NovelToon NovelToon
Baktiku

Baktiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan / Penyelamat / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Mengubah Takdir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Imam Setianto

seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Sena masuk rumah mengikuti langkah bapaknya dan tiga adiknya, sedangkan ibunya ke dapur untuk membuat minuman.

Sena memandangi setiap sudut rumah yang terdiri dari tiga kamar berukuran 3 × 3, ruang tamu yang hanya ditandai dengan adanya meja dan kursi disana sebab ruangan itu memanjang ke belakang digunakan untuk ruang tv da ruang makan sekalian, sedangkan dapur ada di belakang bangunan utama.

Sena mencoba mencari kenangan apa yang bisa ia ingat tentang rumah ini, namun sama sekali ia tak menemukannya, lalu sena duduk di kursi kayu ruang tamu di sebelah bapaknya, sedangkan adik adiknya duduk di depan mereka berdua.

Kemudian suara adzan terdengar cukup keras, memandakan ada mushola atau masjid dekat dengan rumah orang tua kandung sena.

"Itu adzan dari mushola apa masjid pak?" Tanya sena pada bapaknya.

"Mushola selisih 5 rumah dari sini, ayo kalau mau kesana bareng bapak sama abimanyu!" Jawab pak hidayat.

"Iya pak, tapi sena ganti baju dulu!" Ucap sena.

"Ganti dikamar depan aja mas, ini kamarku, sekarang jadi kamar mas sena juga!" Ucap abimanyu yang begitu senang bertemu dengan kakak sulungnya.

"Oke!" Jawab sena lalu membawa ransel besarnya masuk kamar paling depan.

"Bu kita ngobrolnya nanti ya, sena sholat di mushola dulu!" Ucap sena pada sang ibu.

"Iya le, sholat lah dulu, ibu sama tari sholat dirumah!" Jawab ibu.

"Hai jagoan, mau ikut sholat sama mas sena ga, nanti kita beli jajan!?" Ucap sena pada galih adik bungsunya yang sedang melihat tv.

"Mau!" Jawab galih cepat lalu bangkit dari duduknya menghampiri sena dan bapaknya serta abimanyu yang sudah di pintu siap ke mushola.

Empat laki laki beda usia berjalan bersama ke arah mushola, para tetangga pak hidayat yang juga akan berjamaah melihat ke arah sena dengan tatapan penasaran dan segan.

Aura wibawa sena memancar dengan pakaian yang ia kenakan, hem hitam lengan panjang yang ia gulung lenganya sebatas siku di padu sarung tenun warna hitam polos serta aroma parfum khas orang orang pondok dan peci hitam legam di kepalanya.

Wajah putih yang teduh dengan sorot mata tegas membuat enak di pandang sekaligus takut jika beradu mata.

Setelah mengambil wudhu sena langsung saja mengambil tempat di barisan paling depan di ikuti galih di sebelahnya, sedangkan abimanyu dan pak hidayat di barisan belakang.

"Yang datang sama kamu tadi siapa yat?" Tanya seorang bapak yang duduk di samping pak hidayat dengan berbisik.

"Nanti aku ceritakan kang, kita sholat dulu, udah iqomah!" Jawab pak hidayat dengan berbisik juga.

Setelah sholat dan dzikir selesai sena mundur ke belakang duduk di samping bapaknya dengan memangku galih.

"Ini siapa yat?" Tanya pak yahya selaku imam mushola yang ikut duduk sambil menunggu waktu isya, suatu tradisi mushola atau masjid di desa para jamaah laki laki akan duduk di depan atau sebagian ada yang mengaji sambil menunggu waktu sholat isya.

"Kang yahya ingat pengajian maulid di masjid yang di isi oleh kiai dari kota S?" Pak hidayat malah bertanya balik pada pak yahya, sedangkan yang lain hanya menyimak.

"Ya masih ingat tapi itu sudah lama sekali yat," jawab pak yahya namun kemudian ia mengingat suatu kejadian anak sang kiai meminta seorang anak untuk di bawa pulang sebagai adiknya, pak yahya tahu persis, sebab ia adalah salah satu panitia saat itu.

"Tunggu!" Ucap pak yahya lalu melihat ke arah sena.

