin tegang. “Di rumah sakit, Mbak Jelita itu banyak yang naksir. Padahal auranya tegas gitu, jarang senyum. Tapi ya itu… makin ditolak, makin pada penasaran. Kalau nanti esnya mulai meleleh, wah… saingannya banyak, Pak Lurah.”

Rian sontak membelalak kaget. “Seriusan, Dok? Banyak?”

Dokter Suryo ikut mengangguk mantap. “Bukan cuma dokter atau pegawai rumah sakit. Pasien, keluarga pasien… banyak yang naksir. Ada yang dari kota sebelah malah.”

Kakek Doni langsung tergelak, bangga bukan main. “Cucu saya memang terbaik, Dok!”

Tubuh Rian melorot pelan ke belakang kursi, seperti kehilangan tenaga mendengar fakta itu. Ia menatap langit tenda seolah meminta kekuatan tambahan dari Tuhan.

“Halah… segitu aja udah mau nyerah,” ejek Kakek Doni sambil memukul pelan punggung Rian.

Rian langsung duduk tegak, dada membusung, meski wajahnya masih merah.

“Siapa bilang nyerah, Kek? Rian nggak akan nyerah. Masa belum mulai berjuang udah menyerah? Kata menyerah itu nggak ada di kamus hidup Rian.”

Ketiga pria tua itu tertawa lagi melihat keberaniannya yang mendadak muncul karena gengsi. Beruntung Nadya yang biasanya selalu mengikuti Rian sudah pulang sejak Jelita masih berbicara di depan sana.

Dari jauh, tanpa mereka tahu, Jelita selesai menutup telepon dan sesekali menatap ke arah mereka. Ia tidak mendengar apa yang dibicarakan, namun melihat Rian tersenyum malu-malu dengan wajah merah membuatnya mengerutkan kening dan merasa keheranan.

“Apa yang mereka bicarakan?” gumamnya.

****

Mereka lagi gosipin si jule, Jel. Terus lagi pusing, kok harga ayam nggak turun-turun 🤭😅😅

1
😇😇
banyak banget alasan dan dan 🤣🤣
😇😇
dipanasin thor biar cair wkwkwkw
Supryatin 123
lnjut thor 💪 💪
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
cieeeeee.... mau.lihat cemburu nya papa fadi saat jelita nemplok melulu sama rian...🤣🤣🤣🤣
Esther Lestari
terharu baca part ini.
Jelita begitu disayangi oleh keluarga Bunga.
Gak sabar menunggu hari pernikahan Jelita dan Rian
Supryatin 123
🤭🤭🤭 mulai luluh tu lnjut thor 💪💪
Esther Lestari
Harimau betina nya kalau lagi ngamuk bahaya ya Zaidan🤭
Lyana
wkwkwkwk bisa ae remaja tanggung
Esther Lestari
Fadi sudah rela nih anak gadis ada yang meminta.
Bahagia banget pak lurah😄
Yanti Gunawan
please lah mbok yo d banyakin thor 😍
Hary Nengsih
lom akad jangan kawin dulu😄
Supryatin 123
otw nikah nich.siapin amplop donk.lnjut Thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
heh nikah bambang bukan kawin lu kata jelita anak kucing,, emang sih dulu si fadi kucing garong...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
fadi said,,, atit hati papa dek,, diduakan sama si lurah sableng..🤣🤣🤣🤣
dramatisasi si fadi dan mama bunga cuma bisa tepok jidat....🤣🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mosokkk...... winginane wae ngamuk ngamuk🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈: masaaaaaakkk.... kemarin aja marah marah..🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Esther Lestari
Semoga bu Sri bisa menerima masa lalu Jelita dan menjadikan Jelita menantunya
Supryatin 123
lnjut kan donk Thor Ampe hbis baru lnjut Laen ya lnjut thor 💪💪
mumu: siip kak 👍👍 makasih sudah setia ya 🥰🥰
total 1 replies
Hary Nengsih
lanjut jelita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!