NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dipercaya untuk Mengelola Keuangan

Edwin mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Wilda. "Mencuri makanan, apa maksud kamu ? Untuk apa juga nyai Galuh mencuri makanan di rumah sendiri?"

"Iya, Papi. Aku melihat sendiri nyai Galuh membungkus makanan lalu membawanya pergi dari rumah." Wilda tidak akan menyerah sampai Galuh diusir oleh suaminya. Dan ini kesempatan baik untuk memprovokasi suaminya. "Atau mungkin dia membawa makanan itu untuk dibagi - bagikan ke orang pribumi."

"Benar itu, Nyai Galuh?" Edwin menatap mata wanita Jawa itu dengan tatapan tidak yakin.

Galuh tetap terlihat santai dan tidak gegabah dalam membela diri, "Maafkan saya Tuan Edwin, Saya tidak bermaksud untuk mencuri, melainkan saya mengambil makanan itu untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan," ujarnya dengan nada tenang dan penuh keyakinan. Galuh berharap dapat memperbaiki kesalahpahaman dan menunjukkan niat baiknya.

Tentu hal ini membuat Edwin berubah ekspresinya. "Kamu salah dalam mengambil tindakan, Nyai Galuh. Mereka tidak berhak atas harta dan maupun makanan yang aku miliki."

Galuh menundukkan mata namun tetap terlihat elegan, "Ini tidak sesuai dengan yang Anda pikirkan. Niatan saya berbagi ada maksud baik, Tuan."

"Maksud baik apa?" bentak Edwin pada Galuh dengan nada keras dan nada yang meninggi, menunjukkan kemarahan dan ketidaksetujuan atas tindakan Galuh. Wajah Edwin terlihat merah padam, mata tajam menatap Galuh, seolah-olah menantang Galuh untuk membela diri.

Wilda yang menyaksikan kemarahan Tuan Edwin, terhadap Galuh, tersenyum meski tersembunyi di balik wajahnya, tapi mata dan ekspresinya menunjukkan kepuasan yang tersembunyi juga.

Galuh mengangkat wajahnya lalu tersenyum tipis, "Anda jangan marah dulu, Tuan Edwin. Dengarkan asumsi saya mengenai niat baik saya ini."

Serentetan mengenai kehidupan Galuh yang sebagai Gundik tiba - tiba muncul dalam pikirannya. Termasuk pria tua yang ia temui juga ada dalam pikirannya.

"Bukankah Sukir bekerja di kebun kopi Anda ? Saya dengar etos dan kegigihan kerjanya cukup bagus saat bekerja di kebun, bukankah sayang jika dia mati hanya karena kelaparan ? Untuk itu saya berbagi sedikit, dan itu jatah makan saya yang tidak saya makan. Dengan beranggapan sedikit makanan bisa mengganjal perutnya dan memperpanjang usianya agar tidak mati sia - sia dan tetap bisa bekerja selamanya di kebun kopi." jelas Galuh dengan nada lembut dan penuh empati, menunjukkan kepeduliannya terhadap Sukri.

Edwin mengangguk pelan memahami penjelasan Galuh, dan sedikit demi sedikit kemarahannya mulai mereda. Ia memandang Galuh dengan tatapan yang berbeda, melihat niat baik di balik tindakan Galuh.

"Baiklah, Nyai. Lain kali jangan seperti itu lagi," kata Edwin dengan nada yang lebih lembut dan tersenyum sedikit, menunjukkan bahwa ia telah memaafkan Galuh dan memberikan peringatan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Masalah sudah selesai.

Namun tidak memberi arti yang senang bagi Wilda. Wilda melihat Edwin memaafkan Galuh, dan rasa tidak puasnya terlihat jelas di wajahnya. Ia mengerutkan kening dan menggigit bibir, merasa bahwa Edwin terlalu lunak terhadap Galuh. Dengan mata yang menyipit, Wilda memandang Galuh dengan rasa iri dan ketidaksetujuan, berharap Edwin lebih tegas dalam mengambil keputusan.

"Sial," bisik Wilda dalam diam, sambil menatap Galuh dengan mata yang penuh kebencian dan rasa tidak puas. Wilda menggelengkan kepala pelan lalu menarik napas dalam, menahan rasa marah dan kecewa karena Edwin telah memaafkan Galuh.

.

Setelah makan malam.

