NovelToon NovelToon
Wasiat Yang Menyakitkan

Wasiat Yang Menyakitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Angst / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

Enam bulan pernikahan Anindia, badai besar datang menerpa biduk rumah tangganya. Kakak sang suami meninggalkan wasiat sebelum meninggal. Wasiat untuk menjaga anak dan juga istrinya dengan baik. Karena istri dari kakak sang suami adalah menantu kesayangan keluarga suaminya, wasiat itu mereka artikan dengan cara untuk menikahkan suami Nindi dengan si kakak ipar.

Apa yang akan terjadi dengan rumah tangga Nindi karena wasiat ini? Akankah Nindi rela membiarkan suaminya menikah lagi karena wasiat tersebut? Atau, malah memilih untuk melepaskan si suami? Ayok! Ikuti kisah Nindi di sini. Di, Wasiat yang Menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#08

Wajah Afi terlihat sangat-sangat bersalah saat ini. "Anin."

"Mas, satu hal yang harus kamu tahu, karena aku mencintai dirimu, makanya aku memilih untuk berpisah. Sebab, aku tidak akan kuat melihat suamiku menikah lagi. Aku tidak akan kuat menyaksikan suamiku bersama wanita lain. Aku pencemburu, Mas. Kamu tahu itu, bukan?"

"Anindia."

"Lepaskan aku. Lakukan wasiat yang kakak mu minta. Jadikan kakak ipar mu sebagai istri seperti yang telah mas Ali wasiatkan. Dengan begitu, mama kamu akan bahagia. Aku yakin, penyakitnya akan sembuh nanti. Kondisinya akan membaik."

"Anindia. Jangan bicara seperti itu. Mama-- "

"Mas. Sejak awal, mereka memang tidak pernah suka padaku. Yang suka aku hanya kamu. Jika kamu saja terbagi dengan orang lain, maka aku benar-benar akan hidup dalam neraka. Tolong, pertimbangkan perasaan ku. Jika kamu memang sayang pada diri ini, maka lepaskan aku, Mas."

Air mata Afi semakin jatuh dengan sangat deras. Bibirnya bergetar karena menahan tagisan. Sungguh, luka terdalam adalah melepaskan saat masih sangat menyayangi orang tersebut.

"Aku tidak rela, Anin. Tidak akan pernah rela."

"Takdir tidak mengizinkan kita bersama sekarang, Mas. Kamu harus melepaskan walau tidak dengan kerelaan. Tidak ada pilihan, Mas Afi. Tidak ada."

"Anindia." Afi berucap sambil mendekap erat tubuh sang istri.

Nindi membiarkan Afi memeluk tubuh itu walau hatinya enggan untuk membalas pelukan tersebut. Dia tidak ingin melepaskan walau hatinya menolak. Karena dia sadar, mungkin ini adalah pelukan terakhir dari Afi untuknya sebagai suami istri. Karena dari mata si suami, Nindi yakin bahwa, Afi akan melepaskannya kali ini.

Beberapa saat terus berpelukan, akhirnya, pelukan itupun melonggar, lalu akhir Afi lepaskan walau dengan ketidak relaan yang terlihat dengan sangat jelas.

Afi menatap Nindi lekat. Lagi, tangan Nindi kembali ia raih. "Anin, apakah sungguh tidak akan ada peluang untuk kamu tetap bertahan di sampingku?"

Wajah Nindi langsung berubah kesal.

"Mas Afi. Kamu tahu apa keputusanku, tolong jangan di tanya lagi. Pertanyaan yang sama akan mendapatkan jawaban yang sama pula. Jadi, tolong, jangan bertanya lagi ketika kamu sudah tahu apa jawabannya."

Afi menundukkan wajahnya. Senyum pahit ia perlihatkan. "Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi."

"Anin. Aku akan melepaskan mu. Karena kamu tidak bisa terus bertahan di sisi ku, aku memilih untuk bersedia melepaskan kamu. Tapi, dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?" Nindi berucap cepat.