"Ini anakmu yang di bawa kiai itu yat!?" Tanya pak yahya dengan suara sedikit keras sebab merasa kaget, tak percaya, haru dan bahagia menyaksikan anak kecil yang dulu di minta kiai kini sudah besar dan tampan.

"Iya kang, ini sena anak mbarepku!" Jawab pak hidayat.

"Kamu sena, anaknya hidayat!?" Tanya pak udin yang tadi duduk di sebelah pak hidayat.

"Nggih bapak bapak, saya sena anak sulungnya pak hidayat," jawab sena sopan dan menyalami semua bapak bapak yang ikut duduk di depan mushola.

Selanjutnya mereka terlibat dalam obrolan ringan, mungkin bisa dibilang bukan obrolan tapi sudah seperti sesi tanya jawab dengan sena sebagai narasumber yang di hujani bermacam pertanyaan dari audiens.

Tak terasa sudah masuk waktu isya, sena minta ijin pada pak yahya untuk mengumandangkan adzan, setelah di ijinkan ia maju mengambil mic dan mulai melantunkan adzan, lantunan adzan yang begitu merdu seperti lantunan adzan khas pondok pada umumnya, membuat yang mendengar begitu menikmati dan menghayati kalimat demi kalimat dari seruan Illahi.

Tak terasa kedua pipi pak hidayat pun sudah basah oleh air matanya, ada rasa bangga dan haru, anak yang dulu ia ikhlaskan untuk di besarkan kiai kini pulang membawa kebanggaan dan harapan untuk dirinya dan keluarga.

Pak yahya mendekat pada sena memintanya untuk menjadi imam sholat isya, awalnya sena menolak alasannya masih ada yang lebih bisa dari dirinya, namun setelah di bujuk dan mendapat persetujuan dari bapaknya sena akhirnya maju menjadi imam sholat isya untuk pertama kalinya di mushola desa tempat ia dilahirkan.

Selesai sholat dan berzikir sena mundur dan mengajak bapak serta adik adiknya pulang, sena menggendong galih di punggungnya.

"Mas kapan jajannya?" Tanya galih dalam gendongan sena.

"Ya ini kita pulang dulu ambil uang terus ke warung," jawa sena.

Sampai rumah ibu siti dibantu utari sedang menyiapkan makan malam yang menunya hanya nasi, telor dadar dan sambal.

"Makan dulu le, kamu pasti cape habis perjalanan jauh!" Ucap ibu.

"Nggih bu, ayo kita makan sama sama!" Jawab sena dan mengajak semuanya untuk makan bersama.

Namun ibu, bapak, abimanyu dan utari malah saling pandang, sebab nasi yang ada hanya cukup untuk tiga orang saja.

Mata hati sena pun langsung peka, tidak butuh penjelasan atau bertanya ia sudah tahu keadaan yang selama ini keluarga kandungnya alami.

"Bu, kita makannya nanti saja ya, sena punya janji sama ragil mau membelikan ia jajan, sena pergi dulu beli jajan nanti baru kita makan!?" Kata sena pada ibunya.

Sang ibu menjawab dengan anggukan dan senyum getir.

"Ayo lih kita beli jajan, tari, kamu ikut sekalian!" Ucap sena mengajak galih dan utari.

"Yang ada mini market dekat dimana tar?" Tanya sena pada utari sebelum mereka naik ke vespa.

"Dekat kantor balai desa mas, ga jauh dari sini biasanya tari nemenin andini beli jajan di sana!" Jawab utari.

"Oke, ayo kita kesana!" Ucap sena lalu menghidupkan mesin vespanya dan segera melaju, dengan galih berdiri di dek depan vespa dan utari duduk di jok belakang.

1
Ilham
BG up nya jangan tangung tangung Noa BG aku lgi enak baca lah gantung bg
Jamrawati Onon
lanjutkan ke selanjutnya LG seru
Aa Mobui
lanjut kang ...bab d perbanyak 🙏🙏🙏🙏🙏
Ilham
lanjut BG aku suka cerita nya bg
Ilham
lanjut BG aku Suko cerita yang beninian bg
Ilham
bg lanjut aku Suko cerita nya bg..lanjut bg
ginevra
ceritanya seru
ginevra
👍👍👍👍👍
Hoa xương rồng
Membuatku terhanyut.
Necesito dormir(눈‸눈)
Mantap banget thor, plotnya bikin gak bisa berhenti baca!
Poplar Taneshima
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!