NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 — Ingatan yang Tidak Milikmu

Waktu berhenti di angka 07:07:00.

Reina memegang flash drive perak, ukiran ‘707’ terasa dingin di telapak tangannya. Di depannya, Daren yang putus asa/sempurna tersungkur, tubuhnya bergetar melawan kendali Rhea. Daren Penjaga, yang disuarakan oleh Aksa, berdiri membeku, matanya memancarkan kesedihan abadi.

“Reina, jangan hancurkan! Aku lelah sendirian. Ambillah tempatku!” Teriakan Aksa yang bergema dari tubuh Daren Penjaga adalah senjata emosional yang sempurna. Itu bukan perintah Rhea. Itu adalah permintaan tolong dari saudaranya.

Kau sudah tahu jawabannya, Reina. Penebusan. Ambil flash drive itu. Bebaskan kakakmu. Dan jadilah Admin yang sempurna. Suara Rhea memohon di benaknya.

Reina menatap flash drive itu. Jiwa Reina 2019 yang 'bersih'. Jiwa yang tidak pernah berharap Aksa menghilang. Jiwa yang bisa menutup Lantai Tujuh, atau justru menyempurnakannya.

Ia mengingat apa yang dikatakan Daren: “Jika kamu menghancurkannya, kamu akan menghancurkan rantai ini.”

Rantai. Bukan hanya loop waktu, tapi rantai rasa bersalah yang mengikat mereka semua.

Reina melihat ke arah Daren Penjaga, matanya terfokus pada Daren yang disuarakan Aksa.

"Kak Aksa," bisik Reina. "Aku mencintaimu. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menjadi Admin, dan aku tidak akan menjadi tumbalmu."

Reina menjatuhkan flash drive perak itu ke lantai beton.

KRAK!

Ia mengangkat palu karetnya dan menghantam flash drive itu sekuat tenaga. Logam perak itu hancur berkeping-keping.

Tepat saat flash drive itu pecah, semua bergetar. Bukan getaran fisik, melainkan getaran dimensi. Warna-warna di koridor Gedung Lama memudar menjadi abu-abu. Suara di udara menjadi static yang keras.

Sistem Lantai Tujuh berteriak.

Daren Penjaga terhuyung ke belakang. Teriakan Aksa yang keluar dari tubuhnya berubah menjadi jeritan panjang, lalu hening. Tubuh Daren Penjaga itu ambruk, dan segera larut menjadi debu yang terserap ke dalam lantai.

Daren yang putus asa/sempurna, yang tersungkur di lantai, tiba-tiba menarik napas dalam-dalam.

Ekspresinya menjadi murni.

"Reina," katanya. Itu adalah suara Daren yang asli, tanpa static atau lapisan suara yang lain.

"Kamu melakukannya. Kamu menghancurkan rantai ini."

DING!

Suara Lift Pertama berbunyi. Pintu lift terbuka. Di dalamnya, tidak ada kegelapan, melainkan cahaya kuning yang hangat.

Dari dalam lift, berjalan keluar dua sosok.

Naya dan Zio. Keduanya mengenakan seragam yang rapi, dan ekspresi wajah mereka... normal.

"Reina? Daren?" sapa Naya, matanya jernih, penuh kekhawatiran yang wajar. "Kalian ngapain di sini selarut ini? Kami khawatir kalian hilang."

"Zio," panggil Reina. "Siapa aku?"

Zio tersenyum riang. "Reina Laksana, teman klub jurnalistikku! Calon Ketua Redaksi!"

"Siapa kakakmu, Naya?" tanya Reina, air mata mengalir.

"Aku anak tunggal, Rei. Kamu ini kenapa?" Naya tertawa kecil.

Rantai itu putus. Perulangan dihentikan. Semua kloning dan program yang diciptakan Lantai Tujuh terhapus. Naya dan Zio telah kembali ke versi mereka yang paling stabil dan bebas dari rasa bersalah. Mereka tidak mengingat semua drama di Lantai Tujuh.

Reina memeluk Daren. "Apa yang terjadi?"

"Kita berhasil, Reina. Saat kamu menghancurkan flash drive itu, kamu menghancurkan jembatan antara dunia ini dan Lantai Tujuh. Semua kloning terhapus. Dan yang tersisa hanyalah yang nyata," kata Daren, membalas pelukan Reina.

Reina melihat ke arah lift. Lift itu kini terlihat biasa saja, tombol 7 sudah kembali, namun padam.

"Rhea? Aksa?"

Daren melepaskan pelukan. "Rhea... dia sudah menjadi bagian dari Kesadaran Lantai Tujuh. Dia akan selalu ada di sana, di void tersier. Dan Aksa..."

Daren menunjuk ke loker yang terbuka. Di sana, di bagian dalam pintu loker, tertempel sebuah kertas dengan tulisan tangan Aksa.

“Reina – Kamu yang terbaik. Aku tidak bisa membiarkanmu menggantikan posisiku. Aku mengunci diriku di sini, sebagai Algoritma Penebusan Abadi. Selama aku di sini, Lantai Tujuh tidak akan pernah bisa menyerang realitas. Aku adalah penjaga yang kamu butuhkan. Jaga dirimu.”

Aksa memilih mengorbankan dirinya sebagai Algoritma yang menjaga batasan. Dia memilih untuk tidak kembali.

Reina kembali menatap loker itu, hatinya hancur. Aksa telah menjadi bagian dari dimensi itu selamanya, untuk melindunginya.

Mereka meninggalkan Gedung Lama. Fajar menyingsing. Dunia terasa segar, tidak ada lagi kabut, tidak ada lagi getaran.

Saat mereka berjalan melintasi Aula Utama, Reina menyadari sesuatu yang aneh.

Di meja pendaftaran yang berada di aula, terpampang sebuah buku catatan terbuka. Buku itu bersampul tua, bertuliskan "Reina Alyssa – Tahun 2019."

Reina meraih buku itu. Isinya adalah tulisan tangan yang sangat mirip dengan miliknya, tetapi lebih rapi dan percaya diri.

20/06/2019 – Aku tidak boleh membiarkan Aksa menjadi penahan. Aku akan melakukan pertukaran. Aku akan menghapus ingatan tentang dirinya dari pikiranku.

10/10/2019 – Pertukaran berhasil. Aksa kembali normal. Aku adalah yang tersisa. Aku harus segera keluar sebelum terlambat.

Buku itu berisi detail kehidupan Reina yang terlupakan di tahun 2019: pertemanannya dengan Rhea, hubungannya yang penuh kasih dengan Aksa, dan keputusannya yang arogan untuk menjadi penyelamat.

"Apa itu?" tanya Naya, penasaran.

"Bukan apa-apa," jawab Reina, menutup buku itu.

Reina menyadari kebenaran terakhir: Reina Laksana yang sekarang, yang penuh dosa dan rasa bersalah, adalah kloning yang kembali dari tahun 2019. Reina yang asli, yang tidak memiliki dosa, telah hilang di Lantai Tujuh. Atau, ia telah berhasil keluar dan menjalani hidup normal, sementara kloning ini kembali untuk menyelesaikan penebusan.

Reina memeluk buku catatan itu. Ia adalah ingatan yang tidak miliknya, hidup di dalam dunia yang hampir ia hancurkan.

Ia melihat ke cermin di koridor. Refleksinya kini tersenyum. Senyum Reina yang asli, yang penuh tekad.

Ia telah kalah, dan menang, pada saat yang bersamaan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!