"Selama kita belum sah bercerai, kamu harus tetap tinggal di rumah ku. Tetap menjadi istriku yang salah. Lalu, karena mempertimbangkan kondisi mama yang tidak bisa menunggu, aku akan menikah dengan mbak Desi sebelum kita bercerai."

Mata Nindi langsung membulat sempurna.

"Apa! Apa maksudnya ini? Kamu minta aku merestui pernikahan kalian? Apakah kamu masih tidak mengerti apa yang aku katakan sebelumnya, mas Afi?" Nindi terlihat kesal bukan kepalang.

Afi yang tahu bagaimana perasaan sang istri langsung menyentuh kedua bahu Nindi.

"Kamu ingin berpisah dari aku atau tidak?"

"Kamu terlalu jahat, Mas Afi. Sangat jahat."

Afi langsung membuang wajahnya ke samping. Senyum pahit lagi-lagi dia perlihatkan.

"Aku jahat, Anin?" Afi menahan napasnya. "Aku tidak punya pilihan lain, Anindia. Aku ingin langsung menceraikan kamu, tapi negara ini punya hukum."

"Aku ingin menunggu, tapi mama tidak bisa. Hanya ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan sekarang. Aku bersedia melepaskan kamu sebagaimana yang kamu inginkan. Tapi, aku harus menikah dengan mbak Desi terlebih dahulu. Setelah itu, barulah gugatan cerai bisa kita lakukan."

Nindi terdiam. Perasaan takut dipermainkan tentu saja langsung bisa ia rasakan. Namun, dia tidak ingin terlalu memikirkan hal tersebut. Karena itu, bukanlah satu-satunya hal yang bisa ia takuti.

Nindi yakin, akan ada cara lain nantinya jika Afi memilih membohongi dirinya. Sekarang, yang terpenting adalah, persetujuan Afi untuk bercerai. Walau, syaratnya sangat berat.

Nindi menarik napas panjang nan berat. Menahan napas itu sesaat, setelahnya, barulah ia lepaskan secara perlahan. Dia tatap wajah Afi lekat-lekat.

"Baik. Aku bersedia memberikan restu pernikahan sebagai istri pertama untuk kamu menikah dengan mbak Desi. Tapi, untuk tinggal dan melakukan kewajiban sebagai istri yang sah selama menunggu putusan cerai, aku mungkin tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa?"

"Karena aku ... aku harus mempertimbangkannya lagi. Cukup bagiku untuk tetap tinggal, Mas. Tapi, tidak untuk menjalani kewajiban sebagai istri sah seperti sebelumnya. Kamu bisa menikah. Tapi, dalam waktu yang sangat singkat, setelah pernikahan itu, gugatan cerai kita harus segera kamu lakukan. Aku tidak akan pernah menerima alasan apapun nantinya."

"Anin ... baiklah. Jangan khawatir. Jangan takut aku berbohong. Aku tidak akan membohongi dirimu, Nin."

"Oh iya. Aku punya satu pertanyaan lagi yang ingin aku tanyakan padamu."

"Apa? Katakan saja!"

"Setelah bercerai ... apa mungkin akan ada pernikahan kedua, Anindia?"

"Maksudnya?" Anindia pura-pura tidak mengerti.

"Pernikahan kedua ... seperti, rujuk. Akankah ada, Anin?"

Nindi ingin langsung menjawab tidak. Namun, cepat-cepat dia tahan bibirnya agar tidak melepaskan ucapan tersebut. Anin terdiam memikirkan kata apa yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan Afi agar si pria tidak memilih berubah pikiran.

Sesaat berikutnya, Anin menatap Afi lagi.

"Jika garis takdir telah menentukan, aku tidak akan bisa menolak. Semuanya ada di tangan yang maha kuasa. Apapun yang akan terjadi kedepannya, itu adalah kehendak yang maha kuasa, Mas Afi."

Senyum penuh harap Afi perlihatkan.

