NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Act 8 - Perpisahan sementara

Tok! Tok! Tok!

Palu persidangan kembali menghantam meja batu, gema suaranya memecah kesunyian ruang dewan.

"Sidang dilanjutkan," ucap Lord Celdric, suaranya berat dan mengandung wibawa. "Kali ini, dewan akan memutuskan nasib James."

Aku melangkah ke tengah ruangan. Rantai besi di pergelangan tanganku bergemerincing, seakan menertawakan setiap langkah yang kuambil. Tatapan dari segala penjuru menusuk tubuhku-mata bangsawan yang penuh kecurigaan, sorot ksatria yang dingin, hingga pandangan Raja Rowan yang tak terbaca.

Namun, dari semua tatapan itu, yang paling menghantui adalah milik Lord Draco. Senyum tipisnya menyiratkan permainan yang telah ia atur jauh sebelum aku berdiri di sini.

"James," suara Celdric bergema, dalam namun tenang. "Kau berdiri di hadapan dewan Heartstone bukan sekadar sebagai seorang petani atau tahanan... melainkan sebagai seseorang yang membawa rahasia besar. Rahasia yang mungkin bisa mengguncang keseimbangan antara Heartstone dan Duskrealm."

Bisikan mulai merambat di kursi bangsawan. Kata "rahasia" dan "keseimbangan" berulang-ulang terdengar, menggelitik kecemasan mereka.

"Apa yang ingin kau katakan untuk membela dirimu?" tanya Celdric.

Aku membuka mulut, tapi sebelum suara keluar, langkah berat terdengar. Lord Draco mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Biarkan aku yang bertanya," ujarnya, nada suaranya tegas dan menusuk. "Karena aku yakin anak ini menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar cincin dan liontin."

Ruangan langsung hening. Jantungku berdegup semakin kencang, seolah setiap kata bisa menjadi kunci: hidup atau mati.

Namun, sebelum Draco melanjutkan, suara Raja Rowan memotong ketegangan.

"Bagaimana jika kita menentukan nasib Erick terlebih dahulu?" ucap sang raja dengan tenang, namun jelas penuh tekanan.

Bangsawan terdiam. Bahkan Draco pun tampak terkejut, alisnya sedikit berkerut.

"Baiklah," Celdric menunduk hormat pada rajanya. "Erick, maju ke depan."

Dengan langkah ragu, Erick Hunter melangkah ke podium. Wajahnya pucat, tangan gemetar, seolah setiap nafas adalah beban.

"Erick Hunter," ucap Celdric tegas, "berdasarkan keputusan hakim dan dewan, engkau bersalah karena menggunakan pedang untuk membunuh tanpa izin pemimpin kota."

Erick menelan ludah.

"Tapi," lanjut Celdric, nada suaranya berubah sedikit lebih lunak, "orang yang kau bunuh adalah bandit yang telah lama meresahkan. Tindakanmu membawa ketenangan bagi rakyat. Karena itu, dewan memberikan kelonggaran."

Erick mengangkat wajah, samar-samar ada secercah harapan.

"Hukumanmu adalah pengabdian sebagai knight di Stormpeak Isle-untuk berperang melawan perompak laut... dan melawan para Krestas."

Aku mengernyit bingung. "Krestas? Apa itu?" bisikku pada Sir Garrick di sampingku.

Sir Garrick menatap lurus ke depan, suaranya pelan namun tegas.

"Makhluk dari laut. Tubuh menyerupai manusia, tapi bercangkang keras seperti kepiting, dengan wajah yang mengerikan. Sudah ratusan tahun mereka muncul, menyerang kota-kota pesisir, menculik manusia tanpa alasan yang jelas."

Aku tercekat membayangkannya. Stormpeak Isle... tempat itu terdengar lebih seperti medan pembantaian daripada hukuman.

Wajah Erick pucat pasi. Meski sedikit lega tidak dieksekusi hari ini, semua orang tahu Stormpeak Isle jarang memberi kesempatan pulang. Hukuman itu sama saja dengan mati-hanya waktunya yang ditunda.

