kisah ini bercerita tentang seorang gadis cantik nan ceria, yang hidup bergelimang kasih sayang dari orang tuanya, sampai di titik di mana ayahnya membawa seorang wanita ke dalam rumahnya dan menghancurkan segalanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ynt ika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemakaman
Hari ini adalah hari di mana Aluna Rafasya Wiliam akan di makamkan. Tempat peristirahatan terakhir tak ada kemewahan, tak ada cahaya, tak ada orang yang kita cintai, yang ada hanyalah kegelapan.
Aluna di makamkan di pemakaman umum tepat di samping makam ibunya. Iring-iringan mobil dan motor yang mengantar akhirnya sampai di tempat pemakaman.
Gabriel yang ikut di dalam mobil ambulans, turun untuk ikut mengangkat kerandanya. dan Nindi yang hanya berjalan di belakang di apit oleh sahabatnya yang kakak beradik itu siapa lagi kalau bukan Keneisha Alexander dan Anjani Alexander. Ya mereka berdua adalah saudara anak dari tuan Alexander dan nyonya Wulan Alexander orang terkaya ke 3 di negara itu. mereka juga ikut mengantar Aluna ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Tidak ada pembicaraan mereka hanya diam melihat Nindi yang jalan di samping mereka dengan muka datar dan tatapan kosongnya.
mereka sampai ke tempat yang di tuju dan langsung memakamkan jenazah. Gabriel yang melihat menangis tersedu-sedu karena harus merelakan orang yang ia cintai pergi dari hidupnya.
Nindi yang melihat gundukan tanah dengan batu nisan yang bertuliskan nama ibundanya hanya menatap kosong. Hancur, sedih, merasa bersalah karena tidak bisa melindungi ibunya itu lah yang di rasakan Nindi saat ini.
kedua sahabatnya yang melihat Nindi menjadi tidak tega dan mendukung semua keputusan Nindi.
Orang yang tidak memahami seorang Anindita Anatya Aditama akan merasa bahwa Nindi seperti tubuh tanpa jiwa, akan mengira ia larut dalam kesedihannya, tetapi mereka salah diamnya adalah tanda bahwa ia sedang merencanakan sesuatu, matanya yang penuh akan dendam wajah yang datar dan dingin seperti tanda bahwa iblis itu akan segera hadir.
" Kalian sudah bermain main denganku. Tunggu lah pembalasanku aku akan menjadi malaikat pencabut nyawa untuk Kalian "
aura yang di keluarkan Nindi membuat semua yang berada di sana merinding dan bergidik ngeri. Satu per satu dari mereka meninggalkan tempat itu hingga menyisakan keluarga Alexander dan Aditama.
" Kami turut berduka cita tuan Aditama " ucap Alexander dan istrinya bersamaan
" Iya, terimakasih sudah meluangkan waktu kalian untuk ikut mengantar istri saya "
" tidak masalah pak Gabriel. Nindi kamu yang kuat ya sayang " ucap Wulan mendekati Nindi dan memeluknya.
" Iya Tante Terimakasih " membalas pelukan hangat dari ibu sahabatnya itu.
" Jangan panggil Tante dong panggil bunda aja sama kaya Keneisha dan Anjani karena kamu juga putri bunda sekarang "
Nindi yang mendengar itu menjadi terharu dan menitikan air matanya. Dia memang kehilangan ibu yang telah melahirkannya, tetapi tidak dengan kasih sayang seorang ibu yang kini ia rasakan dari bundanya ibu dari kedua sahabatnya.
" Terimakasih bunda "
" sama-sama sayangnya bunda " tersenyum yang di balas senyuman manis yang memperlihatkan lesung pipinya. Wulan yang melihat senyum Nindi jadi terpana dengan senyuman indah dari manusia datar itu.
" Astaga sayang senyuman kamu bikin pangling apalagi lesung pipinya " dengan mencubit kedua pipi Nindi.
Keneisha dan Anjani yang melihat Nindi sudah tersenyum lagi merasa senang di tambah dengan perlakuan kedua orang tuanya yang juga sangat menyayangi Nindi sama seperti mereka menyayangi kedua putrinya.
" Ya udah, kalau gitu mamah dan papah pulang dulu ya sayang kalian mau langsung pulang juga? "
" Bunda duluan aja kita masih mau temenin Nindi " jawab Anjani Yang di ikuti anggukan kepala oleh Keneisha "
" Okey, Neisha jagain adek kamu ya sayang " ucap Alexander pada putri sulungnya.
Keneisha yang mendengar perkataan papahnya menganggukkan kepala. " Jelas dong pah adek satu-satunya ini " Alexander yang mendengar itu tersenyum pada putri sulungnya.
