“Dikhianati suami, ditikam ibu sendiri… masihkah ada tempat bagi Andin untuk bahagia?”
Andin, seorang wanita sederhana, menikah dengan Raka—pria miskin yang dulu ia tolong di jalan. Hidup mereka memang pas-pasan, namun Andin bahagia.
Namun kebahagiaan itu berubah menjadi neraka saat ibunya, Ratna—mantan wanita malam—datang dan tinggal bersama mereka. Andin menerima ibunya dengan hati terbuka, tak tahu bahwa kehadiran itu adalah awal dari kehancurannya sendiri.
Saat Andin mengandung anak pertamanya, Raka dan Ratna diam-diam berselingkuh.
Mampukah Andin menghadapi kenyataan di depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Andin duduk di depan laptop di ruang tamu, lampu hanya menerangi sebagian wajahnya. Jemarinya gemetar saat membuka folder berisi rekaman CCTV yang dipasang di toko kuenya.
Satu per satu video ia buka—dan di detik berikutnya, dunia Andin seakan runtuh.
Di layar itu, suaminya—Raka—tampak bersama ibunya, Ratna.
Andin tak menyangka, ibu dan suaminya tega melakukan ini kepadanya. Dia pikir, dirinya adalah wanita paling bahagia karena mendapatkan suami pengertian seperti Raka, namun tak disangka, ternyata Suaminya berselingkuh dengan ibunya sendiri.
Andin menutup mulutnya, terisak.
Air mata jatuh begitu saja tanpa bisa dihentikan.
“Tidak... tidak mungkin…” bisiknya pelan, suaranya hampir hilang. Dada sesak seakan tak bisa ditahan.
Namun sekuat apa pun ia ingin menyangkal, rekaman itu terus berputar kepalanya, membuat Andin merasa sangat jijik sekaligus sakit.
Raka dan Ratna.
Suami dan ibu kandungnya.
Dua orang yang paling ia percayai—dua orang yang kini menusuknya dari belakang. Andin terpukul, sakit dan rasanya seakan ia ingin lenyap dari dunia ini.
Ditengah rasa sakit batinnya.
Tiba-tiba....
Andin meringis. Perutnya terasa sangat nyeri dan sakit.
"Akhhh.... perutku" lirihnya kesakitan sambil memegang perutnya yang besar.
Rasa sakit itu semakin kuat, membuatnya berlutut di lantai.
“Ah... Tuhan... tolong...” rintihnya tertahan di antara tangis.
Darah perlahan mengalir dari balik kakinya, menetes ke lantai, meninggalkan jejak yang menyakitkan untuk dipandang.
Andin terbelalak. Ia panik sekaligus takut akan terjadi sesuatu kepada anaknya.
"Tolong..... Siapapun tolong aku" Ia berteriak sekencang mungkin.
Andin tertatih, berusaha melangkah menuju pintu menahan sakit.
"Tolong.... tolong" teriaknya lagi sampai akhirnya dia jatuh ke lantai.
“Andin!” teriak seorang tetangga yang mendengar suara minta tolong dari dalam rumah. Mereka segera masuk setelah pintu terbuka sebagian dan mendapati Andin tergeletak dengan wajah pucat dan tubuh gemetar.
“Andin! Kamu dengar aku?!”
Namun Andin hanya bisa berbisik lirih, “Anakku… tolong… anakku…”
Tetangga itu buru-buru menelpon ambulans.
Beberapa menit kemudian, suara sirine memecah keheningan.
Di rumah itu, aroma darah dan tangisan bercampur menjadi satu.
Andin dibawa keluar dengan tubuh lemah, sementara layar laptopnya masih terbuka, menampilkan wajah Raka dan Ratna yang tertawa tanpa dosa.
Pihak rumah sakit segera menelpon kontak darurat milik Andin—nama Raka ada di paling atas.
Namun telepon itu berdering tanpa jawaban.
"Bagaimana?" Tanya seorang Dokter yang menangani Andin.
"Maaf, Dok. Telepon nya tidak dijawab. Sudah sepuluh kali saya menelpon namun tidak diangkat oleh suaminya" jawab asisten perawat Dokter tersebut.
"Bagaimana ini. Kondisi pasien sangat darurat. Kalau tidak dilakukan tindakan operasi sekarang, maka keduanya tidak akan selamat" ujar Dokter itu nampak bingung.
Sesuai SOP, tindakan operasi bisa dilakukan atas ijin dari keluarga pasien.
"Apa tidak ada keluarganya yang lain?" tanya Dokter kembali.
Perawat itu nampak menggeleng. Dokter itu membuang nafas kasar, nampak putus asa.
"Dok.... ada yang menandatangani surat persetujuannya... katanya beliau keluarga Korban" ucap Seorang perawat yang nampak berlari menuju Dokter.
"Bagus... Siapkan operasinya sekarang juga"
Sementara, disisi lain. Raka tak mendengar apa pun. Suara dering telepon yang sengaja di Silent tak begitu ia hiraukan.
Dikamar hotel, Dia nampak sibuk bergulat panas di atas kasur.
Keringat berjatuhan. Suara d3sahan kian saling bersahutan di ruang sepi.
"Aaahhh..... Raka... emmm lagi sayang..." Ratna mend3sah nikmat.
"Ahhh.... Ibu....punyamu lebih nikmat dari pada punya Andin... emmmm" bisik Raka sambil menggoyang pinggulnya semakin cepat, menekannya semakin dalam.
"Ahhh... pelan-pelan sayang" Ratna tersenyum puas. Menikmati pencintaan panas yang dibangun dari sebuah kesalahan. Tanpa mengetahui jika Andin sedang berjuang antara hidup dan mati.
.
.
.
Bersambung.