NovelToon NovelToon
Cursed Cancer

Cursed Cancer

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bakat Alami

Baron melihat rahang Kama mengeras dan kedua tangan Kama mengepal erat. Lalu, pria tampan itu menyelipkan lipatan kertas ke tangan kanan Kama sambil mengambil spidol yang masih Kama genggam.

"Baca nanti!" Bibir Baron bergerak tanpa mengeluarkan suara.

Kama menarik napas cepat lalu menghembuskannya kasar kemudian ia mendorong bahu Baron lalu bergegas duduk kembali ke bangkunya.

Baron memutar badan dengan cepat dan melirik ke Kama sekilas sebelum dia berkata di depan semua mahasiswa dan mahasiswi, "Jawabannya benar dan siapa yang bersedia maju dan menjawab soal yang kedua?"

Kama menoleh kaget ke Bernard saat pemuda itu berbisik dengan menjaga bibirnya agar tidak menyentuh telinga Kama, "Kenapa kamu tadi nanya kenapa asisten dosen kita memakai bahasa Indonesia? Kamu udah sering ikut kelas ini, kan?"

Kama bergegas menjawab sambil menunduk ke buku yang ada di depannya, "Aku lembur semalam jadi sedikit linglung"

"Kamu tidak mabuk lagi, kan, semalam?" Bisik Bernard.

Kama kembali menoleh kaget ke Bernard, "Mabuk? Kalia....emm ...maksudku, aku mabuk lagi?"

"Ah, lupakan! Kita bicarakan lagi soal malam itu, nanti di jam makan siang" Bisik Bernard.

Kama hanya menghela napas panjang lalu kembali menunduk ke buku yang ada di depannya. Namun, Kama sesekali mencuri pandang ke Baron. Dia tidak sabar menunggu pergantian jam mata kuliah. Dia ingin segera menanyakan soal another Karma yang diucapkan Baron dan lipatan kertas yang diberikan Baron.

Kama bergegas memasukkan lipatan kertas pemberiannya Baron ke dalam saku celananya saat Bernard asyik mencatat materi.

Saat pergantian mata kuliah, Bernard menarik tangan Kama dan Kama sontak menarik tangannya dari genggaman Bernard, "Mau ajak aku ke mana?"

"Ke ruang rahasia kita. Kita perlu bicara"

Kama langsung membungkukkan badan sambil berkata, "Aduh! Perutku sakit" Kama kemudian berputar badan untuk berlari sambil berteriak, "Aku perlu ke toilet"

"Hei tunggu Kama!" Saat Bernard ingin berlari menyusul Kama, Baron menahan pundak Bernard.

Bernard memutar badan sambil menepis kasar tangan Baron. "Ada apa?!"

Baron tersenyum dan berkata, "Kamu dipanggil dekan"

"Untuk apa?!"

Baron mengangkat kedua bahunya, "Entah"

Terpaksa Bernard melangkah ke ruang dekan dan Baron melangkah ke toilet menyusul Kama.

Baron dengan sabar menyandarkan punggungnya di tembok dan melipat tangan di depan dada, menunggu Kama keluar dari dalam toilet.

Kama keluar dari dalam toilet dan langsung melangkah mendekati Baron.

Tepat di saat cowok itu tersenyum dan menegakkan tubuhnya, Kama merogoh saku celananya. "Apa maksud ucapan kamu, another Kama? Lalu apa ini?"

"Buka dan bacalah dulu! Lalu kita bicara tapi tidak di sini"

Kama membuka lipatan kertas itu dengan tidak sabar. Kama membaca lirih apa yang tertulis di lipatan kertas itu, "Aku pernah bertemu dengan another Kama, yakni Kalia saudari kembar kamu"

Kama mendongak dengan cepat lalu menampar Baron, plak!

Baron tersentak kaget. "Kenapa menamparku?"

"Karena kamu bertemu dengan another Kama dan tidak mencegahnya melakukan hal bodoh yang menggiringnya ke kematiannya" Kedua tangan Kama mengepal erat dan kedua pelupuk matanya tergenang airmata.

Baron menarik tangan Kama ke halaman belakang kampus yang sepi dan Kama mengijinkannya.

Kama menarik tangannya saat langkahnya dan langkah Baron sampai di bawah pohon rindang.

"Aku juga menyesalinya. Andai saja aku menahannya saat itu dia tidak akan......."

