Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Nita pun menceritakan perihal dirinya yang kini tak memiliki kedua orang tua lagi. Saat itu wanita yang sudah tidak muda lagi itu terlihat iba, bukan hanya dirinya saja, mungkin kalau orang mendengar kisah Nita pun akan ikut merasakan kesedihan.
"Maaf jika saya buat kamu sedih dan mengingat orang tuamu." Tutur Winda.
"Tidak apa nyonya, itu sudah lama berlalu."
"Lalu apakah kamu punya sodara?" Tanya Winda.
"Ada, saya punya kakak perempuan, dan kami dua bersaudara. Saat orang tua kami tiada, saya masih duduk dibangku kelas satu SMA." Ungkap Nita yang mulai menerawang kejadian 5 tahun silam.
Saat itu kedua orang tua Nita kecelakaan lalu lintas saat akan meninjau pabriknya, namun sebuah truk menyambar mobil kedua orang tua Nita dan menyebabkan kematian pada papa dan mama Nita.
Nita begitu sedih, padahal ia baru menapaki dunia putih abu-abunya, dan sang kakak pun saat itu baru lulus kuliah. Usia mereka terpaut cukup jauh, yaitu 6 tahun.
Dan Nita pun juga menceritakan perihal tentang kematian orang tuanya pada Winda.
"Jadi kamu hanya berdua dengan kakak kamu? Lalu pabrik kedua orang tua kamu bagaimana?"
"Bangkrut karena ternyata orang tua saya terlilit hutang yang cukup banyak, jadi saat kedua orang tua saya perjalanan menuju ke luar kota sebenarnya mereka telah mendapat investor, namun malah nasib membuat mereka harus meninggalkan kami." Terang Nita yang kini tanpa sadar telah meneteskan air matanya.
Nita pun langsung menyeka air matanya dengan tisu yang ada di depan nya, yang terletak diatas meja. Sungguh air mata itu begitu saja keluar tanpa di minta.
"Kamu sangat kuat sekali Nita, lalu kenapa kamu bekerja seperti ini?" Tanya Winda penasaran pada sosok gadis yang baru ia kenal.
"Yang jelas untuk memenuhi semua kebutuhan hidup saya, mulai dari kost, uang kuliah, dan uang makan." Jawab Nita yang kini telah mengusap jejak air matanya.
"Lalu apakah kakak kamu tidak pernah mengirimkan uang pada kamu? Sampai-sampai kamu harus bekerja menjadi ibu susu seperti ini?"
"Bukannya tidak pernah lagi nyonya, tapi saya yang ingin menjauh dari kehidupan kakak perempuan saya, itu semua karena saya tidak ingin merusak rumah tangga kakak saya." Jawab Nita.
"Memangnya kenapa?" Kini wanita berusia 50 tahun lebih usianya itu begitu penasaran dengan ibu susu cucunya itu.
"Karena kakak ipar saya hampir memperk05* saya nyonya, dan saya kemudian kabur dari rumah kaka saya." Jawab Nita yang jika mengingat peristiwa itu ia akan sedih kembali.
Tubuhnya pun kian bergetar karena ketakutannya ada kakak iparnya yang hampir melecehkan dirinya.
Dan Winda paham bahwa keputusan yang diambil Nita adalah benar, karena menurut Winda si Nita begitu menyayangi kakaknya sehingga ia tak ingin kakak perempuannya tau bahwa dirinya akan diperkaos oleh iparnya itu.
"Kurang ajar kakak ipar kamu itu, harusnya dia bisa menghargai dan melindungi kamu. Bukan malah ingin merusak kamu." Omel Winda yang langsung emosi saat ia tahu alasan Nita harus pergi jauh dari kakaknya.
"Apakah keputusan yang saya ambil ini benar nyonya?" Kini Nita tak bisa menyembunyikan lagi air matanya yang tumpah kembali.
"Saya paham itu, keputusan kamu sudah bagus saat ini, menjauh lebih baik dari pada menambah masalah dengan berselisih dengan kakak sendiri." Timpal Winda yang salut akan pemikiran dewasa yang dimiliki Nita.
Winda pun menepuk lembut bahu Nita, dan mengusapnya dengan lembut.
"Jika butuh sesuatu katakan saja pada saya, jangan sungkan."