Tak lama, Celdric memanggilku kembali ke podium.

"James," suaranya kini terdengar lebih berat. "Kau terbukti bersalah atas tuduhan pembunuhan, perencanaan pembunuhan, dan penggunaan senjata tanpa izin di tengah kota."

Ruang sidang kembali berbisik. Aku menunduk, menggenggam rantai di tanganku erat-erat.

"Namun," Celdric melanjutkan, "aksi yang kau lakukan juga membuka mata kami. Kau telah menunjukkan bahwa ada pihak yang secara diam-diam menyebarkan kekacauan di wilayah Heartstone. Jika dibiarkan, pihak ini bisa saja menggulingkan kekuasaan Raja Rowan Arendale."

Bisikan makin heboh. Draco menatapku tajam, senyumnya lenyap.

"Oleh karena itu," suara Celdric meninggi, "kami memutuskan untuk memberikan kelonggaran. Kau akan dikirim ke Citadel of Frost Keep di timur, untuk menjalani pelatihan knight selama tiga bulan. Setelah itu, kau akan ditempatkan di Orcrest Bay untuk menjaga kota kecil tersebut dalam waktu yang tidak ditentukan."

Ruangan bergemuruh. Para bangsawan saling berbisik, beberapa terkejut, sebagian tampak tidak setuju. Wajah Draco menegang, jemarinya mengetuk pelan sandaran kursi, jelas terganggu.

Sidang dibubarkan.

Aku digiring keluar bersama Sir Garrick. Begitu kami jauh dari telinga bangsawan, Garrick menepuk pundakku.

"Dengan begini kau aman... untuk sementara. Draco tidak akan berani menyentuhmu di wilayah Frostmarch. Dan ketika kau di Orcrest Bay, kau akan berada di luar jangkauannya."

Aku menoleh, ragu. "Kenapa... kenapa kau membantuku sejauh ini?"

Sir Garrick terdiam sejenak, tatapannya jauh. Akhirnya ia hanya menjawab singkat, suaranya nyaris berbisik.

"Percayalah hanya pada dirimu sendiri, James. Jangan percaya pada siapapun... bahkan padaku."

Aku tercekat.

Sebelum sempat bertanya lebih jauh, seorang knight datang menghampiri.

"Kita harus segera berangkat," ucapnya datar.

Aku menuruti, menaiki kuda yang sudah disiapkan. Sir Garrick hanya berdiri, melambaikan tangan dengan senyum tipis yang samar... entah lega, entah menyesal.

Sementara pikiranku hanya dipenuhi satu pertanyaan yang tak mau hilang:

Mengapa dia rela membantuku sejauh ini?

.

.

.

Udara Frostmarch menyambutku dengan dingin yang kejam.

Kabut pekat bergulung di antara batang-batang pinus yang tinggi, membuat dunia di sekelilingku seakan hanya terdiri dari putih dan kelabu. Setiap tarikan napas terasa seperti belati yang menusuk paru-paru, dan suara derap kuda terdengar teredam, seolah kabut itu menelan segalanya.

Aku menatap lurus ke depan. Dari balik kabut, samar-samar tampak siluet tembok hitam yang menjulang seperti bayangan raksasa-Citadel of Frost Keep. Benteng itu terlihat lebih seperti makam batu daripada tempat latihan, berdiri membisu di ujung dunia.

Rantai di tanganku memang sudah dilepas, tapi dingin yang merambat ke dalam dada terasa jauh lebih berat.

Aku meninggalkan Heartstone. Aku meninggalkan Sir Garrick.

Dan Erick... mungkin saat ini ia sudah sampai di Stormpeak Isle, menghadapi takdirnya sendiri.

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Tapi dalam hati kecilku, aku tahu-di balik kabut ini, bukan hanya latihan yang menunggu. Ada sesuatu yang lebih tua, lebih gelap, yang bersemayam di Frostmarch.

Seakan-akan benteng itu tidak hanya memanggil ksatria baru...

Tapi juga menanti kedatanganku sejak lama.

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!