"Apa kamu yang membunuhnya?"

"Tentu saja tidak! Aku berani bersumpah bukan aku yang membunuh cewek pemberani itu"

Kama memandang Baron dengan tatapan tidak percaya.

"Aku sudah jelaskan ke detektif Akira, mama dan papa kamu. Aku juga sudah menyerahkan rekaman kamera dashboard mobilku ke detektif Akira. Mama dan papa kamu juga sudah melihat rekaman itu"

Kama mengeraskan geraham dan menyipitkan matanya.

"Sial! Kenapa Tuhan menciptakan kalian berdua dengan begitu sempurnanya"

"Apa maksud kamu?!" Kama melotot ke Baron.

"Kamu dan Kalia sama-sama cantik, tapi dia tidak galak seperti kamu"

Kama langsung menendang tulang keringnya Baron dan saat Baron mengangkat kakinya untuk mengusap tulang keringnya yang berdenyut nyeri, Kama memutar badan lalu berlari meninggalkan Baron.

Kama bersyukur karena di kelas yang berikutnya dia tidak melihat Baron dan Bernard. Baron dan Bernard mengambil kelas yang lain.

Mentari siang menembus celah pepohonan, membiaskan cahaya keemasan ke lantai kantin kampus yang ramai. Aroma masakan eropa yang tidak begitu familier di penciumannya Kama beradu menciptakan simfoni khas jam makan siang.

Di tengah keriuhan itu, Kama menghela napas panjang menatap botol air mineral dan sepiring kecil kue pai apel terbalik dengan karamel, yang rasanya manis dan lezat. Kama penyuka es teh manis, es buah, es teler, gado-gado, pecel, nasi uduk, nasi gudeg, dia penyuka makanan manis itulah kenapa dia bingung memilih makanan di kantin. Tanpa bekal makanannya, hidupnya terasa hampa, karena makanan gurih yang bisa ditolerir oleh lidahnya hanyalah nasi goreng dan tumis sayur bikinan mamanya atau bikinan Mbok Iyem. Bahkan Kama mengajak Mbok Iyem ke Paris agar selera makannya bisa tetap terpenuhi.

"Serius amat, Dek"

Suara bariton yang renyah itu sukses membuat Kama tersentak. Kepalanya terangkat, matanya mengerjap dan sadar dia memakai kontak lensanya. Dia terpaksa memakai kontak lensa karena dia tengah memerankan dirinya sendiri sebagai Kama di kehidupannya Kalia sewaktu Kalia berada di Paris, sebelum Kalia meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.

Rumit dan ironis memang, tetapi itulah takdir yang harus dia jalani.

"Kapan aku jadi adek kamu?" Kama menyipitkan matanya.

"Sejak aku tahu kalau kamu itu mahasiswi baru di sini. Kamu baru tiga bulan kuliah di sini, kan, emm, ralat. kamu baru hari ini ada di sini dan another Kama lah yang sudah tiga bulan berkuliah di sini"

Kama mendengus kasar. Ucapannya Baron itu membuatnya seketika menyesali keputusannya menerima beasiswa kuliah di Paris, karena beasiswa itu yang sudah menggiring Kalia kepada kematian yang sangat mengerikan, lalu dia sekarang benar-benar berada di kampung ini, menjadi mahasiswi di kampus yang dia idam-idamkan, tetapi dia justru disambut dengan misteri kematiannya Kalia, disambut dengan cibiran, hinaan, tatapan tidak suka dari teman sekelasnya tadi, dan kini di hadapannya, seorang cowok super tampan, berbadan atletis, dengan senyum lebar dan kemeja kotak-kotak yang lengannya digulung sebatas siku, berdiri tegak di depan mejanya. Entah sejak kapan dia di sana. Wajahnya tampak tengil bagi Kama.

"Boleh gabung di sini? Meja lainnya sudah penuh" Tanya Baron dengan senyum tengilnya.

Baron memberikan kunci mobil dan uang ke Nathan dan Radit sambil berkata, "Belikan aku pizza di kafe dekat kampus dan kalian boleh makan siang di sana sepuasnya" Saat dia melihat Kama duduk sendirian di kantin kampus sebelum Nathan dan Radit melihatnya.

Tentu saja Nathan dan Radit tersenyum lebar dan langsung menerima kebaikan hatinya Baron tanpa banyak bertanya.

