NovelToon NovelToon
YOTH: The Mystery Laboratory

YOTH: The Mystery Laboratory

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Konflik etika / Perperangan / Robot AI
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Radit Radit fajar

seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.

kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.

Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.

Akankah mereka menemukan tempat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai ke En-Ther 1

Di pagi hari, aku terbangun jam setengah lima. Kakek di luar tenda sedang olahraga ringan, aku sudah keluar tenda, yang lain sepertinya masih tidur.

Aku melihat-lihat sekitar, aneh, panahku semalam tidak ada di dekat tenda. Aku mencari-carinya, tetap tidak ada. Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal, bingung, apa ada yang membuangnya.

Tidak lama kemudian Naurah bangun, keluar dari tendanya.

"eh, panah yang ada itu punya kamu ya Zamir? Maaf ya, semalam ngak sengaja kuambil, aku ngak tau itu punya kamu, baru kepikiran tadi." Naurah berkata.

"gapapa kok." aku berkata, sepertinya Naurah juga sama-sama tertarik dengan panahan.

Kakek menawarkan kami untuk sholat subuh dulu bersamanya, kami mengangguk setuju.

Ditengah kami sholat, Elysia dan Eron juga bangun, saat kami selesai sholat, kami sarapan pagi.

Ternyata kakek sejak gilirannya berjaga dia habiskan dengan memancing di sungai terdekat. Jadi kami bakar ikannya pakai api unggun lalu sarapan.

"eh, kenapa ada kalajengking disini?" Eron bertanya, setelah dia selesai sarapan dia melihat ada toples kaca tabung yang dibalik, di dalamnya ada kalajengking.

"itu ulahku selama berjaga semalam, hehe... Soalnya aku ngeliatnya, ngak tau harus kuapain, aku tau itu bahaya, jadi agar ngak sampai ke tenda aku kurung." Elysia menjelaskan, dia masih sarapan ikan bagiannya.

"kalau begitu nanti bagaimana cara ngeluarinnya? Kalau dari dekat ini bisa bahaya." Eron berkata.

"tenang saja, kakek bisa mengatasinya." kakek berkata, dia memakai ranting kayu menyenggol toples itu agar jatuh.

Tidak lama kemudian akhirnya kalajengkingnya keluar, kakek menggulingkan kembali toplesnya agar jadi dekat, Elysia menerimanya.

Tidak lama kemudian, kami berkemas, siap lanjut. Tenda dan api unggun sudah kami bereskan juga.

Beberapa menit berjalan, kami sudah ketemu dengan pos En-Ther 1. Itu pos yang sudah tua, pos dengan satu ruangan kecil, ada beberapa tanaman metambat yang sudah ada di dindingnya.

"ketemu!" kakek berkata setelah beberapa saat memeriksa buku-buku disana. Kakek memperlihatkan selembar kertas berbentuk kotak.

Kami memperhatikannya dari dekat, kertas itu memperlihatkan 1/4 pulau Alean bagian utara. Berarti laboratoriumnya ada di bagian utara pulau Alean.

"disini juga buku-bukunya bersejarah, kalau kalian ada yang mau diambil ambil saja, sepertinya tidak ada yang menjaga buku-bukunya." kakek menawarkan, kami mengangguk.

Lalu bergantian masuk ke dalam, suasana berdebu yang khas oleh tempat yang sudah tua cahaya matahari sedikit masuk ke dalam ruangan dari kaca yang pecah.

Buku-buku tua tertumpuk bagai harta karun tersembunyi. Disini juga ada beberapa alat zaman dulu, yang bentuknya unik. Di zaman dulu memang punya caranya sendiri untuk mempermudah suatu kegiatan.

Setelah selesai, kami lanjut berjalan di gunung, menuju parkiran tempat kami pergi sebelumnya.

"kamu juga suka dengan panahan ya Naurah?" aku bertanya dengannya di tengah perjalanan.

"dia memang suka dengan panahan juga Zamir, malahan dia sampai ikut ekstrakulikuler sekolah." Elysia yang menjawab.

"iya, tapi tetap aja masih ngak terlalu jago, kemampuanku masih kurang." Naurah menambahkan.

"jangan bilang gitu, kalau kamu melakukan sesuatu hanya untuk jadi ahli, tentunya jadinya tidak seru. Anggap aja memang hobi, gapapa progres sedikit, tapi kamunya senang." Elysia berkata.

