Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.
Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.
Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.
SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 : Terselubung
"Alkisah.. Meteor asing jatuh ke bumi pada abad ke 15.. Dan pas saat itu.. Manusia masih memakai sistem kerajaan." Kak Anastasia menjelaskan.
Kami berlima melihat kejadian itu langsung. Meteor dengan ukuran sedang mendarat di bumi dan menghancurkan lingkungan di sekitarnya.
"Jir, Ini mah bioskop tiga atau empat dimensi juga kalah." Adit kagum plus merinding. Begitu juga Aku dan teman yang lain.
"Ini, dia pesanan kalian!" Kak Fahmi datang membawa bungkusan berisi minuman pesanan seluruh orang di kantor OSIS.
"Maaf, kami terlambat. Banyak sekali pelanggan di warung tadi. Jadi kita di layani aga terakhir." Kata Kak Alma.
"Oh, sudah mulai, ya? Apa yang sudah aku lewatkan?" Kak Fahmi antusias.
"Tolong diam dulu sejenak, Fahmi." Kak Arthur memberikan instruksi.
"Lagipula ini baru saja di mulai." Tambah Kak Arthur.
Kak Fahmi mengangguk lalu membagikan minuman pesanan masing-masing.
"Tunggu dulu. Tadi Kak Fahmi berkata mendengarkan cerita. Apa maksudnya itu? Bukankah itu terlalu membosankan daripada kita yang langsung di kirim ke sini?" Tanya Genta.
"Sebenarnya, Adikku Sandy yang tadi menggunakan kekuatannya untuk melihat masa lalu tetap berfungsi, jadi kami cukup melihat gambar masa lalu asli di meja yang sudah menjadi proyeksi cerita masa lampaunya. Secara sederhananya.. Kami tidak perlu ke masa lalu untuk melihat insiden tersebut secara langsung, hanya perlu melihat proyeksi gambaran masa lalu dari meja yang tadi Sandy sudah tuangkan kemampuannya di benda tersebut." Jawab Kak Anastasia kepada Genta.
"Enak sekali, cih! Lebih baik begitu daripada kita di kirim ke masa lalu begini." Beben menggerutu.
"Benar." Dimas mendukung Beben.
"Tindakan ini aku ambil supaya kalian bisa tahu secara detail, nyata, tentang apa saja yang terjadi sebenarnya dan agar kalian berlima tidak salah menanggapi apa yang terlihat." Kak Anastasia menenangkan situasi.
"Apa yang terjadi selanjutnya setelah ini?" Aku bertanya.
"Aku membuat kalian melihat hal-hal yang penting saja. Jadi secara singkat, kalian akan melompat waktu dengan cepat." Jawab Kak Anastasia.
TIK!TOK!
Tiba-tiba kami berpindah ke masa di mana manusia mulai mengerubungi meteor berukuran sedang yang sudah terdiam membisu selama dua tahun tanpa tersentuh tersebut. Meteor itu mengeluarkan sebuah cahaya putih terang di seluruh rupanya. Manusia mulai menghancurkannya dengan beliung besi.
PUSH!
Sebuah gas perlahan merambat keluar dari setiap celah batu yang mulai retak atau terbelah.
"Inilah jawaban dari segalanya. Awal mula kita mempunyai kekuatan spesial." Jelas kak Anastasia.
"Meteor itu mengeluarkan sebuah gas. Gas bocor tersebut terhirup oleh manusia dan fakta unik bahwa zatnya bisa mengubah susunan DNA manusia menjadi yang baru. Dalam artian kode genetik manusia biasa—di modifikasi." Tambah Kak Anastasia.
Kami berlima melihat sekumpulan manusia zaman itu mulai menggunakan kemampuan yang mereka dapatkan. Terbang, mengendalikan unsur hingga menghilangkan diri.
"Dunia manusia normal sudah berakhir, dan kini manusia sepenuhnya menjadi orang berkemampuan."
"Tapi, seiring berkembangnya zaman... Manusia berkemampuan spesial satu persatu Mulai menyembunyikan diri. Hal ini berdasar kepada perintah pemimpin masing-masing negara untuk membunuh orang berkemampuan karena di anggap menggunakan ilmu hitam bahkan berbahaya."