"Ini Tuan, kopi buatan saya," kata Nyai Galuh sambil meletakkan secangkir kopi panas di depan Edwin dengan senyum ramah.

"Semoga kopi ini bisa sedikit memperbaiki suasana hati Tuan setelah kejadian tadi." Dengan gerakan lembut, ia meletakkan cangkir kopi di atas meja, menunjukkan sikap hormat dan niat baik.

Edwin mengambil cangkir itu dan menghirup aroma kopi yang hangat, kemudian mencicipinya dengan perlahan.

Rasa kopi yang nikmat dan aroma yang harum membuatnya merasa lebih rileks dan menghargai kebaikan Galuh. Edwin tersenyum lembut, mengangguk puas, dan berkata, "Kopi ini sangat enak, Nyai Galuh."

Belum pernah sebelumnya nyai Galuh menyeduhkan kopi seperti saat ini dan tentu saja membuat menheer itu bertanya - tanya dalam diam. Atau mungkin karena benturan di kepalanya yang membuat nyai itu berubah demikian.

Galuh tersenyum, Tuan Edwin menyukai kopinya. Ini tidak seberapa, didunia modern ia adalah seorang barista yang bekerja di bidang pembuatan dan penyajian kopi, terutama di kafe. Galuh memiliki keterampilan dalam mengolah biji kopi, membuat berbagai jenis kopi, dan menyajikan minuman dengan cara yang menarik.

Wilda merasa semakin tidak nyaman dan iri dengan pujian yang diberikan Edwin kepada Galuh. Ia memandang Galuh dengan mata yang dingin dan penuh kebencian, merasa bahwa Galuh semakin mendapatkan perhatian dan pengakuan dari Edwin. Wilda membalikkan wajahnya, tidak ingin menunjukkan rasa tidak senangnya, tapi ketegangan di tubuhnya terlihat jelas.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Nyai Galuh. Ini mengenai keungan keluarga. Bisakah kamu menemaniku sebentar?" tanya Edwin dengan nada serius, menunjukkan bahwa topik yang akan dibahas cukup penting dan memerlukan perhatian.

Edwin mengisyaratkan agar Galuh mengikutinya ke tempat yang lebih privat untuk membahas hal tersebut. Galuh pun mengikut pria berkumis putih itu dengan berjalan pelan di belakangnya.

Sesampainya di ruangan kerja Edwin, Edwin duduk di kursi kulit yang empuk dan mewah, lalu meminta Galuh untuk duduk juga dihadapannya.

"Silakan duduk, Nyai Galuh," kata Edwin sambil menunjuk kursi di depannya, menunjukkan bahwa ia ingin berbicara serius dan membutuhkan perhatian penuh dari Galuh.

Galuh sedikit membungkuk sebagai tanda hormat sebelum duduk, menunjukkan rasa hormat dan kesediaan untuk mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh Edwin.

"Aku memberikan tanggung jawab penuh padamu untuk mengatur keuangan keluarga, termasuk pengeluaran sehari-hari, seperti membeli bahan makanan, membayar gaji pembantu, mengatur uang saku untuk Wilda dan Marry dan mengelola keuangan rumah tangga lainnya. Tak hanya urusan rumah tangga, kamu juga terlibat dalam pengelolaan properti keluarga, seperti tanah atau rumah." kata Edwin dengan nada yang menunjukkan kepercayaan penuh terhadap Galuh.

Galuh menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat dan kesediaan untuk menerima keputusan Edwin, meskipun sebenarnya ia memiliki keraguan. "Baik, Tuan. Saya akan melakukan yang terbaik," tambahnya dengan suara pelan.

Lalu Edwin De Groot memberikan Galuh sebuah dompet dan buku catatan keuangan, menandakan bahwa Galuh bertanggung jawab penuh untuk mengelola keuangan keluarga dengan baik.

"Jangan kecewakan aku, Nyai Galuh," kata Edwin dengan nada yang serius dan penuh harapan. Ia memandang Galuh dengan mata yang tajam, menunjukkan bahwa ia sangat mengandalkan Galuh dalam mengelola keuangan keluarga.

Galuh merasa tekanan dari permintaan Edwin dan berusaha memberikan jaminan bahwa ia akan melakukan yang terbaik. "Saya tidak akan mengecewakan Tuan, saya berjanji," kata Galuh dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan.

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!