Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekanan Kerja
Malam hari. Saat ini Laras baru saja tiba di rumahnya. Ia mulai berjalan santai untuk membuka pintunya. Kebersamaan dengan Riko hari ini sedikit membuat perasaan Laras menjadi lebih senang.
Ketika Laras baru saja ingat, bahwa ia telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk mulai mencoba kembali berinteraksi dengan Mas Andi. Dengan satu tangannya yang mungil, Laras membuka gagang pintu yang baru saja ia genggam.
Ketika berada di dalam rumah. Lampu kuning berwarna redup mengiringi suara Laras yang mencari tahu apakah Mas Andi sudah tidur atau belum.
Suaranya yang pelan memenuhi isi ruangan dari rumah Laras. Walau, sebenarnya Laras juga tidak merasa yakin jika Mas Andi belum tidur. Laras malah lebih percaya jika usaha kali ini akan sia-sia lagi. Laras tipe orang yang mudah pesimis. Sebelum melakukan apapun.
"Aku pulang~" -Laras
Suara pelan Laras itu terdengan kencang di ruangan yang sudah sunyi. Tidak ada sambutan-sambutan apapun yang menunggunya. Ketika telah berada di dalam, Laras tidak melihat barang-barang kotor seperti pakaian Andi.
Karena biasanya, walau Andi sedang libur. Ia masih sering meletakan pakaian bekasnya dimana-mana. Tapi malam ini semuanya nampak begitu rapih. Sunyi. Dan kosong.
Laras berjalan melewati kamar suaminya. Ia ingin lebih dulu memastikan Dina apakah sudah tidur atau belum. Suara pintu yang di buka Laras terdengar. Ia melihat kalau Dina sudah tertidur pulas saat ini.
Laras segera mengambil handuknya. Untuk langsung membersihkan tubuhnya ingin menggunakan lingerie favoritnya. Ketika semuanya sudah selesai. Laras perlahan membuka pintu kamarnya. Dan melihat, Mas Andi yang sudah tertidur pulas juga disana.
Di satu sisi. Laras ingin mencoba membangunkan Mas Andi. Tapi di sisi lain. Keegoisan Laras untuk tidak memulai pembicaraan dengan suaminya dulu lebih tinggi. Laras mendekati kasur yang sedang di isi oleh Andi.
Ia mencoba merebahkan tubuhnya di samping suaminya yang sudah tidur. Dengan harapan, Mas Andi sedikit saja terbangun untuk melihat siapa yang baru saja hadir menemaninya tidur. Lagi-lagi, semua harapan Laras harus ia telan sendiri.
Disaat, Mas Andi tidak merespon apapun. Suaminya hanya berusaha membenarkan posisi tidurnya yang bahkan kini menjadi membelakangi Laras. Ketika melihat hal itu, Laras menghembuskan nafas pendeknya.
Walau batin kecil Laras merasa seperti membeku dengan sendirinya. Ia benar-benar tidak bisa melakukan dan merasakan apa-apa ketika sedang berada di sebelah suaminya seperti saat ini.
Pyuuh~
Keesokan harinya. Keluarga kecil ini kembali manjalani aktivitas kegiatannya seperti normal kembali. Ketika mereka semua berkumpul di meja makan tengah sarapan, tidak ada obrolan yang terjadi antara Laras dan Andi. Laras yang sibuk berbincang serta menyuapi anaknya, dan Mas Andi yang sibuk dengan sarapan paginya.
Mereka berdua telah kembali menjadi kepribadiannya yang dingin masing-masing. Hanya satu kalimat yang keluar dari mulut Laras ketika hendak mengantar dan pergi bekerja sebelum berangkat kepada suaminya.
"Aku berangkat, dulu .. yaa~" -Laras
Di kantor. Tepatnya di dalam perusahaan besar Aoin. Di depan sebuah meja kerja dimana Laras yang sedang sibuk mengerjakan beberapa tugasnya yang belum juga kunjung selesai.
Beberapa minggu kebelakang ini, proyek intensif sering membuat Laras dan Riko harus bersama menemui klien di lapangan. Membuat, kedekatan mereka semakin terlihat.
Laras yang sedang sibuk merapihkan beberapa lembar kertas di mejanya, menyempatkan tangannya untuk memberi pesan kepada Riko.
"30 menit lagi, yaa .. Aku tunggu di kafe melati." -Laras
"Oke, baik!" -Riko
Di sisi lain, Riko pun di kantornya sendiri sama sibuknya dengan Laras. Hari ini, mereka berdua akan bertemu salah satu klien yang ingin bekerja sama pada perusahaan Aoin untuk event nanti.
Dalam hati Riko sebelum keluar dari ruangannya, ketika Riko sedang merapihkan beberapa barangnya. Ia selalu ingin bertemu dengan Laras. Karena ketika bersama Laras, Riko merasa bahagia.
"Aku tidak sabar ingin bertemu dia." -Riko
Beberapa jam kemudian. Di kafe melati. Di saat Riko dan Laras sedang menunggu klien. Entah kenapa, hari ini Laras terlihat gugup. Hal itu menjadi perhatian Riko.
Sudah ada lebih dari satu jam mereka menunggu klien penting perusahaan yang tidak kunjung nampak ini. Dan mereka berdua masih setia menunggu orang itu.
Entah Laras yang merasa gugup akan bertemu klien penting, atau karena duduk bersebelahan dengan Riko. Dari sini, Riko mulai lebih berani untuk menyentuh Laras secara langsung. Ia memegang tangan Laras yang berada di sebelahnya.
Meletakan tangannya di atas dan menggenggam tangan Laras yang merasa gugup.
"Tenanglah .. Aku yang akan bicara dengan klien nanti. Kamu tidak perlu menjelaskan apapun." -Riko
Suara Riko yang melihatnya seraya tersenyum, mampu sedikit menghilangkan keresahan dan kegugupan yang berada di hati Laras saat ini. Dan entah kenapa, Laras tidak merasa terganggu dengan tangan Riko yang terus memegangnya erat.
Terlihat dari luar kafe Andi baru saja turun dari mobilnya. Ia melihat-lihat apakah nama kafe yang ingin ia kunjungi ini telah benar atau tidak.
Dug!
Suara Andi ketika menutup pintu mobilnya. Dengan perlahan, Andi berjalan ingin memasuki kafe yang dimana di dalamnya sedang ada Laras dan Riko yang tengah duduk bersama menunggu klien. Dan hal ini, tidak Andi ketahui.
Sebuah tulisan besar terpampang jelas sebelum Andi memasuki kafe tersebut. Perlahan ia berjalan untuk masuk ke dalam.
Kafe Melati~
Saat ini, tangan Riko masih menggenggam erat Laras. Ketika Laras menoleh kebelakang arah depan pintu, yang dimana di sana ada Mas Andi. Pandangan Laras tiba-tiba terhalang oleh salah satu pelayan yang sedang menghampiri pelanggan.
Di sisi lain, Andi yang juga baru saja masuk hampir melihat posisi Laras yang sedang duduk berdua dengan Riko. Dan untungnya, pelayan yang tiba-tiba berada disana tidak sengaja menghalangi pandangan mereka berdua.
Pandangan suami istri yang jarang sekali berinteraksi di rumahnya sendiri. Dan Riko, masih dengan perasaan senang memperhatikan Laras yang berada di sampingnya dengan terus melamun tersenyum. Mereka malah terlihat bukan seperti rekan kerja. Melainkan sepasang kekasih yang baru saja pacaran.
Bersambung ..