NovelToon NovelToon
Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: Sibewok

Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.

Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.

Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.

Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 - Istriku Istanaku

Rombongan kuda berpacu melewati desa-desa, menembus hutan dan bukit, membelah tanah timur Noctis. Derap langkah kuda terdengar bagai dentuman gendang perang yang berulang-ulang memukul bumi.

Setiap desa yang dilalui sunyi seketika. Warga menundukkan pandangan, berhenti dari aktivitas mereka, hanya untuk memberi jalan bagi sosok yang mereka junjung tinggi. Panglima Zevh Obscura.

Tubuh Elara terombang-ambing dalam dekapan sang panglima. Hangat, kokoh, sekaligus menyesakkan. Jemarinya menggenggam erat jubah kuda, seakan itu satu-satunya pegangan agar ia tak tenggelam dalam arus kehidupan baru yang tengah menyeretnya.

Di belakang, Veron, Zark, dan para ajudan setia mengikuti dengan disiplin. Tiada suara bercanda, tiada keluhan. Hanya kesetiaan penuh hormat.

Elara menoleh singkat ke wajah-wajah warga yang menunduk. Semua mata penuh kagum dan tunduk pada Zevh. Desa Boxton hanyalah potret kecil, sekarang Elara melihat bukti lebih besar.

Panglima ini bukan hanya pemimpin militer, tapi juga simbol yang diagungkan.

Namun tidak baginya.

Dia terlalu sombong. Terlalu angkuh. Begitu pikir Elara, meski tubuhnya gemetar saat kenangan malam pelariannya kembali menari di kepala.

Bagaimana Zevh melindungi Osca.

Bagaimana Zevh menghukum dirinya di depan semua orang.

Bagaimana Zevh terus mengejar kebenaran soal Pangeran Arons untuk melindungi rakyat Osca.

Ia menatap lengan tegap Zevh yang terbalut zirah besi, mengendalikan kuda tanpa goyah, tanpa cela. Sosok sempurna di mata rakyatnya, tapi bagi Elara, dia hanyalah penjara berjalan.

"Panglima, izinkan aku egois. Aku juga tidak ingin Arons menguasai Osca. Aku menolak pernikahan politik itu. Aku bahkan mencari perlindungan padamu… tapi dengan caraku sendiri."

Nama orang tuanya menggema di dada.

"Ayah, Ibu… mungkin aku tak akan pernah kembali."

Kilau istana Noctis mulai tampak di ujung cakrawala. Cahaya sore menimpa dinding-dinding megahnya, memantulkan sinar ke wajah Elara. Sorot matanya tak melemah, justru semakin teguh. Ia berjanji dalam hati. Identitasnya sebagai putri bangsawan Desa Osca akan tetap ia sembunyikan, meski harus hidup sebagai tawanan.

Bayangan rombongan kuda menjulur panjang di atas padang rumput hijau. Jalan lurus membentang menuju gerbang kerajaan. Para penjaga memberi hormat, pintu besi raksasa terbuka perlahan.

Inilah istana Noctis. Kediaman Devh As Obscura. Ayahnya Zevh. Dan tempat Elara akan dikurung.

“Zevh, aku akan bersiap. Sampai jumpa nanti malam,” ujar Veron sebelum berpaling.

“Selamat bertemu kembali, Panglima,” tambah Zark, yang segera berangkat bersama beberapa ajudan lain.

Zevh hanya mengangguk. Matanya mengawasi mereka pergi, sebelum turun dari kudanya. Tubuhnya yang tinggi, dilapisi zirah baja, menjulang di bawah cahaya matahari senja. Dengan tenang ia melepaskan pedang dari punggungnya.

Seorang ajudan mendekat, menunduk hormat.

“Tuan, saya akan mengantar tawanan Anda ke tempatnya.”

“Kurung dia. Awasi ketat,” ucap Zevh singkat.

“Apa?” Elara tersentak. “Kenapa aku harus dikurung? Aku tidak akan lari!”

Zevh hanya melirik sekilas, dingin, lalu berbalik meninggalkannya tanpa jawaban.

Sang ajudan menatap Elara tajam. “Jangan membantah. Kau hanya tawanan. Kau bukan putri di istana Noctis.”

Elara mendengus. “Ya, ya… aku bukan putri. Kalau aku putri, kau pasti bicara lebih sopan padaku, bukan?” omelnya sinis.

Bukannya mendapat jawaban, ia justru menerima dorongan kasar dari ujung pedang sang ajudan, meski masih bersarung, tepat di punggungnya. Tubuhnya terdorong mundur, hampir kehilangan keseimbangan.

