NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2 Tanda Merah

Happy reading

"Riel, aku mau mandi." Lirih suara Dira memecah sunyi yang sempat menyelimuti seisi ruang dan sukses mengalihkan perhatian Dariel dari layar gawai.

Rupanya Dariel tengah memesan satu setel baju untuknya dan untuk Dira melalui aplikasi berlogo huruf G.

Tak seperti biasa, kali ini Dira merasa malu dan canggung saat Dariel menatap wajahnya.

Bayangan ritual semalam tiba-tiba hadir dan menari di kepala.

Tepatnya, saat ia meminta Dariel untuk kembali menghujamkan bagian tubuhnya yang tumpul ke dalam sela-put marwah.

Pelan, lama, dan semakin dalam menghujam. Diiringi sentuhan jemari tangan yang bermain nakal di atas bukit, tetapi lembut dan melenakan.

Dira merasa candu dan ingin terus mencecap kenikmatan yang baru pertama kali dirasa, meski meninggalkan sensasi perih di bagian tubuhnya yang telah terkoyak.

Sayang, ritual semalam bukan sekedar mimpi. Namun kenyataan yang menodai Marwah. Bahkan mungkin menghancurkan masa depan yang telah dirangkai indah.

Gila!

Dira merutuki dirinya sendiri. Ia tidak menyangka jika kehampaan jiwa menjadikannya gila belaian, selayaknya seorang wanita malam yang mendamba sentuhan.

"Butuh bantuan ku?" Suara Dariel menyadarkan Dira dari lamun dan membuatnya buru-buru menggeleng.

"Nggak," jawabnya singkat.

Dira segera memalingkan wajah untuk memutus pandangan netra Dariel yang tak beralih dari wajahnya, lalu membawa tubuhnya bangkit dari posisi berbaring.

Sebelum beranjak dari ranjang, Dira membalut tubuh polosnya dengan selimut agar tak terekspos.

Perih kian terasa di bagian marwah saat Dira berusaha menapakkan kaki di lantai. Ia serasa tak sanggup berdiri, apalagi berjalan.

Entah berapa kali Dariel mengoyak sela-put marwah, sehingga membuat Dira tak berdaya untuk sekedar menggerakkan kaki.

Tanpa aba-aba, Dariel menyambar dan membopong tubuh Dira.

Dira pasrah saat Dariel membawanya masuk ke dalam kamar mandi, lalu membaringkannya di dalam bathtub.

"Makasih," ucap Dira lirih. Namun terdengar oleh Dariel dan mencipta sebaris senyum yang teramat manis.

Entah mengapa, saat ini wajah Dariel terlihat begitu tampan di mata Dira. Bahkan melebihi ketampanan seorang Aldi.

Manik mata berwarna cokelat, hidung mancung, bentuk bibir yang terlihat sek-si, dan kulit putih tanpa setitik pun noda.

Dira segera menundukkan wajah. Ia tidak ingin berlama-lama menatap paras rupawan yang tersaji di hadapan dan mungkin akan membuatnya kembali khilaf.

"Jangan lama-lama mandinya, Ra. Kalau sudah selesai, segera panggil aku. Nggak usah merasa sungkan apalagi malu. Aku sudah melihat semuanya."

Ucapan Dariel sukses melukis rona merah di wajah Dira dan membuatnya kembali teringat ritual semalam.

Rasa-rasanya, ia ingin segera hijrah ke Planet Pluto untuk menghindari Dariel karena saking malunya.

"Aku tinggal dulu ya." Dariel kembali berucap, lalu menutup pintu kamar mandi. Meninggalkan Dira yang seolah enggan membalas ucapannya.

Dariel berpikir, Dira masih marah dan kecewa padanya.

Namun ternyata pikirannya salah. Kemarahan dan kekecewaan Dira menguap, karena rasa malu yang lebih mendominasi.

Setelah memastikan pintu kamar mandi tertutup rapat dan suara langkah kaki Dariel tak terdengar lagi, Dira menghela napas lega dan melepas selimut yang membalut tubuhnya.