Kami berlima kembali melihat zaman di mana manusia berkemampuan di tangkap dan di bunuh secara keji. Kami berlima merasakan trauma yang perlahan muncul karena melihat apa yang sedang terjadi.
"Waktu terus berlalu.. hingga insiden mengerikan itu mereda. Manusia berkemampuan menyembunyikan identitasnya dan kekuatannya. Dan setelahnya mereka memiliki keturunan. Dari sinilah kita memiliki kemampuan seperti mereka, karena sejatinya kemampuan spesial itu bisa di dapat karena faktor keturunan genetik, tapi tidak semua keturunan orang berkemampuan juga bisa memilikinya. Ada yang bahkan tidak bisa mewarisi kemampuan spesial dari leluhur mereka." Kak Anastasia semakin menguatkan kemampuan.
"Popcorn nya habis." Bora meraba bungkus popcorn yang di pegang Ivan.
"Tidak apa. Toh ceritanya sudah hampir selesai." Tanggal Ivan sambil mengunyah popcorn.
"Aduh.. " Rino mulai terbangun dari tidurnya.
"Dia bangun." Kata Ivan.
"Selamat siang wahai kisanak." Sapa Bora sembari menguyah popcorn terakhir.
"Dimana yang lain?" Rino bertanya sembari mencoba bangun.
Wajahnya terlihat kusut dengan berhias kotoran mata dan rambut yang berantakan.
"Maksudmu, Sandy, Beben, Genta, Adit, dan Dimas?" Bora bertanya balik.
Rino mengangguk pelan dan membersihkan kotoran matanya lalu merapihkan rambutnya dengan tangan.
"Mereka di kirim ke masa lalu untuk melihat sejarah secara langsung." Jelas Bora.
"Hah?!" Rino terkejut.
"Kenapa gua gak di ajak? Mereka bersenang-senang sementara gua harus menghadapi mimpi buruk paling buruk satu dunia. Indomie rasa Pete di campur cumi. Gimana ceritanya coba? Mana gak enak lagi." Keluh Rino.
SHTT! Semua orang di dalam kantor OSIS mendesis, menyuruh Rino diam.
"Beralih ke zaman sekarang, meskipun orang berkemampuan sudah menyembunyikan keberadaan. Tetap saja, perang saudara tidak terelakkan."
Kami berlima melihat peperangan antara sesama orang berkemampuan. Ada orang yang sedang menyemburkan api dan melawan orang bertubuh besi, kemudian ada pria yang memiliki cakar hewan dan menerkam seorang wanita dengan kemampuan manipulasi benang. Banyak korban jiwa yang berjatuhan akibat perang tersebut.
"Insiden mengerikan terulang namun dari pihak orang berkemampuan. Kini manusia berkemampuan hanya tersisa sedikit di dunia ini. Namun, manusia serakah berniat memanfaatkan kemampuan kita untuk kepentingan mereka dan peperangan yang mungkin akan terjadi lagi."
TOK!TIK!
PLUP!
Kami berlima kembali berada di Kantor OSIS. Perasaan kami bercampur aduk, antara takut, marah dan sedih. Manusia adalah perwujudan dari kekejaman itu sendiri.
"Aku paham apa yang sebenarnya kalian inginkan dari keturut sertaan kami berenam dalam OSIS ini." Dimas membuka pembicaraan kembali.
"Aku juga sudah tahu." Kataku.
Anjir semua orang udah tahu sedangkan gua cuman bisa paham isinya tapi lupa tujuan sebenarnya datang ke OSIS. (Beben kecewa di dalam hati)
Setidaknya ketiga sahabat gua yang lain, gak pada tahu. (Beben menjadi bangga)
"Kita bertiga sudah tahu juga." Adit mengacungkan tangan di susul Rino dan Genta.
"Gua kecewa sama kalian." Beben tertunduk lemas sembari menepuk-nepuk bahu ketiga sahabatnya secara bergantian.