Kapan lagi bisa makan siang di kafe mewah. Itulah yang ada di benak Nathan dan Radit.

"Tidak boleh" Kama berucap acuh tak acuh sambil menunduk dan memotong kue di depannya dengan garpu.

"Kamu penyuka makanan manis, ya?"

Kama mengangkat wajahnya dan menatap Baron dengan wajah kesal karena cowok itu nekat menarik kursi kosong dan duduk di depan mejanya.

Baron menjulurkan dagunya ke piring di depan Kama, "Aku tahu kamu penyuka makanan manis karena kamu mengambil kue itu"

Kama menghembuskan napas kesal dan memilih untuk diam seribu bahasa.

"Kamu hanya makan kue itu? Apa kenyang? Mata kuliah hari ini sampai sore, kan? Kamu ambil jadwal penuh, kan?" Baron lalu menyesap cangkir kopinya.

"Itu karena kamu merampas bekal makan siangku. Kembalikan bekalku!" Kama melotot ke Baron.

"Jangan galak gitu. Aku cuma pengen kenalan. Aku udah memakan habis bekal kamu, aku harus cuci dulu wadah makannya dan besok akan aku kembalikan"

Kama menarik napas dalam-dalam lalu dengan mata melotot dia menyemburkan, "Kau......"

"Kau berutang kata maaf karena sudah menabrak aku dan melukai kaki aku tadi" Potong Baron sambil melipat tangan di depan dada.

Kama memutar bola mata dengan jengah lalu memilih memotong kuenya dan mengabaikan ucapannya Baron.

"Baiklah. Kalau kamu berikan nomer telepon kamu dan kamu mau jadi pacarku, maka lupakan soal minta maaf tadi"

Kama menghembuskan napasnya dengan kasar lalu mendongak dan menatap tajam wajah tampan cowok di depannya, "Kamu kurang kerjaan, ya? Kenapa mengganggu terus bahkan mengikutiku ke sini dan duduk di mejaku lalu mengoceh nggak jelas" Geram Kama sambil membuka botol air mineralnya.

"Siapa yang kurang kerjaan? Aku sibuk sedari tadi dan siapa yang mengganggu dan mengikuti kamu? Aku mencari makan siang di sini dan siapa yang salah kalau aku ketemu jodohku di sini"

Kama sontak tersedak air mineral.

"Pelan-pelan, dek minumnya! Nggak sedang dikejar setan, kan?"

Meskipun kesal, Kama diam-diam mengakui bahwa Baron cukup humoris. Ia mencuri pandang ke arah Baron sambil menutup kembali botol air mineralnya. Cowok itu memang menarik, dengan rahang tegas dan rambut sedikit acak-acakan yang memberinya kesan artistik.

"Berhenti memanggilku dek!" Kama kembali menghunus tatapan tajamnya ke Baron.

Kama sontak menegang saat Baron berkata, "Kama, bola mata kamu berubah warna menjadi merah pekat"

Tidak ada satu orang pun yang mengetahui, dan hanya Kalia yang mengetahui bakat terpendamnya Kama.

Kama adalah indigo. Bakat alaminya Jenar Ayu menular ke Kama. Kalau itu Jenar Ayu, maka wajahnya akan bersinar setiap kali ia melihat sosok tak kasat mata, Kalau itu Kama, kedua bola mata Kama akan berubah warna menjadi merah pekat setiap kali ia melihat makhluk astral.

Kenapa hanya Kama yang mewarisi bakat alaminya Jenar Ayu sedangkan Kalia tidak? Karena Kama sejak lahir terlilit tali pusar dan hampir tidak terselamatkan. Pengalaman antara hidup mati yang dialaminya sejak dini itulah yang membuat Kama mewarisi bakat alami sang mama.

Alih-alih merespons pertanyaannya Baron, Kama menoleh ke kanan, ke kiri, lalu ke belakang dengan panik.

"Kama? Ada apa?" Baron nekat menangkup tangan Kama yang ada di atas meja.

Kama menarik tangannya lalu berdiri dan langsung berlari menuju ke anak tangga.

Baron membeliak kaget sambil berdiri dan setelah tersadar dari keterkejutannya, pemuda itu berlari menyusul Kama.

