NovelToon NovelToon
Buah Hati Sang Pewaris

Buah Hati Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: EPI

Demi biaya operasi ibunya,kiran menjual sel telurnya.Matthew salah paham dan menidurinya,padahal ia yakin mandul hendak mengalihkan hartanya pada yoris ponakan nya tapi tak di sangka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Taruhan hati dan kutukan keluarga

Tina menatap Kiran dengan sinis, "Ada apa? Kau bisu sekarang?" tanyanya karena Kiran terdiam, hanya memandangnya. Lalu ia melanjutkan, "Takut?"

Rosa menyahut dengan angkuh, "Kau tahu? Aku juga akan ikut lombanya. Dia nggak akan bisa kalahin aku," katanya sombong.

Tina berkata dengan nada meremehkan, "Tentu. Temannya 'cinta sejatinya' yang Annie benar-benar jalani. Ayah dari anakmu mungkin bangkrut atau sudah kabur," ujar Tina, kata-katanya menusuk.

Kiran mengangkat dagunya, matanya berkilat. "Status bukan berarti cinta. Kalau aku menang lombanya, aku mau permintaan maaf publik pada aku dan anakku," kata Kiran tegas.

Tina melipat tangannya di dada. "Dan kalau kau kalah?" tanyanya menantang.

Kiran menjawab dengan tenang, "Maka aku akan pergi seperti kemauanmu."

Rosa langsung tertawa terbahak-bahak. "Kalau gitu sebaiknya kau mulai berkemas sekarang!"

Tina menyambung dengan tawa mengejek, "Ya, bagaimana bisa orang nggak penting kayak kau bersaing sama istri CEO?"

Kiran menatap mereka berdua, hatinya dipenuhi tekad. Kita akan rancang sesuatu yang sangat bagus dan buat mereka tarik omongan mereka, gumamnya dalam hati.

Sementara itu, di rumah sakit, Matthew sedang diperiksa dokter. "Tanda-tanda vital Anda menurun cepat, Pak Matthew," ucap dokter dengan nada khawatir. Matthew memijat keningnya. Ibunya menatap cemas.

Dokter melanjutkan, "Kalau polanya sama, mungkin Anda punya 10 hari lagi."

Ibu Matthew mendengar itu terkejut. "10 hari?!"

Dokter mengangguk.

Ibu Matthew berkata lagi, suaranya bergetar, "Tapi ulang tahun anakku sebentar lagi... berarti kutukan itu nyata," ucapnya sedih.

Matthew hanya diam, menatap kosong ke depan.

Ibu Matthew berkata lagi, air matanya menetes, "Anakku nggak akan lewati umur 30 tahun."

Matthew langsung berkata, berusaha menenangkan ibunya, "Nggak apa-apa, Ibu. Kiran hamil. Keluarga Andres akan terus hidup meski..."

Belum selesai ia bicara, ibunya langsung memotong, "Nggak, jangan bilang begitu! Kau anak tunggal ku! Kiran! Sayang, gimana hubungan kau sama Kiran? Apa kau pikir dia cinta sejati mu? Apa dia orang yang bisa hancurin kutukan itu?"

Matthew menggeleng pelan, membuat ibunya semakin panik. Dan aku akan pastikan hubungan mereka memanas dengan cara apapun, gumam Ibu Matthew dalam hati, tekadnya membara.

Waktu berjalan begitu cepat. Saat ini Kiran sudah di rumah, ia mulai membuat desain gambarnya. Matthew langsung duduk di dekatnya, merangkulnya. "Kau lagi kerjain apa, Mama Kiran?" ucapnya lembut.

Kiran terkejut. "Matthew? Aku kira kau masih di kantor," ucapnya. Lalu langsung menjawab pertanyaan Matthew, "Desain perhiasan untuk lomba bulan depan."

Matthew berkata, "Pasti penting kalau kau khawatir soal itu. Apa temanya?"

Kiran pun langsung menjawab, "Cinta sejati," sambil tersenyum tipis.

Matthew terdiam sejenak.

Kiran berkata lagi, "Aku nggak tahu, satu-satunya hubungan yang aku punya cuma sama orang kayak Yoris. Susah dapat inspirasi. Hanya saja, apa yang aku sketsa nggak cocok sama apa yang aku pikirkan tentang rasanya cinta sejati."

Matthew berkata, "Ohh... kau mau rasanya seperti apa?" tanyanya.

Kiran menjawab, matanya menatap Matthew, "Kebebasan, kebaikan, hormat." Lalu ia menoleh ke Matthew, "Kayak perasaan yang kau kasih ke aku."

