Menggoda Ayah Dari Wanita Yang Merebut Tunanganku

"Pa, Papa nggak lupa kan kalau hari ini aku ulang tahun? Jangan pulang malem-malem kayak yang udah-udah ya, Pa."

"Jay, aku tunggu di rumah ya. Jangan lupa ya, Jay."

Wajah Virya nampak berseri-seri. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Sebuah pesta sudah disiapkan. Dia juga sudah mengundang beberapa teman dekatnya untuk datang di acaranya nanti malam.

Bukan hanya itu, saat ini wanita tersebut juga tengah berada di salon untuk merias dirinya. Mulai dari perawatan tubuh hingga make up tentunya. Ia ingin tampil menjadi pusat perhatian.

Sebuah rencana juga telah dia siapkan terkait hubungannya dengan Jayan. Ya, Virya ingin mengumumkan hubungan mereka berdua.

Awalnya Virya ingin menunggu sampai status Jayan jelas menjadi single. Tapi agaknya itu tidak perlu lagi. Dia yakin Jayan tidak akan pernah kembali kepada Dhea.

"Apa tema riasan ulang tahun mu yang ke-24 ini, Vir? Apa mungkin kali ini kamu mau riasan anggun dan dewasa?"

Seorang wanita berusia 37 tahun yang merupakan owner langsung dari salon tempat Virya berada saat ini menanyakan gaya seperti apa yang ingin Virya gunakan pada ulangtahunnya yang ke-23 ini.

Ia pikir Virya akan lebih menampilkan sisi dewasanya. Tapi ternyata jawaban dari pelanggan setianya itu tidak seperi yang dia pikirkan.

"Aku ingin kayak yang biasanya aja, Madam. Aku pengen tampilan cute, imut dan manis tentunya. Putri kesayangan ayah yang polos, aku ingin tampil kayak itu. Orang-orang yang melihat ku dari tahun ke tahun akan menilai bahwa aku adalah putri kecil kesayangan ayahnya yang nggak akan berubah. Ya, aku ingin tetep tampil kayak gitu."

Seperti itu lah jawaban dari Virya. Madam Ely, pemilik dari salon tersebut hanya tersenyum simpul. Baginya apapun yang jadi keinginan pelanggan akan dia wujudkan tanpa bertanya lagi. Ia hanya akan menyarankan gaya seperti apa, tapi keputusan tetap di tangan mereka yang datang ke salonnya.

Butuh dua jam bagu Madam Ely untuk merias Virya. Memang seperti itu yang dimau oleh wanita itu. Dia ingin benar-benar tampil sempurna untuk malam perayaan hai lahirnya.

"Nah sudah, babe. Cantik sekali kamu, manis. Benar-benar puas bisa ngerias kamu,"ucap Madam Ely. Dia selalu puas memoles wajah Virya yang pada dasarnya sudah cantik itu.

"Ya, cukup memuaskan, Madam. Tanganmu selalu paling bisa diandalkan. Makanya aku nggak mau kalau bukan kamu yang megang aku,"sahut Virya. Dia tersenyum lebar di depan cermin sebagai tanda dia sangat puas dengan tampilan wajahnya.

"Oke, aku pulang ya. Biasa udah ku transfer langsung ke rekening pribadi mu, Madam."

Virya melenggang pergi meninggalkan salom Madam Ely. Dan setelah itu Madam Ely juga langsung masuk ke ruang istirahatnya. Menangani Virya menjadi hal yang paling melelahkan. Semua itu karena Virya benar-benar tidak mau dipegang oleh orang lain selain Madam Ely.

"Eh buset, pinggang ku beneran berasa mau patah ini. Ughhh kalau nggak gede bayarannya dan bukannya pelanggan tetap, ogah sebenernya ngelayanin itu anak,"ucap Madam Ely. Dia merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur kecil yang ada di ruangannya.

Namun agaknya istirahat yang ia inginkan sejak tadi harus kembali terganggu saat anak buahnya mengetuk pintu ruangannya.

"Madam, ada tamu yang mau ketemu sama Madam,"ucap karyawan salonnya.

"Ah elah, bilang aja akunya tidur apa pingsan gitu. Capek banget ini, kaki udah berasa kayak nggak nginjek tanah,"sahut Madam Ely. Dia sungguh enggan untuk menemui siapapun itu. Bahkan jika itu pelanggan VIP pun dia enggang untuk menemuinya karena tubuhnya yang sangat lelah.

"Tapi Madam, ini lain. Yang datang Mbak Dhea,"ucap karyawannya itu lagi.

Sreeet

Drap drap drap

Cekleeek

"Dimana Dhea?"

Madam Ely langsung bangkit dari posisi tidurnya dan bergegas membuka pintu lalu menanyakan keberadaan Dhea.

Dia juga berjalan dengan sangat cepat untuk menemui seseorang yang ingin dia temui itu.