" Nindi sayang kalau gitu papah dan bunda pulang dulu ya jangan lupa nanti main ke rumah nginep juga boleh "
" siap papah "
tuan dan nyonya Alexander meninggalkan mereka kembali ke kediaman Alexander. Sedangkan di pemakaman hanya tersisa Nindi kedua sahabatnya Gabriel dan wanita ular.
" Kau wanita licik tunggu saja pembalasanku. Kau sudah merenggut nyawa ibuku dan aku akan membalas mu berkali-kali lipat dari apa yang sudah kau lakukan!! Camkan itu " Ucap Nindi dengan menekan kata-katanya membuat mereka menjadi takut.
" Apa-apaan kau ini Nindi. Masih saja menyalahkan mereka yang tak tau apa apa " bentak Gabriel tidak habis pikir pada anak semata wayangnya.
" kau selalu saja membela mereka Dad. Mereka yang sudah mendorong mama dari atas tangga " teriak Nindi dengan wajah penuh Amarah
Plak...
Plak..
Lagi dan lagi tangan Dadynya mendarat mulus di kedua pipi Nindi hingga meninggalkan jejak jari tangan besar itu.
Kedua sahabatnya melihat itu melongo dengan perasaan tak percaya pada ayah dari sahabatnya itu yang lebih membela kedua wanita asing itu di banding mempercayai perkataan anaknya sendiri.
" Sudah cukup kau keterlaluan Nindi. Kalian berdua ayo kita pulang " Gabriel berlalu pergi di ikuti oleh Anita dan Sandra yang tersenyum puas melihat keadaan Nindi saat ini.
" Kau tidak akan menang melawanku anak kecil " dan berlalu pergi meninggalkan Nindi menyusul Gabriel.
" Dasar pria bodoh. tidak mempercayai putrinya sendiri demi melindungi orang luar. Astaga otak apa otakmu itu tuan Gabriel " Gumam Anita menertawakan kebodohan Gabriel.
" Kita lihat siapa yang akan menang dalam permainan ini Anita Harsa "
Nindi berjalan mendekati makam ibunya di ikuti oleh kedua sahabatnya.
" Nindi kamu nggak apa-apa kan " tanya Neisha khawatir dengan keadaan sahabatnya. Jejak jari tangan Gabriel terlihat jelas di kulit putih bak porselen itu membuat ia merasa sakit.
" Nindi kamu ikut kita pulang aja ya.. Jangan pulang ke rumah jelek itu sama kita aja " Ajak Anjani pada Nindi untuk ikut pulang bersama mereka ke kediaman Alexander. Neisha yang mendengar perkataan adiknya menganggukkan kepalanya.
" Iya Nin mending kamu ikut kita aja pulang ke mansion kita. Bunda dan papah juga pasti seneng kalau kamu nginep di rumah."
" Nggak usah gue masih ada urusan " Dengan wajah datarnya bersimpuh di sebelah makam ibunya.
Kedua sahabatnya yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas panjang kalau sahabatnya sudah bilang begitu tidak bisa di ganggu gugat.
" Ya udah, tapi kalau ada apa-apa jangan lupa kabarin kita ya nanti kapan-kapan kita ke markas " Ucap Neisha yang mendapatkan anggukan kepala dari Nindi.
" Kalau gitu kita pamit ya. Kita tau Lo kuat untuk laluin semua ini kita akan selalu ada kalau Lo butuh "
" Makasih guys " Ucap Nindi memeluk kedua sahabatnya dan pergi meninggalkan Nindi sendri di pemakaman itu.
" Hei my Angel. Apa kabar, udah makan belum, kok tega banget sih tinggalin aku sendiri di sini hiks hiks. Gimana tempat barunya? bagus ya.. Sampai kamu betah di sana pasti tempatnya indah "
" Kau sudah mengambil dia dari pelukanku meninggalkan luka dan kerinduan yang dalam hiks hiks. Hei sang pemilik langit dan bumi ku titipkan ibuku padamu, jagalah dia, bahagiakan dia, karena kau sudah memintanya pulang lebih dulu maka bahagiakan dia di sana jangan buat dia bersedih. Aku sudah mengikhlaskan dan merelakan dia untuk ikut bersamamu. Tugasku untuk membahagiakan dia sudah selesai. Dan tugasnya untuk menjaga dan merawat ku juga selesai, yang tersisa adalah tugasmu untuk membahagiakan kesayangan ku ini. AKU PERGI nanti aku kembali lagi berbahagialah di rumah barumu SEE YOU MY ANGEL " Isak tangis yang terdengar memilukan dari seorang wanita kuat yang haru kehilangan ibunya karena takdir kehidupannya.