NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Delapan Belas

"Kak. Kalian tak melakukan apapun? Masa sih?" Raka masih terus merecoki Arkan dengan pertanyaan yang sama.

Arkan sampai kesal sendiri dibuatnya.

Semua berawal dari bekas ikatan dipergelangan Arkan yang membekas. Padahal itu karena karet rambut milik Elira yang dititipkan padanya saat mereka tengah kencan. Raka yang lihat tentu saja jadi kaget dan kepo, otak mesumnya bekerja lebih cepat daripada jaringan 4G.

Jadi ia terus merecoki Arkan dengan pertanyaan yang sama sejak pagi tadi. Jika saja Arkan tidak memiliki sifat baik hati mungkin sudah sejak tadi tubuh Raka akan ditemukan tergeletak tak berdaya di kamar mandi.

"Sudah kubilang tak ada yang terjadi, Raka!."

"Lalu itu bekas ikatan apa? Kemarin kan tidak ada. Tapi sehabis kau pergi bersama Elira, bekas itu ada!"

"Sudah.. Kembali bekerja sana! Kerjaanmu menumpuk tau!"

"Beritahu aku dulu!"

PLAK..!

"Arghh..!" Raka memekik kesakitan ketika belakang kepalanya dipukul cukup keras. Menoleh kebelakang dan mendapati Ayana yang berdiri angkuh sambil bersedekap.

"Jangan campuri urusan orang lain bisa tidak?"

"Kan aku hanya bertanya kak.."

"Bertanya matamu! Kembali bekerja atau kau kuadukan pada manager!" Ancam Ayana sadis.

Dengan itu Raka langsung kembali ketempatnya dengan wajah cemberut. Ingin sekali dia itu membalas perlakuan Ayana yang selalu semena-mena padanya.

Tapi apa daya..

Nyalinya tak sebesar itu.

Ayana sendiri hanya mendengus melihat kelakuan Raka, lalu menatap Arkan yang sibuk mengerjakan laporannya.

"Dimana Salva?"

"Ijin.. Ibunya masuk rumah sakit. Rencananya aku akan menjenguk besok. Mau ikut?"

Gadis itu terdiam sejenak sebelum ia mengangguk setuju. Ia mungkin tak mengenal Salva begitu dekat, tapi menurut pengamatannya Salva anak yang baik. Dia juga rajin dan selalu membantu siapapun, jadi tak ada salahnya ikut menjenguk.

"Ngomong-ngomong.. Kok Elira belum tiba ya."

Arkan mendongak menatap Ayana, "Elira mau datang?"

"Iya... Dia tak bilang padamu?"

"Tidak.."

Ayana meringis, "Sepertinya ia mau memberimu kejutan dan aku menggagalkannya. Tolong berpura-puralah kaget nanti saat ia datang ya.." Pinta Ayana.

Pria itu terkekeh, Elira itu umurnya berapa sih? Kenapa kelakuannya begitu? Tapi bagi Arkan itu cukup menggemaskan.

"Baiklah.. Tak masalah. Aku pandai berakting, kok."

Mereka sedang asyik mengobrol sebelum seorang wanita datang dengan tergesa-gesa kearah mereka.

"Pak Arkan! Tu-tunangan anda.. Dia dalam masalah..! Lobi.. Di lobi!" Katanya.

Arkan yang kaget lalu bangkit dan berlari menuju lobi diikuti Ayana dari belakang. Raka yang melihatpun jadi ikut-ikutan menyusul.

Mereka tak tahu ada masalah apa, tapi yang pasti keadaan lobi perusahaan kini sedang dalam keadaan ramai. Semua orang tengah berkumpul pada satu titik, menyaksikan sesuatu.

Arkan dan Ayana memasuki kerumunan dan mendapati Elira yang tengah berdiri dihadapan seorang pria yang sedang bersama seorang wanita. Wanita itu dalam posisi duduk dilantai sambil terisak, teman prianya mencoba menenangkan tapi ia menatap Elira marah.

"DASAR BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KEKASIHKU, HAH?!" umpat Pria itu, ia berdiri dan hendak memukul Elira sebelum sebuah tendangan menghantam dadanya telak.

Jatuh menghantam lantai diikuti pekikkan para pegawai kantor yang syok.

Bahkan Raka sampai melotot karena demi apapun, ia baru saja menyaksikan tendangan paling epik yang dilayangkan oleh Ayana pada seorang pria.

Tunggu.. Sejak kapan Ayana bisa berkelahi?

Disana berdiri Ayana dengan tatapan tajam dan menusuk, melirik bagian samping roknya yang terobek cukup panjang karena aksinya tadi.

Tapi itu bukan masalah, yang penting Elira aman.

"Kau pikir apa yang kau lakukan sialan? Mencoba melukai pewaris keluarga Pradipta? Otakmu benar-benar sudah tak waras!" Geram Ayana bengis.

Semua orang ditempat itu terdiam, mereka tahu bagaimana Ayana. Tapi baru kali ini mereka melihat wajah Ayana yang mengerikan ketika sedang marah.

Arkan sendiri hanya diam karena syok, tapi ia menatap Elira yang hanya berdiri diam dengan air mata berlinang.

Elira menangis?

Ada apa?

Apa yang mereka lakukan padanya?

"Eli—"

Ucapan Arkan menggantung diudara karena Elira dengan cepat berbalik lalu keluar dari kerumunan dan berlari pergi.

Arkan refleks mengejar anak itu, "ELIRA! TUNGGU..!"