"Sayaaaaang akuuuu, ughhhh aku udah nunggu kamu dari tadi tahu. Kenapa, kenapa gagal nikahnya. Padahal aku udah nggak sabar banget mau ngerias kamu, Babe,"ucap Madam Ely heboh. Wanita yang hendak menuju usia 40 tahun namun masih begitu cantik dan juga bugar itu memeluk Dhea dengan erat. Sorot matanya menampilkan rasa prihatin atas kabar gagalnya pernikahan dari gadis yang selalu dia anggap seperti adiknya sendiri itu.

"Iya nih, Madam. Belum jodoh hehehe. Oh iya, ehmm aku boleh minta tolong nggak, Madam?" ucap Dhea sambil malu-malu.

Ya ini adalah bagian dari persiapan yang jadi rencananya. Yakni datang membawa kue ulang tahun pesanan Drake dengan tampilan yang spektakuler.

"Oh apa itu, coba bilang", sahut Madam Ely. Dia masih belum tahu bantuan apa yang diminta oleh Dhea.

"Anu, aku pengen dirias. Aku mau datang ke acara ulang tahu teman. Tapi, aku punya permintaan khusus, Madam. Begini ... ."

Madam Ely mengerutkan alisnya saat Dhea memberi isyarat untuk mendekatkan telinganya. Tapi wanita itu tidak menolak dan menurut begitu saja.

Dhea pun mengatakan apa yang jadi permintaannya dengan berbisik. Madam Ely seketika membulatkan matanya, bukan karena terkejut melainkan karena dia sungguh sangat senang.

"Aaaah akhirnya aku bisa merias mu, Dhe. Ugghhh ini obat kecewa karena aku nggak jadi ngerias kamu di pernikahan mu. Oke, ayo kita mulai,"ucap Madam Ely dengan sangat bersemangat.

"Tapi Madam, katanya tadi Madam kecapekan karena baru aja dapet pelanggan VIP,"ucap Dhea. Dia mendengar hal itu dari karyawan salon tadi. Dan sebenarnya dia merasa tidak enak untuk meminta bantuan dari Madam Ely untuk meriasnya.

"Ah itu mah cuma bohong. Aku nggak capek sama sekali kalau buat bisa ngerias kamu. Yuk udah jangan dibahas. Cepetan, kamu harus siap sebelum acara kan, jadi ayo kita langsung mulai aja."

Madam Ely mendorong tubuh Dhea secara perlahan dan mendudukkan gadis itu di kursi depan cermin besar. Dengan tangan yang terampil, Madam Ely mulai memoles wajah Dhea. Tampak sekali raut wajah dari pemilik salon itu yang begitu bersemangat.

Bukan hanya wajah yang akan dirias oleh Madam Ely, tapi rambut Dhea pun akan ia tata sedemikian rupa untuk menyempurnakan penampilan.

"Voalaaa, ughhhh sayang aku, cantik banget sih. Buset, kamu jadi beda gini. Aah puas banget aku. Gimana, sesuai yang kamu mau kan?"

Dhea menangguk mendengar pertanyaan dari Madam Ely. Hasil karya dari tangan wanita itu sungguh luar biasa dan tidak perlu diragukan lagi.

"Bagus banget, Madam. Aku suka. Ya udah kalau gitu, aku langsung cuss ya. Oh iya, jadi berapa?" Dhea menanyakan perihal biaya yang harus dia bayar untuk jasa Madam Ely tersebut.

Tap!

Madam Ely menepuk punggung Dhea dengan pelan. Alih-alih menjawab pertanyaan Dhea, Madam Ely hanya tersenyum saja.

"Madam, berapa ih?" tanya Dhea kembali. Dia tidak mau mendapatkan ini secara cuma-cuma saja.

"Nggak usah, kayak sama siapa aja. Ini kamu Dhea, aku udah janji nggak bakalan nerima uang dari kamu setiap kamu mau dirias sama aku,"tukas Madam Ely cepat.

"Yaah nggak bisa gitu dong. Ini kan kerjaan Madam. Masa aku dapet gratis, jadi berap~"

"Hush hush sana udah pergi. Buruan, ntar telat lho. Kamu juga belum ganti baju kan. Jadi sana buruan." Madam Ely memotong ucapan Dhea. Dia lagi-lagi mendorong tubuh Dhea, tapi kali ini menuju ke luar salon.

"Tapi~"

"Udah sana, have fun ya Babe."

Madam Ely langsung berlari masuk ke salon, membuat Dhea hanya bisa mendengus saja. Dia sudah menduga akan seperti ini, tapi baginya tidak ada tempat lain yang memang bagus selain salon Madam Ely untuk membatunya malam ini.

"Terimakasih Madam,"ucap Dhea sambil bergegas untuk kembali ke rumah untuk melanjutkan apa yang harus dikejakannya.

TBC