Tatapan Elara menyala penuh perlawanan. Tapi bibirnya terkatup rapat. Ia memilih menahan diri, lalu menegakkan kepala menatap istana Noctis yang menjulang megah hanya beberapa puluh meter di depannya. Bendera Noctis berkibar di ujung menaranya.

Satu langkah lagi, dan ia resmi masuk ke dunia yang lebih berbahaya dari apa pun yang pernah ia bayangkan.

 

Dan Zevh langkah beratnya berhenti di depan pintu berukir emas. Dua penjaga kerajaan menundukkan kepala, lalu membuka pintu lebar-lebar. Ruangan itu memantulkan cahaya dari kristal-kristal yang bergelantungan di langit-langit.

Meja panjang berlapis kayu hitam dan lilin menyala menghiasi setiap sudut. Kursi-kursi besar penuh pejabat tinggi sudah terisi. Semua mata menoleh serentak ketika sosok Panglima Timur itu masuk.

Di ujung ruangan, Raja Devh As Obscura duduk di singgasananya. Tatapannya tajam, bukan seperti seorang ayah, melainkan seorang raja yang sedang menakar anaknya.

“Zevh,” suara Devh bergema, berat dan penuh kuasa. “Kau datang tepat seperti yang kuharapkan.”

Namun Zevh tahu, ucapan itu bukanlah sapaan hangat. Sebab topik yang akan dibicarakan bukanlah tentang perang, bukan pula tentang strategi, melainkan sesuatu yang selalu membuat darahnya mendidih. Pernikahan politik.

Raja Devh berbicara panjang lebar. Tentang pengaruh besar keluarga Endless di Utara, tentang jalur perdagangan yang bisa dikuasai, tentang kekuatan politik yang bisa dipatahkan dengan pernikahan ini. Nama Liora Endless disebut berkali-kali, bagai mantera yang dipaksa masuk ke telinga Zevh. Para pejabat mengangguk, beberapa berbisik penuh persetujuan.

Zevh hanya berdiri tegak, tangan terlipat di belakang punggungnya, wajah dingin tanpa reaksi. Sorot matanya hanya tertuju pada ayahnya, seakan hendak menembus hati Raja Devh.

Baru setelahnya, Zevh membuka suara. Suaranya rendah, tapi bergema kuat hingga membuat beberapa pejabat menelan ludah.

“Desa Osca. Aku akan mempertahankannya. Strategi sudah kususun bersama Pangeran Veron dan Pangeran Zark. Semua pasukan telah siap.”

Sejenak ruangan terdiam. Suasana tegang pecah menjadi bisik-bisik. Ada yang mendukung, ada yang ragu. Hingga akhirnya, Raja Devh mengangkat tangannya dan berkata, “Lakukan.”

Namun Raja tidak berhenti di sana. Tatapannya berubah menusuk, nadanya melambat.

“Lalu… bagaimana dengan pernikahanmu? Liora sudah tiba. Ia menantimu di istana.

Kau kini bukan hanya seorang suami, tapi seorang Raja bagi rakyatmu dan pendamping bagi Ratumu. Apakah kau sudah melaksanakan tugasmu sebagai seorang suami sekaligus pangeran dari kerajaan ini?”

Suasana membeku. Tak ada yang berani bernapas keras-keras.

Zevh tetap menatap lurus, tanpa berkedip. Ia tak terpancing.

“Ia adalah istriku,” jawabnya pelan, namun setiap kata terdengar seperti palu perang. “Dan istriku mampu menungguku… selama apapun itu.”

Keheningan merayap di ruangan. Para pejabat menundukkan kepala, tak berani menafsirkan apakah kalimat itu bentuk penolakan halus… atau pujian dingin seorang panglima pada istrinya.

Zevh menundukkan tubuhnya memberi hormat, lalu berbalik pergi. Suara langkah sepatu besinya menggema, meninggalkan ruangan dengan wibawa yang membuat semua orang seakan baru saja menyaksikan pergerakan sejarah.

Raja Devh hanya menatap punggung putranya yang menjauh. Ada kebanggaan sekaligus kegelisahan yang menggerogoti hatinya.

“Apakah ia menolak datang… atau ia baru saja memuji istrinya?” gumamnya pelan, tak ada yang berani menjawab.

Yang jelas, semakin hari Zevh Obscura semakin menjauh dari cengkeraman ayahnya. Ia bukan lagi sekadar putra kerajaan. Ia adalah api Timur Noctis, yang sedang menyatu dengan rakyat dan tanahnya.

Dan semua yang hadir di ruangan megah itu tahu, sejarah Noctis tak akan lagi sama, karena di tangan Zevh Obscura, Timur telah menemukan penguasanya yang sesungguhnya.