Naurah mengangguk, menerima sarannya.

"kamu boleh ikutin aku ke ekstrakulikulernya ngak Naurah?" aku bertanya.

"tentu, nanti bisa kubilang ke pelatihnya." Naurah menjawab.

Suasana hutan di pagi hari menyegarkan. Masih ada sisa-sisa embun di udara, suara burung berkicauan.

"apa kamu tau Naurah, kelompok yang dulunya hidup di gunung ini sampai bisa ada teknologi batu semalam untuk menyembunyikan wilayah?" Elysia bertanya penasaran.

"ngak tau pasti juga aku, soalnya kita ini kepulauan, kebanyakan suku dulu yang aku tau cari makan dengan cara mancing. Kalau digunung memang minim informasinya, tapi memang ada beberapa kelompok yang hidup digunung dulunya, tapi rata-rata kelompok gunung di pulau Akean dukunya sangat ahli menyembunyikan informasi, sampai ada teknologi batu seperti semalam." Naurah menjelaskan.

"memangnya dulu saat dagang jarang ada yang dari pegunungan sumber dayanya?" Eron bertanya.

"ada, petani, tapi itu ada saat zaman yang sudah lebih maju, seperti saat dulu kelompok pulau Alean yang terbagi menjadi dua, sudah cukup maju pada saat itu." Naurah menjelaskan lagi.

Eron mengangguk, cukup mengerti.

Aku juga mulai tau sejarah dari pulau Alean sekarang. Sebelum terpecah menjadi dua kelompok, pulau Alean ikut bisnis dengan negaranya saat ini. Bisnis dagang sumber daya, lalu tiba-tiba muncul pertanyaan baru di kepalaku.

"oh ya, apa pulau Alean punya sumber daya tambang yang unggul?" aku bertanya.

"ada, besi, besi yang paling unggul di pulau Alean, mulai saat penjajahan dimulai, karena saat itu penjajahan membawa teknologi barat juga untuk mengakses tambang pertama kali. Karena pengetahuan tambang di pulau ini juga cukup minim sebelum adanya penjajahan." Naurah berkata menjelaskan.

Aku mengangguk, paham. Pantas saja laboratorium misterius yang kami cari ini dari gambarnya memang sudah ada karakteristik terbuat dari besinya. Karena bentuk-bentuknya, yang cukup sulit dibentuk beton biasa. Aku malah jadi terpikir, apakah laboratorium itu pakai besi untuk menggantikan betonnya? Jelas itu belum bisa terungkap sekarang. Tapi kami bisa mencari petunjuk selanjutnya di lain waktu.

Sisa perjalanan kami habiskan dengan mengobrol ringan tentang hutan ini. Sampai kami tiba di parkiran pertama kali kami naik gunung ini, sampai di jam sembilan pagi.

Kakek memutuskan untuk menyuruh kami duduk-duduk saja dulu di parkiran ini, istirahat dulu.

Setelah lima belas menit istirahat, kami membereskan barang-barang kami kembali ke bagasi mobil.

Kami mengambil posisi duduk yang sama dengan posisi saat kami pergi. Memang cukup melelahkan mendaki gunung, tapi hasilnya sepadan.

Kakek mengemudikan mobil melesat ke jalanan, kami pulang kembali ke rumah kakek. Aku masih mengingat samar-samar saat aku memburu tupai semalam, pengalaman yang cukup absurd saat dihutan untuk mendaki gunung.

Mulanya di sebelah kiri kanan jalanan hanya ada hutan, lalu tidak lama kemudian diganti dengan pemukiman.

Beberapa saat kemudian, kami sampai ke rumah kakek. Kakek membuka laci lemari dengan kunci motor teman-temanku, memberinya kepada mereka.

"kalau kalian masih ada yang merasa lemas istirahat saja dulu disini sebelum pulang, agar tidak sampai kecelakaan." kakek berkata, mereka mengangguk.

Mereka istirahat sebentar dan ada yang mengambil barang mereka dari mobil. Lalu tidak lama kemudian mereka pamit pulang, mau istirahat di rumah masing-masing.

Aku juga mencoba istirahat dulu, dengan berbaring di sofa ruang tamu. Sepertinya hanya kakek yang energinya masih penuh, masih sempat memeriksa buku-buku yang diambilnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!