Kama menghentikan langkahnya di ujung anak tangga yang mengarah ke lantai rooftop. Kama melangkah perlahan ke sosok wanita dengan baju kantoran. Warna rambut wanita itu oranye, kulitnya putih pucat dan bola matanya biru. Wanita itu menangis darah dan.........

"Tangan dan kaki kamu ke mana?" Tanya Kama sambil menghentikan langkahnya di jarak satu setengah meter dari makhluk astral itu.

Makhluk astral itu menyeringai mengerikan dan memamerkan giginya yang penuh darah lalu darah itu menetes ke lantai dan terus menetes. Lalu, terdengar suara isak tangis makhluk astral itu. Tangisan yang sangat memilukan dan tangisan itu membuat semua tulang di tubuh Kama terasa ngilu.

Dia pasti sangat cantik saat dia masih hidup. Tapi, kenapa wajahnya jadi seperti itu dan giginya penuh darah, lalu.....lalu.....astaga! keningnya ada tanda zodiak cancer sama seperti tanda yang ada di jasadnya Kalia.......di kening Kalia juga ada tanda seperti itu. Kama terkesiap kaget.

Kama bergegas menyemburkan, "Kamu dapatkan tanda zodiak cancer di kening kamu itu darimana?"

Alih-alih menjawab pertanyaannya Kama, sosok tak kasat mata itu terbang melesat ke Kama lalu mencekik Kama. Tubuh Kama terdorong ke belakang karena makhluk astral itu terus mencekik dan mendorong Kama. Saat tubuh Kama hampir jatuh ke anak tangga karena Kama tidak bisa melihat ke belakang dan kakinya selip, Baron dengan sigap menangkap tubuh rampingnya Kama dari arah belakang.

Melihat ada manusia lain yang muncul, makhluk astral itu berteriak memekakkan telinga, "Iiiiiiiiiiiiii!!!!!" Lalu, makhluk astral itu menguap lenyap tepat di saat Baron membopong Kama.

Kama terbatuk-batuk cukup lama dan sebelum Baron menyemburkan tanya, gadis cantik itu merosot turun dari gendongan Baron dan di saat kakinya menyentuh lantai anak tangga, Kama langsung melompati dua anak tangga di depannya dan di saat kedua kakinya kembali menginjak lantai rooftop, Kama mengedarkan pandangannya sambil berteriak, "Jangan pergi!"

Baron yang sudah berdiri di samping Kama sontak bertanya dengan kerutan di keningnya, "Siapa yang kau suruh jangan pergi? Tidak ada siapapun di sini selain kita berdua?"

Kama memutar badannya dengan cepat lalu melotot ke Baron, "Bukan urusanmu!"

Saat Kama melangkah lebar meninggalkannya, Baron memutar badan dengan cepat dan berteriak ke Kama yang sudah berlari menuruni anak tangga, "Hei! Kamu belum jawab pertanyaanku!"

Baron hanya bisa menghela napas panjang karena Kama mengabaikan teriakannya.

Baron kemudian memutar badan lalu melangkah pelan ke tepian rooftop. Dia menatap halaman kampus yang tampak dari tepian rooftop dengan benak melayang ke masa lalu..........

1
Osmond Silalahi
aq nitip jejak ya
Blue Angel
hadir kak
Blue Angel
hadiiiir kak
Osmond Silalahi
kasihan sih sebenarnya, tapi anak itu yg merasakan semua saat umurnya segitu
SONIYA SIANIPAR
yahhh dadadaa kamaa
Agasya
top banget
Osmond Silalahi
setuju aku
R 💤
hmm gombal
R 💤
wkwkwk kicep dia sama Kama
Osmond Silalahi
aq mampir
anggita
bunga iklan... 🌹👆
Osmond Silalahi
keren kawan.
Osmond Silalahi
aq mampir
anggita
iklan like👆👍
Osmond Silalahi
wuih ... sedap romansanya
Osmond Silalahi
setuju aq
Osmond Silalahi
mama pasti percaya anaknya
Elisabeth Ratna Susanti: iya bener banget 😍
total 1 replies
R 💤
like komen iklan Thor.. smngttt
R 💤
weeehhh siapa nihhhh
SONIYA SIANIPAR
kalau sempat ceritanya ada di dunia nyata, gila. Betapa malangnya yg lahir cancer
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
Elisabeth Ratna Susanti: iya bener banget, kak dan kebetulan aku cancer 😁
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!