"Kalau begitu, aku akan meminta pada Tuhan ku, Anin. Akan ku pinta pernikahan kedua untuk kita. Setelah perpisahan karena wasiat yang menyakitkan, maka aku yakin, pasti akan ada pernikahan kedua yang indah. Aku akan meminta hal itu siang dan malam."

"Kamu bisa meminta, Mas Afi. Tapi Allah tahu yang terbaik. Karena yang baik bagi kita, belum tentu terbaik menurut Allah. Begitu pula sebaliknya, Mas."

"Ya. Aku tahu, istriku."

"Setiap kata-katamu selalu mampu membuat hatiku tenang. Kamu adalah wanita terbaik yang pernah singgah ke hatiku. Andai takdir tidak terlalu kejam, pasti kita akan bahagia hingga ke hari tua, Anin."

Anindia hanya mampu terdiam. Mungkin, takdir memang sangat kejam dan terlalu tega. Namun, sama seperti yang telah Anin katakan sebelumnya, apa yang baik menurut manusia, belum tentu terbaik bagi Allah. Karena hanya Allah lah yang maha tahu.

Mungkin, Allah pisahkan mereka karena keluarga Afi tidak suka Nindi. Allah kasihan melihat Nindi tersakiti secara diam-diam. Makanya, Allah berikan Anindia jalan yang pahit saat ini hanya untuk membuat dia bahagia di kemudian hari.

Takdir, siapa yang tahu seperti apa kedepannya, bukan? Hari ini bahagia, belum tentu besok sama. Atau, bahkan sebaliknya. Air mata tidak akan kekal abadi. Begitu juga kebahagiaan. Akan ada drama di balik bahagia atau sengsara.

*

"Mama. Aku akan menikah dengan mbak Nindi secara sah."

Manik mata Nisa terlihat sangat bahagia. Dia yang sedang berbaring, langsung bangun dengan cepat. "Benarkah?"

Afi mengangguk. "Iya. Seperti yang mama harapkan, aku akan menikah dengan mbak Desi secara sah."

"Lalu, bagaimana dengan Anin? Apa dia setuju?"

1
yuni ati
Mantap/Good/
Jumiah
bs jd itu lain anakx ali suamix ..
anak selingkuhan desy..
Jumiah
ntt desy selingkuh hamil baru tau rasa mm x afi...
Jumiah
nindi ajukan sdh gugat ceremu ...
kmu pasti bisa melewatix ,ad x
dukungan ayah mu nin...
sdh gk layak dipertahan kan rmh tangga mu nin...
Jumiah
anin pergilah sejauh mungkin ...
tinggalkan afi .sdh gk ad yg pantas
pertahan kan ,jangan paksakan untuk
melewati kerikil2 itu ...
Jumiah
nindi kmu hrus tegas jangau mau di dua kan ..
Jumiah
gk usag banyak gaya afi klo memang mau nikah lg cerekan dulu nindi...
semoga pd menyesal ntt x setelah pisah sma nindi...biar tau rasa
Patrick Khan
.emak km sukses bikin mental afi down... desi km gk sadar afi gk doyan km😏😏😏
Lee Mbaa Young
Semoga cpt cerai, kl pun hanafi gk bisa balik lagi ma mantan semoga dpt wanita yg baik gk kayak Desi.
Lee Mbaa Young
Lah pelakor merusak rumah tangga orang kok mau bhgia. mimpi saja kau.
itu karma mu.desi enak kan, dah rahim rusak gk bisa punya anak pelakor lagi. iuhh amit amit.
mnikah diatas derita wanita lain kok mau bhgia, nyadar lah kau itu pelakor.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
.akhir nya nenek lampir ketauan jg kan😏😏belom tau busuk nya desi km nek lampir..
Lee Mbaa Young
eh laporkan dokter nya ke polisi krn mau mmbuat laporan palsu.
Lee Mbaa Young
Semoga nnti beneran sakit parah tu tua bangka.
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
aku suka😍😍😍
Patrick Khan
.kak anin apa nindi si.. typo ya.. 🙏😁😁anindia kadang anin kadang nindi ..
Patrick Khan: ayo up lg aja kak..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!