Tapi Elira lebih gesit, ia sudah keburu menghentikan sebuah taksi dan langsung pergi begitu saja.

Dan Arkan dengan gilanya berlari mengejar taksi tersebut.

"ELIRA!" teriaknya.

Tak lama kecepatan larinya mulai berkurang karena ia mulai sesak kehabisan oksigen. Hingga Arkan jatuh berlutut ditengah jalan dengan nafas terlampau cepat dan wajah yang dipenuhi keringat.

Ia jadi marah pada dirinya sendiri yang hanya bisa diam seperti orang bodoh. Melihat Elira menangis tadi, seluruh hatinya seolah teremat kuat.

Sebuah mobil hitam berhenti disampingnya, Arkan berdiri dan mendapati Ayana yang dibagian kemudinya.

"Dasar bodoh! Ayo naik!" titahnya.

Tanpa kata Arkan langsung masuk kedalam mobil. Lalu ia mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Elira.

Tapi ponselnya tak aktif.

"Percuma.. Aku sudah mencoba tadi. Tapi sepertinya Elira mematikan ponselnya.." Kata Ayana kemudian menancap gas hingga mobil melaju kencang.

"Lalu.. Apa yang harus kita lakukan?"

"Jangan cemas. Aku tahu tempat yang akan selalu ia datangi.. Berharap saja ia memang sedang disana.." Jawab Ayana.

"Kak.. Apa yang terjadi sebenarnya?"

Ayana menatap Arkan, "Apapun yang terjadi, Elira membutuhkanmu."

***

Ditempat lain..

Elira meringkuk didalam sebuah tempat berbentuk kotak. Memeluk kedua kakinya dan menangis sesenggukkan. Mencoba menghilangkan suara-suara yang selalu mengganggunya.

Suara teriakan, makian bahkan tawa yang begitu ia benci sekali. Tapi sekuat apapun ia menangis, suara itu tak kunjung hilang.

Ia benci.

Elira benci sekali suara itu.

Suara ibunya.

Maka ia mengeraskan tangisannya demi menyingkirkan suara tersebut. Kemudian tak lama hujan turun begitu derasnya dan Elira berharap suara hujan dapat membantunya.

Tapi ia salah..

Hujan deras diikuti petir menyambar dan suara guntur yang menggelegar membuatnya kembali teringat peristiwa menyakitkan yang ia alami 15 tahun yang lalu.

Tubuhnya semakin bergetar hebat.

"Ma-maaf.. Hiks.. Maaf Ibu.. Hiks.. Lira nakal.. Hiks.. Maaf Ibu.. Hiks.. Jangan.. Ja-jangan pukuli Lira lagi.. Hiks.. Ibu.. ibu.. IBU!"

GREB..!

Elira tercekat ketika tubuhnya ditarik dalam pelukan.

Dan ia panik.

"Le-lepas.. Lepas..lepaskan aku..!! Hiks.. Maaf Ibu.. Hiks.. LEPASKAN AKU IBU.. HIKS.. AMPUN..JANGAN LAGI.. HIKS.. IBU.. IBUUU!"

Dia memberontak kuat sekali dan membuat Arkan kewalahan.

Iya.. Yang memeluk Elira adalah Arkan.

"Elira tenang.. Ini aku.. Arkan.. Lira.. Heyy!"

"LEPAS.. LEPAAASSS..!! HIKSS.. TOLONG AKU.. HIKS.. SIAPAPUN TOLONG AKU..!!! TIDAK MAU.. HIKS.. TIDAK MAU LAGI.. HIKS.. IBU..!"

"Elira astaga! Sayang.. Ini aku tunanganmu.. Elira!"

Pada akhirnya Arkan menahan kedua tangan anak itu karena terus saja memukuli punggungnya.

Duh, pukulan gadis itu sakit juga ternyata.

"Lihat aku.. Buka matamu Elira!"

Elira hanya menggeleng kuat sambil terus menangis tanpa henti. Berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Arkan.

Jujur saja Arkan agak kewalahan, masalahnya tempat yang dipilih Elira untuk bersembunyi adalah seluncuran tingkat yang biasanya berada ditaman bermain. Permainan ini kan dirancang untuk anak kecil, bukan untuk orang dewasa seperti mereka.

"Kumohon Elira.. Buka matamu.. Ini aku Arkan.." Suara Arkan kembali melembut. Pria itu mengecup kening Elira sebelum kembali menatap wajah gadisnya yang memucat.

Dan Arkan bersyukur karena Elira mulai tenang. Pelan-pelan membuka matanya dan menatap Arkan yang tengah basah kuyup dihadapannya.

"Arkan?"

Arkan tersenyum, "Iya.. Ini aku. Kau baik-baik saja?" Tanyanya sambil melepas kedua tangan Elira. Tangan kanannya terangkat dan menghapus airmata dipipi gadis itu menggunakan jempolnya.

"Arkan, Aku takut. Jangan tinggalkan aku," tangisnya kembali pecah kali ini ia menangis sambil memeluk tubuh Arkan.

"Iya.. Aku takkan meninggalkanmu. Jangan menangis Elira."

"Aku takut. Ibu jahat. Aku tak mau dipukuli lagi, tak mau, tak mau.." racaunya diselingi tangisannya.

Pelukan Arkan semakin erat pada tubuh gadis manisnya.

"Aku takkan membiarkan siapapun melukaimu, Elira. Termasuk Ibu-mu. Kau aman bersamaku.."

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!