Mereka terdiam, saling tatap. Matthew mengusap pelipis Kiran dengan ibu jarinya, matanya penuh kehangatan. Saat itu juga, Matthew memegang tengkuk Kiran, menariknya mendekat. Saat bibir mereka hampir bersentuhan, tiba-tiba suara wanita paruh baya berkata, "Matthew, Kiran! Aku sudah daftarkan kalian kelas prenatal. Kalian harus pergi berdua."

Segera Matthew dan Kiran saling menjauh, canggung. Matthew menutup mulutnya, menahan senyum. Sedangkan Ibu Matthew berkata dengan wajah berbinar, "Apa aku baru saja mengganggu sesuatu yang manis?" tanyanya menggoda.

Kiran menunduk malu-malu, pipinya merona. Sedangkan Matthew hanya tersenyum lalu bicara dengan lembut ke Kiran, "Aku ambil jaketku."

Kiran menjawab, "Oke."

Saat ini di kelas prenatal, di pusat kesehatan ibu dan bayi, Kiran memegang sebuah brosur. Mereka berjalan masuk, Matthew mencari sesuatu di ponselnya. Tak lama Matthew berkata ke Kiran, "Kau keberatan kalau aku angkat telfon ini?" tanyanya.

Kiran bertanya, "Pekerjaan? Angkat saja kalau memang penting," ucapnya sambil tersenyum.

Matthew berkata, "Terima kasih, cuma sebentar," ucapnya langsung beranjak pergi. Kiran berdiri di bagian depan resepsionis.

Tiba-tiba ada seorang wanita di belakang nya berkata, "Lihat siapa yang datang," ucapnya. Ternyata adalah Rosa. Rosa berkata lagi, "Kiran, kelas ini harganya jutaan. Gimana kau bisa masuk?" Tanya sedikit meremehkan.

Kiran menjawab dengan santai, "Kau terkejut aku bisa bayar ini?" tanya Kiran.

Sedangkan wanita disebelah Rosa berkata, "Sudahlah, ada kelas coba gratis hari ini. Si curang ini mau numpang gratisan," ucapanya meremehkan.

Lalu Kiran menjawab, "Aku daftar dengan benar. Kelas sudah mau mulai, aku nggak ada waktu untuk ini."

Tapi wanita itu langsung mencegat dan mendorong nya berkata, "Kau bohong, agar bisa masuk kelas premium? Kau bahkan nggak seharusnya hirup udara yang sama dengan kami," ucap meremehkan. Lalu bertepuk tangan berteriak, "Satpam! Ada penipu di sini! Tolong usir dia!"

Tak lama ada satpam dan wanita di bagian resepsionis berkata, "Semuanya baik-baik saja, Nyonya-Nyonya?"

Lalu wanita bersama Rosa berkata, "Tidak! Di p*lacur! Dia bukan klien asli, jelas dia miskin dan kau menyelinap ke kelas prenatal. Dia nggak seharusnya disini, dia buat tempat ini jelek."

Lalu wanita yang berada di bagian resepsionis itu pun percaya, berkata ke satpam, "Usir dia dari sini!"

Seketika Kiran pun berbalik berkata, "Apa begini kau perlakukan orang di sini?" tanyanya, suaranya bergetar menahan amarah.

Dan wanita resepsionis itu berkata, "Sayang, kelas uji coba cuma untuk klien yang bayar. Dan kau dengan baju murahmu itu? Kau nggak pantas di sini," ucapnya, tatapannya merendahkan.

Sedangkan Rosa dan wanita yang bersamanya tertawa di belakang, menikmati pemandangan itu.

Kiran langsung berkata, "Aku sudah daftar dan bayar! Cek di sistem kalian! Namaku Kiran!" ucapnya tegas.

Dan saat itu juga resepsionis langsung mengeceknya. Sedangkan Rosa dan wanita di sebelahnya berkata, "Gimana dia bisa bayar ini?" tanya masih meremehkan.

Sedangkan wanita di sebelahnya berkata, "Ini pasti palsu, jangan percaya!"

Lalu Kiran berkata, "Jadi? Aku boleh masuk sekarang?"

Wanita resepsionis itu berkata, "Kau nggak kemana-mana," ucap sambil tersenyum sinis.

Kiran tersentak berkata, "Apa?"

Sedangkan Rosa dan temannya tertawa penuh kemenangan. Wanita resepsionis itu berkata, "Nggak ada Kiran di dalam sistem! Usir p*lacur pembohong ini, sekarang!"

Seketika satpam menarik tangan Kiran dan Kiran berkata, "Nggak! Jangan! Lepasin!" Ia berusaha melepaskan diri, tapi genggaman satpam terlalu kuat. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, bukan karena sakit, tapi karena rasa dipermalukan dan tidak berdaya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!