"Jadi, kalian merekrut kami untuk membantu melindungi orang-orang berkemampuan?" Aku bertanya dengan rasa ingin tahu lebih besar.
"Benar sekali." Kak Arthur menyeruput minumannya.
"Bahkan sekolah ini ada pun, tujuannya adalah itu. Asal kalian tahu saja.. Kepala sekolah pun adalah orang berkemampuan." Kak Arthur memberikan kebenaran yang membuat aku dan lima temanku lainnya terkejut bukan main.
"Kok bisa?" Tanya Beben.
"Lain kali saja bahasanya." Jawab Kak Arthur.
"Hari ini jawaban sudah terlihat. Dan kalian juga harus tahu bahwa seperti yang di katakan oleh Anastasia.. Orang-orang berkemampuan saat ini di cari untuk di peralat. Salah satu contohnya adalah organisasi O3PMI. Mereka adalah dalang dari semua orang berkemampuan di peralat. Kalian.. Sandy, Ivan, Bora, Alex dan bahkan Rio sudah pernah bertemu langsung dengan mereka." Kak Arthur beranjak dari tempat duduknya lalu berdiri menatap keluar jendela.
"Tidak mungkin!" Kak Aurora tersedak minuman tehnya.
"Mustahil! Kita sudah melacak mereka, tapi belum kunjung mendapatkan petunjuk! Tapi mereka bertemu dengan mereka secara langsung?!" Kak Arlo sangat terkejut.
"Yah, sepertinya cepat atau lambat kita akan segera berhadapan kembali dengan merek. Tapi, ini adalah awal yang bagus, loh." Kata Kak Fahmi.
"Ini sangat menakutkan." Kak Alma sedikit gemetaran.
"Aku ada Totachi. Kalian mau?" Bora membuka bungkusan Snack miliknya yang entah darimana dia mendapatkan lalu menawarkannya kepada kami berenam termasuk Ivan menjadi ganjil, tujuh.
"Aku sudah selesai. Aku harus segera beristira–" Kak Anastasia tiba-tiba tubuhnya terjatuh, tapi segera Kak Arthur menangkapnya.
Kau sudah bertugas dengan baik. Perjuangan kami tidak ada apa-apanya dibandingkan dirimu. Kau seharusnya tidak memaksakan diri. (Ungkapan Kak Arthur di dalam hatinya)
"Beristirahat lah." Wajah Kak Arthur senang sekaligus sedih.
"Bawa dia ke UKS, Alma!" Kak Arthur menyuruh Kak Alma.
"Baiklah!" Kak Alma membawa Kak Anastasia pergi menuju UKS.
"Sebelum tindakan di ambil. Kita harus melaporkannya dulu kepada kepala sekolah. Kemudian masih ada beberapa hal yang harus kita urus agar bisa memperkuat kekuatan kita." Jelas Kak Arthur.
"Bergabunglah kalian dengan OSIS! Aku.. Tidak. Kita semua harus membawa akhir yang baik untuk diri kita sendiri dan membuat dunia menjadi kembali normal tanpa adanya kekacauan seperti ini lagi!" Kak Arthur mengulurkan tangannya ke arah kami berenam.
"Baiklah!" Jawab kami berenam serempak.
...****************...
"Lelah, letih, lesu." Celetuk Rino.
"Halah.. Tadi aja lu cuman tidur. Gak nyimak sama sekali walaupun tahu kesimpulannya." Timpal Beben.
Kami berdelapan berjalan mengitari koridor yang membawa kepada jalan menuju ke kelas.
"Kita harus bersiap. Baru bergabung saja, Kak Arthur langsung memberi kita tugas pertama meskipun di bantu Kak Arlo sama Kak Alma nantinya." Kataku dengan penuh keyakinan.
"Kita santai dulu untuk saat ini, Sandy." Bora menepuk bahuku.
"Tugas pertamamu akan segera di mulai Minggu depan, kan? Jadi bersantai lah terlebih dahulu selagi masih bisa." Tambah Bora.
