Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heboh
“Kakak, ini mie goreng sapinya!”
Naya bergegas membantu begitu melihat Papa Ardi membagi mie goreng daging sapi ke dalam tiga porsi.
Pertama, ia merobek kantong plastik dengan hati-hati. Lalu, sambil menggoyang-goyangkannya dengan kedua tangan mungil seolah-olah sedang menajamkan telinga, ia meratakan plastik itu perlahan. Setelah itu, Naya menutup porsi mie dengan telapak tangannya yang kecil dan kemerahan.
Prosesnya memang lambat, tapi tak seorang pun berani menyuruhnya cepat.
Melihat ekspresi serius si kecil yang manis itu, siapa pun yang coba mendesaknya pasti akan langsung dipandang sinis oleh orang-orang sekitar. Apalagi, mahasiswi cantik kampus, Nadia, masih berdiri di sana. Semua orang jelas menjaga sikap.
“Papa, lanjut aja gorengnya! Biar Naya yang bungkusin!” katanya mantap.
Dengan susah payah, Naya akhirnya berhasil mengemas satu porsi. Ia tersenyum lebar, lalu menyerahkannya langsung pada Nadia.
Nadia menerima bungkusannya dengan senyum hangat. “Namamu Naya, ya? Imut sekali! Aku jadi pengen punya adik kayak kamu.”
Tak disangka, Naya mengerutkan hidung mungilnya, melirik Papa yang sibuk di belakang wajan, lalu menatap Nadia dengan sungguh-sungguh.
“Naya cuma mau jadi anak Papa!”
“...”
Kalimat polos itu membuat Nadia hampir meleleh di tempat. Gadis kecil di depannya ini benar-benar terlalu lucu, rasanya ingin langsung dipeluk.
Namun, karena kerumunan makin ramai, Nadia hanya bisa tersenyum, mengusap kepala Naya dengan lembut, lalu berkata, “Kalau begitu, aku pamit dulu ya. Besok aku datang lagi.”
Begitu Nadia pergi, suara sorakan langsung pecah.
“Kalian dengar nggak? Kak Nadia bilang besok balik lagi!”
“Wah, besok bisa ketemu dia lagi di sini, mantap!”
Bukan cuma karena Nadia, orang-orang juga mulai memperhatikan cara Ardi menjaga kebersihan kios kecilnya. Meja dapur tertutup kain bersih, bumbu tersusun rapi, Ardi memakai celemek dan masker bening.
Jelas berbeda dibanding 80% warung sekitar kampus.
“Aku yakin mie goreng daging sapi di sini pasti mantap!”
“Ya ampun, jangan ditanya lagi. Kalau Kak Nadia aja suka, berarti enaknya kebangetan!”
“Aku juga harus coba! Jangan sampai ketinggalan!”
Sementara itu, Naya kembali mengemas satu porsi mie. Tapi di tengah jalan, ia tiba-tiba berhenti, lalu bertanya polos dengan suara lembut,
“Kakak, udah bayar belum?”
Seorang mahasiswa buru-buru menunjukkan layar ponselnya. “Sudah, nih. Bukti transfernya masih ada.”
“Hehe, oke deh! Kalau gitu ini mie sapinya, Kakak!”
Baru setelah yakin ada bukti pembayaran, Naya menyerahkan bungkusannya. Ia kemudian pura-pura mengusap keringat di dahinya yang bersih, lalu bergumam,
“Aduh, capek banget bantuin Papa...”
Ardi hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. “Hehe, dengan Naya di sini, Papa senang sekali.”
Tingkah sok serius Naya membuat semua orang terhibur.
Setiap kali menyerahkan pesanan, ia selalu menanyakan dengan suara imut, “Udah bayar belum, Kak?” Baru setelah ada konfirmasi, mie diberikan.
Wajah seriusnya, ditambah suara polosnya, bikin banyak pelanggan jatuh hati.
“Pantes aja tadi Kak Nadia pengen punya adik kayak Naya. Gemes banget!”
Namun, di antara kerumunan, seorang mahasiswa laki-laki tiba-tiba mengusap matanya.
“Wuwuwu...”
Temannya panik. “Eh, kenapa lo nangis? Lo sakit?”
Cowok itu menggeleng cepat, wajahnya sedih. “Bukan... Aku cuma keinget adikku di rumah.”
“Oh, jadi karena lihat Naya jadi kangen adikmu?”
Namun ia malah menghela napas berat, ekspresinya murung. “Kangen? Kalau adikku semanis ini... nggak usah semanis, sepertiga aja cukup! Aku pasti bahagia. Sayangnya adikku gila, nyebelin, tiap hari pengen kubuang ke tong sampah.”
Orang-orang yang mendengar langsung tertawa terpingkal-pingkal.
Tak butuh waktu lama, kabar tentang warung Ardi menyebar cepat ke seluruh asrama kampus.
Mahasiswa cowok penasaran, “Apa sih hebatnya mie goreng daging sapi itu sampai Kak Nadia bela-belain datang?”
Mahasiswi cewek juga heboh, “Katanya bos warungnya ganteng banget! Terus anaknya imut parah!”
Apalagi ada yang diam-diam mengambil foto Ardi saat sibuk menggoreng. Begitu fotonya tersebar, banyak siswi langsung heboh.
“Ya ampun, dia nggak cuma ganteng, tapi masaknya kayak chef beneran!”
“Astaga, siapa coba yang bisa nolak cowok kayak gini plus punya anak super imut?”
Di warung kecil itu sendiri, aroma tumisan terus memenuhi udara. Setiap kali Ardi membalik wajan, bau harum daging sapi berpadu dengan bumbu khas membuat siapa pun menelan ludah.
Orang-orang yang sudah mencicipi bahkan menutup mata, wajah mereka penuh kepuasan.
“Mie goreng daging sapi ini... gila enaknya!”
“Dagingnya empuk, mie-nya kenyal, bumbunya mantap banget!”
Banyak yang langsung pamer ke teman-temannya lewat foto dan status. Suasana makin heboh, membuat kios kecil itu jadi pusat perhatian.
Sementara itu, para pedagang lain di sekitar hanya bisa menggertakkan gigi. Pelanggan yang tadinya mampir ke warung mereka... kini semua lari ke kios Ardi!
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.