Langkah kaki Zevh menyusuri lorong Istana.

Tatapannya tak tergoyahkan menatap lurus ke depan. Hingga suara lembut memecahkan keheningan lorong istana.

“Zevh.”

Langkah kaki itu terhenti. Suara lembut yang memanggilnya bagai gema dari masa lalu, suara yang tak pernah hilang dari ingatannya, suara yang selalu menenangkan, namun juga meneguhkan.

Ia berbalik. Sosok wanita anggun berdiri di ambang koridor istana. Rambut hitamnya yang panjang disanggul sederhana, kulitnya masih bercahaya meski usianya sudah lebih dari empat puluh tahun. Matanya penuh kebijaksanaan, wajahnya tenang, bagaikan matahari sore yang menyejukkan setelah hari panjang penuh peperangan.

Ratu Noctis. Ibunda yang selalu disanjung rakyat timur, bukan karena tahta, melainkan karena hatinya. Dialah yang mendorong para pengrajin desa berkembang, yang mendirikan pendidikan untuk anak-anak miskin, yang membangun balai kesenian gratis agar rakyat tidak hidup monoton. Ia adalah jiwa Noctis yang sesungguhnya.

Zevh maju selangkah, meraih tangan ibunya, lalu mengecup punggung tangannya dengan hormat.

“Suatu kehormatan bagiku… memiliki ibu sepertimu,” ucap Zevh lirih.

Senyum ibunya merekah. “Dan kini, kau pun sudah memilikinya, Zevh. Dia sedang menunggumu malam ini.”

Nama itu tak diucapkan, tapi Zevh tahu, yang dimaksud adalah Liora Endless.

Tatapan Zevh berhenti sejenak pada wajah ibunya. Tidak ada ketajaman, tidak ada amarah. Namun sang ratu tahu, itu bukan tatapan lembut. Itu dingin, tenang, tapi penuh jarak.

“Kau tahu, Zevh,” ibunya kembali bersuara. “Istrimu tidak meminta pesta megah. Tidak meminta mahar. Ia hanya datang… membawa dirinya untukmu. Dan Noctis tetap memberinya segalanya.”

Mata sang ratu mencoba menembus wajah anaknya. Namun Zevh, seperti biasa, tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun.

“Berbahagialah, putraku. Istrimu menantimu. Segeralah pulang ke istanamu,” ucapnya lembut.

Zevh menundukkan kepala tipis.

“Tentu, Ibu. Karena… istriku adalah istanaku.”

Ia berbalik, melangkah meninggalkan ibunya.

Sang ratu tersenyum samar, namun senyum itu cepat memudar. Ia mengenal putranya lebih dari siapa pun. Kata-kata itu bukan pengakuan cinta pada Liora. Bagi Zevh, istana dan tahta adalah satu-satunya pasangan hidup sejati.

Namun tatapannya tiba-tiba tertuju pada sesuatu. Jemari Zevh, yang tergenggam erat di sisi jubahnya. Sebuah kantong kain kecil berenda perak, berwarna hijau tua.

“Zevh.” panggilan kedua meluncur.

Langkah putranya kembali terhenti. Ia tidak menoleh, hanya mengeratkan genggamannya pada kantong kain itu, yang diam-diam disadari ibunya bukan miliknya, melainkan milik seorang gadis tawanan.

Ibunya lalu berkata dengan suara yang pelan tapi menusuk,

“Berhati-hatilah, putraku. Yang datang dengan kebaikan bisa saja memberontak. Tapi yang datang dengan pemberontakan… bisa saja suatu saat akan tunduk dan membawa kebaikan.”

Zevh terdiam. Kata-kata itu meresap, mengalir dalam darahnya.

“Ibu selalu tahu…” gumam Zevh lirih, nyaris tak terdengar. Jemarinya mengangkat sedikit kantong kain hijau itu, seolah mengakui rahasia yang ia bawa.

Lalu ia kembali melangkah, menjauh, meninggalkan bayangan sang ratu di belakangnya.

Sementara ibunya berdiri dalam keheningan koridor, menatap punggung putra yang tak pernah bisa ia genggam sepenuhnya.

Malam itu, sang ratu lebih tahu dari siapa pun, bahwa Zevh Obscura akan membawa perubahan. Bukan hanya pada tahta, bukan hanya pada kekuasaan, tapi pada hatinya sendiri.

Dan waktu… akan menjadi saksi apakah perubahan itu lahir dari kebaikan… atau justru dari luka yang tak pernah sembuh.

Dan langkah-langkah kaki Zevh terus menghentak sunyi, menyusuri koridor istana, menuju ruangan sel tahanan istana di mana Elara Elowen terkurung malam ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!