"Baiklah.. Keputusan yang sangat baik. Dan setelah ini, kalian akan langsung mendapatkan tugas pertamanya masing-masing. Untuk saat ini aku akan menunjuk Sandy, Arlo, Alma, Alex dan Bora." Kak Arthur menunjuk ke arah Kak Arlo, Kak Alma dan kepadaku.
"Untung kita kagak." Beben tersenyum lebar bersamaan dengan Adit, Rino dan Genta.
"Nanti kalian juga dapat. Untuk sekarang kalian harus bisa membuat proposal untuk pengajuan ke festival nanti." Kata Kak Fahmi. Pernyataan tersebut membuat senyuman Empat sekawan absurb terlipat.
"Aku bagaimana?" Dimas bertanya sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Kau akan bertugas berpatroli dengan Ivan." Kata Kak Aurora.
"Misi kalian adalah membuat satu lagi calon sekutu kita yakin dengan prinsip sekolah ini." Kak Arthur melemparkan sebuah foto ke atas meja.
Foto tersebut berisi gambar logo jangkar biru berserta tali yang melingkarinya.
"SMK Jangkar Pelita. Yakinkan mereka dan katanya mereka juga akan bergabung bersama kita, jika kita berhasil membantu masalah yang sedang menimpa mereka." Kak Arthur kembali duduk lalu meminum minumannya kembali.
"Apakah SMK itu bermasalah sehingga berurusan dengan polisi, jadi mereka minta bantuan kepada kita untuk basmi polisinya?" Tanya Adit polos.
"Bodoh. Mana mungkin. Semua itu pasti ada kaitannya dengan kemampuan spesial. Itu saja." Jawab Dimas dengan wajah jutek.
Sial jadinya sibuk dan tidak bisa banyak menghabiskan waktu dengan Isna... (Kata Hati Dimas)
"Oh, kau menyesal karena–"
"Tutup mulutmu!" Dimas membungkam Beben dengan tangannya.
Aku lupa kalo dia bisa membaca pikiran. Ini bahaya. Apalagi kalo Isna tahu perasaanku. (Dimas dalam hati) Wajahnya mulai gemetaran ketika memikirkan hal yang dia ucapkan sendiri di dalam hati.
"Sandy!" Seorang gadis dengan rambut pendek memanggilku dari kejauhan. Nayyara.
Aku mengangkat tanganku, memberikan isyarat bahwa aku mendengarnya.
"Jika Nayyara dan Raga pacaran terus kenapa ketika ceweknya dekat dengan laki-laki lain, Raga tidak marah?" Tanyaku berbisik kepada Bora.
"Ah, itu. Aku berbohong sih." Jawab Bora dengan wajah riangnya.
"Eh?!" Aku kebingungan.
"Raga itu sahabatnya Nayyara dan Dia hanya menyukai satu lagi sahabatnya yaitu Vania teman satu kelas kita." Tambah Bora.
Ivan yang tidak sengaja mendengarkan obrolan kami mengepalkan erat tangannya.
Akhirnya aku akan bertemu dengan mereka. (Ivan di dalam hati.)
Beben hanya mendengar apa yang Ivan katakan di dalam hatinya, tapi hanya melihat ke arah Ivan sekilas lalu kembali fokus melihat ke depan.
"Kalian habis darimana?" Nayyara bertanya di dekat pintu masuk kelas.
"OSI–" Belum sempat aku menjawab Bora langsung memotongnya.
"Kantin tentunya. Beben traktir kami bertujuh Indomie." Jawab Bora.
"Oh, oke. Tapi siapa dia?" Nayyara menunjuk polos ke arah Ivan.
"Dia ini masih teman satu kelas kita. Hanya saja tidak pernah masuk semenjak kelas sepuluh, tapi nilai dan pengetahuannya memenuhi standar untuk naik kelas." Jelas Bora.
"Eh?! Aku baru tahu, loh?!" Nayyara terkejut.
Mata Ivan melihat ke dalam Kelas dan mendapati dua sosok yang membuatnya hampir menangis.
"Kau baik-baik saja? Jangan memaksa hadir jika kondisimu belum pulih, Vania." ujar Raga khawatir kepada seorang remaja perempuan di di dekatnya.