Hampir satu jam Dira berendam dan memanjakan tubuhnya dengan air hangat. Wangi dan menenangkan, karena air di dalam bathtub dicampur dengan aneka bunga yang menguarkan aroma khas.

Perih yang dirasa mulai berkurang dan tubuh yang semula terasa remuk, kini kembali segar.

Puas berendam, Dira lantas membawa tubuhnya keluar dari dalam bathtub.

Ia berdiri di depan kaca yang tergantung di dinding kamar mandi, lalu memeriksa seluruh bagian tubuh.

Manik matanya membulat sempurna, bibirnya menganga lebar ketika mendapati tanda merah yang ditinggalkan oleh Dariel.

Hampir di seluruh bagian tubuh. Bahkan di bagian bawah pu-sar pun tak lepas dari tanda itu.

Gila!

Dira bergidik, lalu segera mengenakan handuk kimono untuk menutupi tubuhnya.

Senyum yang teramat manis tersuguh saat ia keluar dari dalam kamar mandi, diiringi tatapan yang menyiratkan makna.

Namun Dira enggan mengacuhkan makna tatapan itu, sebab ia tak ingin kembali terlena.

"Sudah seger, Ra?" Dariel menyapa dan berjalan mendekat.

"Sudah." Dira menjawab singkat, tanpa menatap lawan bicara yang kini berdiri tepat di hadapan.

"Sudah bisa jalan sendiri?"

"Hm."

"Aku sudah siapin kemeja dan celana kain buat kamu. Beserta ... dalamannya. Mau dibantu, atau --"

"Aku bisa memakainya sendiri," sahutnya memangkas ucapan Dariel.

"Baiklah. Aku mandi dulu. Setelah mandi, kita sarapan. Aku sudah memesan makanan kesukaanmu."

Dira membalas ucapan Dariel dengan mengangguk ragu.

Ia ragu untuk mengamini ucapan Dariel, sebab saat ini nafsu makannya serasa hilang. Yang diinginkannya segera pulang ke rumah dan menjauh dari sahabatnya itu.

Disaat Dariel sedang asyik dengan ritual mandinya, Dira buru-buru mengenakan pakaian yang telah disiapkan oleh Dariel di atas ranjang.

Ia mematut diri di depan kaca, sembari menyisir rambutnya yang panjang dan hitam.

Cantik dan terlihat lebih fress.

Dalam benak berkata, mungkin ritual semalam memang diidamkannya. Namun sayang dengan orang yang salah. Bukan dengan kekasih halal yang dicinta.

Menyesal dan merasa berdosa? Tentu saja. Tapi khilaf terlanjur dilakukan dan tidak bisa ditebus hanya dengan penyesalan. Apalagi dengan menyalahkan diri sendiri dan bunuh diri.

"Ra, lupakan kejadian semalam! Anggap khilaf yang kamu lakukan bersama Dariel nggak pernah terjadi." Dira bermonolog lirih. Namun terdengar oleh Dariel yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan mencipta senyum di bibirnya.

Dariel yakin, Dira tidak akan bisa melupakan khilaf yang mereka lakukan semalam. Apalagi mereka melakukannya tanpa paksaan dan seakan enggan mengakhiri.

Andai Dira mengizinkannya untuk bertanggung jawab, maka hari ini juga Dariel akan menikahi sahabatnya itu.

"Ra, aku sudah selesai ganti baju," ucapnya seusai mengenakan kaos berwarna putih dan celana cargo pendek berwarna senada.

"Kita sarapan yuk!" imbuhnya, lalu meraih tangan Dira untuk dibawa ke dalam genggaman. Namun Dira segera menepis.

"Riel, aku nggak lapar. Aku mau pulang sekarang."

"Tapi aku lapar, Ra."

"Kamu sarapan sendiri. Aku bisa pulang naik taxi atau ojek."

"Nggak. Aku yang akan mengantarmu. Kita bisa sarapan di mobil."

Dariel berusaha memaklumi sikap Dira yang terkesan menolaknya.

