Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.
Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.
Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.
Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?
Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?
Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
paman yg baik
Arsen mengangkat Alizha dengan gaya bridal carry, langkahnya santai begitu keluar kamar. Orang-orang yang kebetulan melihat hanya bisa melongo, sementara Alizha malah terlihat santai seakan-akan itu hal biasa.
"Ayo kita ke butik. Saya mau beli pakaian baru," ujar Alizha dengan nada seenaknya, dagunya ditopang di bahu Arsen.
Arsen melirik curiga. "Kenapa tiba-tiba ingin beli pakaian? Anton bisa mencarikannya untukmu."
Alizha pura-pura serius, bahkan menyentil pelan dada Arsen. "Tidak mau! Kamu sendiri yang janji kemewahan. Jadi saya mau nguras harta Mister mulai hari ini!"
Arsen sempat terdiam, lalu terkekeh geli. "Kau yakin bisa melakukan itu?"
Alizha tersenyum penuh kemenangan. "Ya dong. Saya kan tulang rusukmu yang ilang."
Arsen geleng kepala.
***
Di dalam butik, Alizha berlarian kecil dari rak satu ke rak lain. Tangannya meraih sweater kebesaran berwarna senada dengan celana longgar yang sama-sama menggantung seperti pakaian anak SMP yang salah ukuran.
"Yang ini lucu, Mister! Kita couple-an pakai ini," katanya begitu riang, langsung menempelkannya ke dada Arsen.
Arsen melipat tangan di dada, menatap pakaian itu seakan menatap musibah. "No way. Saya CEO, bukan model fashion."
Alizha mencibir sambil mencebikkan bibir. "Ih, nggak seru banget. Palingan kamu takut terlihat tua kalau pakai ini. Padahal ini bagus lho, Mister. Kamu bisa keliahatan lebih muda."
"Kalau saya pakai itu, orang-orang akan mengira saya sedang mengantar keponakan belanja. Sudah jelas perbedaan umur kita terpampang nyata." Arsen mengangkat sebelah alis dengan ekspresi menggoda.
Alizha malah terkekeh. "Kan bagus, Mister. Biar saya awet muda. Kamu yang rugi, dikira om-om."
Arsen akhirnya hanya bisa menghela napas panjang, sementara gadis itu dengan bahagia sudah masuk ke ruang ganti membawa sweater dan celana kebesaran. Beberapa menit kemudian, keluar dengan senyum penuh percaya diri.
"Bagaimana? Cocok, kan?" Alizha berpose konyol.
Arsen menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tawanya sudah tak terkendali. "Oh, God! Gadis ini benar-benar unik!" batinnya.
Keluar butik, Alizha langsung menggandeng lengan Arsen erat-erat. Dari jauh, mereka lebih mirip om dan keponakan yang baru saja selesai belanja. Apalagi dengan sweater dan celana kebesaran yang dipakai Alizha, auranya benar-benar seperti remaja tanggung yang ingin menguras uang omnya. Sementara Arsen, setia dengan kemeja putih dan celana hitamnya. Cocok sekali.
Beberapa tamu hotel sempat melirik sambil berbisik-bisik, membuat Arsen mendesah panjang. "Great, sekarang semua orang mengira saya ini wali asuh, bukan suami."
Alizha malah bangga dong. "Biarin aja. Yang penting saya dapat baju baru. Kamu kan kaya, Mister. Anggap aja ini uang jajan untuk keponakan kesayangan."
Arsen mendengus geli, lalu membiarkannya. Mereka berjalan santai mengelilingi taman hotel, sampai tiba-tiba Alizha berhenti, menatap ke arah Arsen dengan mata berbinar penuh ide.
"Mister," katanya manja.
Arsen sudah merasa firasat buruk. "Apa lagi?"
Alizha mengatupkan kedua tangannya di depan dada sambil mengerling. "Gendong saya lagi, dong. Kaki saya pegel gara-gara kelamaan muter-muter di butik."
Arsen menatapnya lama, lalu menghela napas seperti menahan sabar. "Baby, kamu tahu tidak, saya ini CEO, bukan porter."
Alizha langsung manyun. "Yaudah, kalau tidak mau, saya panggil bellboy saja. Kan mereka biasa bantu dorong koper. Mungkin bisa dorong saya juga."
Arsen sampai terbatuk karena tertawa. Dia akhirnya jongkok di depan Alizha. "Naiklah cepat sebelum saya berubah pikiran. Kamu benar-benar menyiksa saya, Baby."
Alizha bersorak pelan lalu melompat ke punggung Arsen, kembali digendong dengan wajah sumringah.
Arsen melangkah dengan santai membawa beban hidupnya yang bernama Alizha di punggung. Gadis itu malah asik bersenandung kecil sambil sesekali menepuk-nepuk bahu Arsen.
Beberapa tamu yang berpapasan otomatis melirik. Ada pasangan paruh baya yang berhenti, lalu saling berbisik sambil senyum-senyum.
"Sweet sekali ya. Keponakan sama pamannya begitu akrab," kata si wanita dengan nada iri.
Arsen langsung nyaris tersedak napas. Dia mendengus keras. "Baby, kau dengar itu? Mereka pikir saya pamanmu!"
Alizha malah ngakak keras di punggungnya sampai hampir jatuh. "Ya ampun, Mister. Cocok banget berarti. Lihat, wajah kamu tua banget kalau dibandingin sama saya. Jangan salahin orang lain, deh."
Arsen berhenti di tempat, menoleh ke samping seakan mau menurunkan Alizha saat itu juga. "Kau benar-benar keterlaluan," desisnya dengan senyum menahan kesal.
Tapi Alizha cepat-cepat merangkul lehernya erat, pura-pura merajuk. "Eh, jangan diturunin. Kan saya lagi pegel. Lagian, om saya yang baik biasanya nurut sama keponakan manisnya."
Arsen terdiam sepersekian detik, lalu tertawa kecil. "Baiklah, keponakan nakal. Kau akan bayar nanti."
Alizha terperangah. "Bayar gimana?"
Arsen hanya menaikkan sebelah alis dengan tatapan misterius, membuat Alizha langsung cemberut sambil bergumam, "Duh, bahaya banget kalau pamannya model begini."
"Siap-siap habis kau, bocah!" batin Arsen.