Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Saat itu, Yuan Chen pun mengikuti Qin Yi untuk segera melihat keadaan Wang Qiu'er yang telah dibawa kembali menuju Halaman Belakang, Kediaman Tetua Qin Yi.
Di Kediaman Tetua Qin, nampak Wang Qiu'er yang tengah terbaring tak sadarkan diri, di sampingnya, seorang tabib wanita paruh baya tengah membersihkan setiap darah kering yang menempel ditubuhnya.
"Senior Wang!" Yuan Chen berteriak dengan suara yang bergetar, kedua matanya membesar karena terkejut dan khawatir saat melihat Wang Qiu'er terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Ia berlari dengan cepat ke samping Wang Qiu'er, tapi tubuhnya menabrak tabib yang sedang membersihkan darah-darah yang telah mengering di tubuh Wang Qiu'er.
Buk! Tabib itupun terjatuh ke lantai.
"Aduh!" tabib itu mengeluh, terkejut karena tubuh Yuan Chen yang tiba-tiba menabraknya. Ia menatap Yuan Chen dengan mata yang kesal, tapi kemudian melihat ekspresi khawatir di wajah Yuan Chen dan langsung memahami situasinya. "Tenang, anak muda," kata tabib itu dengan suara yang lembut, "Wang Qiu'er baik-baik saja, hanya saja... lukanya cukup parah dan tidak akan pulih dalam waktu dekat." sambung tabib itu, berbicara untuk menenangkan Yuan Chen.
Yuan Chen pun menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia menatap Wang Qiu'er dengan mata yang berkaca-kaca, "Ke— kenapa bisa begini?" tanyanya dengan suara yang bergetar, "Apa yang terjadi pada Senior Wang? Siapa sebenarnya yang telah melukainya sampai seperti ini?" ujar Yuan Chen, kedua tangannya terkepal kuat dan tinjunya bergetar menahan segala kemarahannya.
Tetua Qin Yi memasuki kamar dengan langkah yang tenang dan bijak, matanya yang penuh dengan kebijaksanaan memandang sekeliling kamar sebelum akhirnya menatap Yuan Chen dan Wang Qiu'er. Ia duduk di kursi kayu yang terletak di depan meja kayu bundar, tangannya mengambil teko teh dan menuangkan secangkir teh ke dalam gelas yang tersedia.
"Yuan Chen, aku tahu ini sulit bagi kamu," kata Tetua Qin Yi dengan suara yang lembut dan penuh dengan empati, "Tapi aku harus memberitahu kamu tentang keadaan Qiu'er. Lukanya sangat parah, dan aku khawatir..." Ia berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku khawatir dia mungkin tidak bisa kembali seperti semula."
Tetua Qin Yi menatap Yuan Chen dengan mata yang penuh dengan kesedihan, "Aku tahu kamu peduli dengan Qiu'er, dan aku juga peduli dengan kamu berdua. Itulah mengapa aku meminta kamu untuk mengundurkan diri dari kompetisi ini. Aku tidak ingin murid-muridku terluka bahkan mengorbankan masa depannya. Tidak apa, jika memang aku harus dikeluarkan dari akademi ...." perkataan Tetua Qin Yi terhenti di saat Yuan Chen memotong perkataannya.
"Tidak, Guru!" bentak Yuan Chen, "Cepat beri tahu aku, siapa yang telah melakukan ini terhadap Senior Wang?" sambung Yuan Chen dengan nada yang tinggi.
Tangan Tetua Qin Yi berhenti sejenak di atas meja, cangkir teh yang telah diisi kembali diletakkan dengan sangat perlahan, seolah-olah tak ingin mengganggu keheningan yang menyelimuti kamar. Setelah memastikan cangkir teh berada di tempatnya, ia memalingkan pandangannya kepada Yuan Chen, matanya yang tajam dan penuh dengan kekhawatiran menatap wajah Yuan Chen.
"Chen Chen! Lawan Wang Qiu'er adalah Dai Hu, dia adalah seorang praktisi yang telah mencapai tingkatan ranah ke empat," kata Tetua Qin Yi dengan nada yang serius dan penuh dengan peringatan. "Aku harap kau tidak akan bertindak gegabah!" Ia menekankan kata-kata terakhir, seolah-olah ingin memastikan Yuan Chen memahami betapa bahayanya situasi ini dan betapa pentingnya untuk tetap waspada.
"Dai Hu ...!" ucap Yuan Chen dengan nada yang bergetar, kedua tangannya terkepal, "Aku telah mengingat nama itu," sambungnya, geram.
"Guru! Aku akan tetap melanjutkan Kompetisi!" ucap Yuan Chen lagi, berbicara dengan nada yang tegas dan penuh tekad.
Tetua Qin Yi menatap Yuan Chen dengan mata yang tajam, seolah-olah sedang menimbang keputusan Yuan Chen. Setelah beberapa saat, ia mengangguk perlahan. "Baiklah, aku tidak bisa menghentikanmu. Tapi, aku punya satu syarat, kau harus berjanji tidak akan menyinggung Dai Hu, tidak akan melakukan tindakan yang bisa memicu konflik dengan Dai Hu. Jika kau bisa melakukan itu, aku tidak akan mengganggu keputusanmu."
"Aku tidak ingin melihat kau terluka karena emosi yang tidak terkendali. Kau harus ingat, dalam kompetisi ini, keselamatan dan kehormatan adalah yang utama." suara Tetua Qin Yi penuh dengan kekhawatiran dan harapan bahwa Yuan Chen bisa memahami dan mengikuti nasihatnya.
Namun, tabib yang berada dibelakang Yuan Chen tiba-tiba berbicara, "Bocah kecil! Seperti tanganmu terlalu melekat dengan buah dada nona Wang!"
Yuan Chen langsung merasa wajahnya memanas, ia tidak menyadari bahwa tangannya tengah memegang sebelah puncak kembar Wang Qiu'er dengan telanan. Ia segera melepaskan tangannya dan mundur sedikit, merasa malu dan tidak tahu harus berbuat apa.
Tetua Qin Yi menatap tabib itu dengan mata yang kesal, "Cukup, tabib! Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda."
Tabib itu tersenyum dan mengangkat tangannya sebagai tanda permintaan maaf, "Maaf, Tetua Qin Yi. Aku tidak bermaksud mengganggu." Ia kembali fokus pada pekerjaannya, membersihkan luka Wang Qiu'er dengan hati-hati.
Yuan Chen pun segera menoleh ke arah tetua Qin Yi, kemudian ia pun berbicara, "Guru! Kalau begitu... aku akan segera kembali ke Halaman Dalam, pertandingan babak 16 besar akan segera dimulai!" kata Yuan Chen, berbicara sembari membungkuk memberi hormat kepada gurunya.
Tetua Qin Yi mengangguk, "Baiklah, Chen Chen. Berhati-hatilah di pertandingan nanti. Jangan lengah dan jika kamu merasa lawanmu terlalu berat, jangan ragu untuk menyerah. Aku tidak akan menyalahkan kamu walaupun kamu kalah." Ia menatap Yuan Chen dengan mata yang penuh dengan harapan dan kekhawatiran, "Aku akan menunggu kabar baik dari kamu." sambungnya, sembari menggantung segaris senyuman di bibirnya.
Yuan Chen membungkuk lebih dalam, "Terima kasih, Guru. Aku tidak akan mengecewakanmu." Ia kemudian berbalik dan meninggalkan kamar, meninggalkan Tetua Qin Yi dan tabib yang masih berada di samping Wang Qiu'er.