"Tidak apa. Lagipula aku harus ke sekolah agar tidak tertinggal pelajaran." Remaja perempuan itu tersenyum.
"Mending masuk kelas terus gangguin yang lain." Beben mengajak ketiga sahabatnya yang lain lalu berlari masuk kelas dan membuat kelas menjadi ramai.
Itu Ibu dan Ayah. Aku berhasil menemukan mereka. (Ivan kemudian hampir meneteskan air mata)
"Kamu kenapa?" Tanya Nayyara.
"Hanya kelilip debu. Aku akan mencuci muka dulu." Ivan berlari menuju toilet.
"Aku masuk duluan ke kelas. Kalian selamat bermesraan." Bora melambaikan tangan lalu pergi ke dalam kelas.
"Apakah dia. Ada-ada saja." Cetusku.
Wajah Nayyara sedikit memerah. Haduh, Bora lagi-lagi dia malah bikin suasana jadi canggung.(Nayyara di dalam hati)
"Oh, iya Sandy. Kamu bisa bantu aku, tidak? Aku di suruh untuk membawa buku dari ruang guru. Mapel Bahasa Indonesia. Sebentar lagi juga pelajarannya." Nayyara mencoba mengalihkan kecanggungannya.
"Boleh." Jawabku.
"Kemana Alex? Bukanya biasanya dia yang membawa buku ke kelas dari ruang guru?" Aku bertanya sambil berjalan ke ruang guru.
"Alex izin. Katanya ada urusan." Jawab Nayyara.
"Kamu tahu tidak?" Nayyara berbalik bertanya.
"Apa?" Aku bingung.
BRUK!
Aku menabrak seseorang. Teman kelasku yang selalu tertidur dan selalu memakai Hoodie hitamnya. Nara.
"Ampun, merepotkan saja." Keluh Nara.
"Maaf, Nara." Kataku.
"Tidak, apa. Toh aku juga yang sedang buru-buru." Nara menepuk-nepuk bahuku.
"Istirahat tadi, kau habis dari ruangan OSIS, kan?" Nara bertanya sembari berbisik kepadaku.
"Memangnya kenapa?" Tanyaku.
Nara melirik ke arah Nayyara sebentar lalu kembali fokus kepadaku
"Singkat saja. Logo dan Isinya." Ujar Nara.
"Logo? Isinya? Apa maksudmu?" Aku semakin bingung.
"Isi rapat OSIS tadi, dan tugas pertamamu itu ada di mana atau kau di suruh untuk berbuat apa?" Nara kembali berbisik pelan.
"Cerita sejarah dan kalau tidak salah ada di SMK Jangkar Pelita." Jawabku.
"Jangan sampai Nayyara tahu. Ini sangat berbahaya karena ada beberapa orang yang tidak boleh tahu tentang OSIS sebenarnya." Jelas Nara berbisik.
"Bagaimana kamu tahu tentang ini semua?" Aku bertanya namun di abaikan Nara yang lalu pergi.
"Terimakasih atas informasinya." Nara kemudian pergi menuju ke kelas.
Jangkar Pelita. Sepertinya masalah mereka sama sepertiku dan Rio. Kali ini aku akan membantu OSIS dan Sekolah itu. (Nara di dalam hatinya sembari menuju kelas)
"Tadi kamu sama Nara membicarakan apa sampai berbisik segala? Tanya Nayyara.
"Tidak, hanya nasihat semata." Jawabku singkat karena memikirkan perkataan Nara.
"Itu Ayah dan Ibu. Mereka benar-benar nyata." Ivan mengeluarkan air mata.
Aku harus memperbaiki semua ini, terutama sifat buruk ayah yang masih tersembunyi.. Aku harus. Tekadku sudah bulat. Meskipun itu harus mengorbankan nyawaku sekali pun." Ivan berbicara sendiri di toilet sembari benar-benar mencuci mukanya karena air mata yang tadi berjatuhan, tapi berhasil dia sembunyikan dari teman-temannya.