Meski berada di dalam mobil yang sama dan duduk bersebelahan, Dariel dan Dira saling membisu.

Tidak ada kata yang terucap. Hanya terdengar alunan lagu berjudul 'Mangu' yang diputar oleh Dariel.

"Ra, maaf." Dariel memecah suasana dan berharap Dira mengeluarkan suara. Meski hanya satu kata.

"Aku yang seharunya minta maaf, Riel." Sesuai harapan Dariel, Dira yang semula membisu kini berkenan mengeluarkan suara.

"Boleh aku bertanya?" sambungnya. Namun tanpa menatap lawan bicara.

Dariel melirik sekilas ke arah Dira dan menarik kedua sudut bibir.

"Tentu saja. Apa yang ingin kamu tanyakan?"

Dira merasa ragu. Namun keraguan itu segera dihempas karena rasa ingin tahu membuat jiwa kepo nya meronta.

"Riel, sudah berapa wanita yang pernah kamu gau-li?"

"Baru sekali. Dan wanita itu kamu," jawabnya--jujur. Tanpa mengalihkan fokus yang tertuju pada jalanan di depan.

"Benarkah?" Dira kembali bertanya.

"Tentu saja."

"Tapi, kenapa semalam ... kamu seperti pria yang sudah lihai dan sering melakukan itu?"

Dariel terkekeh, lalu menepikan mobil di bahu jalan sebelum menjawab pertanyaan Dira yang terkesan ambigu.

"Ra, kamu pasti mengira ... aku berbohong. Kamu nggak percaya dengan jawabanku tadi. Tapi demi Tuhan, hanya kamu wanita yang pernah aku gau-li. Aku nggak menyangka jika keisenganku membaca buku yang berjudul Asmaraloka malah membuatku pandai dan lihai memanjakan wanita yang aku gau-li."

Lagi-lagi ucapan Dariel sukses melukis rona merah di wajah Dira.

Ia menyesal telah bertanya hal yang ambigu pada Dariel dan ujung-ujungnya malah mempermalukan dirinya sendiri.

Dira bodoh! Kenapa malah bertanya hal yang memalukan.

Dira merutuki dirinya sendiri. Tentu saja hanya di dalam hati dan tak terdengar oleh Dariel yang saat ini menatapnya penuh arti.

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Hikari Puri
dtgu up nya lg thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Najwa Aini
karya yg bagus. dikemas dengan tatanan bahasa yg apik, rapi, enak dibaca dan mudah dipahami..
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
Ayuwidia: Uhuk, makasih Kakak Pertama
total 1 replies
Najwa Aini
Dariel aja gak tau perasaannya senang atau sedih, saat tau Dira putus dgn Aldi.
apalagi aku..
Najwa Aini
perusahaan Dejavu??
itu memang nama perusahaannya..??
Ayuwidia: Iya, anggap aja gitu
total 1 replies
Najwa Aini
Ayah bundanya Dira kayak sahabatnya ya
my heart
semangat Thor
Machan
simbok aja tau klo Dariel lebih sayang timbang Aldi😌
Machan: amiiin


berharap🤣🤣
Ayuwidia: Dari Gold jadi diamond ya 😆
total 6 replies
Najwa Aini
ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww
Ayuwidia: huum, Kak. Ceritanya gtu
total 1 replies
Najwa Aini
Amiin..
aku aminkan doamu, Milah
Najwa Aini
kalau dari namanya sih, kayaknya mang lbh ganteng Dariel daripada Aldi
Najwa Aini
ooh..jadi gitu ceritanya..
ya pastilah hasratnya langsung membuncah
Ayuwidia: uhuk-uhuk
total 1 replies
Najwa Aini
Tapi tetap aja keliatan kan Riel
Najwa Aini
omah kenangan yg asri banget itu ya
Najwa Aini
jadi ceritanya Dira lupa dengan ritual naik turun Bromo semalam gitu??
Machan
🤭🤭🤭
Machan
aku tutup mata, tutup kuping, tutup hidung juga😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!