"Iya nyonya, terima kasih." Jawab Nita yang kini menunjukkan senyumannya.
"Lihat Micky sudah tidur, kamu taruh saja dikasur kecilnya." Titah Winda.
"Baiklah nyonya."
Nita pun mengancingkan kembali kemejanya, lalu ia membawa si baby Micky untuk ia tidurkan di kasur kecil dengan kelambu berwarna putih yang mengelilingi kasur dengan bahan besi itu.
"Nyonya kalo boleh saya tahu, mengapa Micky butuh as1? Saya memang tahu bahwa ibu kandung Micky sudah tiada." Tanya Nita yang kini malah ingin tahu banyak mengenai klien nya.
Nita hanya tahu detailnya bahwa baby Micky yang khusus ia beri asi itu hanya memiliki nenek dan ayahnya, karna ibu yang melahirkannya telah meninggal dunia. Dan Nita tahu itu semua dari Ronald selalu bos nya.
"Cucu saya Micky ini memiliki antibodi yang buruk, dan saat itu dokter menyuruh kami untuk memberinya as1 supaya bisa memperbaiki antibodi Micky. Lalu teman saya melihat iklan di web dan menceritakan pada saya, dan sayalah yang memutuskan untuk menemui Ronald, atasan kamu itu." Tutur Winda menceritakan awal ia memakai jasa agen Ronald.
"Oh begitu nyonya, memang seperti itu kebanyakan dari para pelanggan membutuhkan kami untuk hal yang berkaitan dengan kesehatan." Jawab Nita.
"Iya benar, awalnya anak saya kurang setuju. Tapi saya memutuskan sendiri tanpa persetujuan darinya, karena ini semua demi cucu saya. Pewaris saya kelak nantinya." Terang Winda kembali.
"Iya nyonya semua itu demi orang yang kita sayangi, keputusan anda tepat. Nanti juga putera anda akan membiarkan bahkan setuju ketika ia melihat anaknya sehat dan kuat."
Winda pun menarik garis bibirnya pada Nita.
"Kamu memang wanita yang cerdas, pemikiran kamu tertata baik, saya suka melihatnya." Puji Winda yang mulai senang dan nyambung dengan Nita.
"Jangan gitu nyonya, bisa ge-er saya nanti. Sudah sore saya pulang dulu nyonya." Ucap Nita yang pamit untuk segera pulang.
"Kenapa buru-buru sekali, padahal saya senang ngobrol dengan kamu."
"Iya nyonya, karena tadi kak Ronald bilang untuk saya segera kembali. Besok saya kan datang ke sini lagi." Jawab Nita.
"Diminum dulu teh nya, kamu makan disini saja bagaimana? Sebentar lagi anak saya pulang."
Nita langsung menggeleng cepat
"Tidak usah nyonya, saya akan makan nanti bersama sahabat saya, tidak enak kalo saya sudah makan duluan. Kasihan mereka."
"Kamu tunggu dulu, lebih baik kamu bawa makanan saja jika tidak mau makan disini."
"Jangan nyonya, malah saya tidak enak." Tolak halus Nita.
"Sudah tunggu saja, lagi pula tadi pelayan saya masak agak lebih."
Nita pun mengangguk, padahal ia terlihat senang saat ditawarin makanan. Maklumlah dirinya anak kost yang harus berhemat, apalagi ia mendapatkan uang juga tidak mudah dan pasti lelah.
Sebelum itu Nita menghubungi Ronald untuk menjemputnya, dan Ronald pun menyuruh supirnya untuk menjemput Nita yang lokasinya tak jauh dari perusahaan Ronald.
10 menit menunggu, akhirnya pelayan Winda keluar dengan membawa banyak tentengan, niya pun bahkan mengernyit pasa kantong besar yang isinya Nita tak tahu apa saja.
"Ini ambillah." Ucap Winda.
"Ini banyak sekali."
"Bawa saja, ada nasi, sayur dan lauknya. Dan ada sedikit camilan."
"Wah makasih banyak nyonya, ini mah jadi nya saya kayak ngerampok dirumah nyonya."
Winda pun tersenyum lalu menggeleng.
"Tidak apa, lagi pula yang mau makan juga siapa, putera saya pulang kadang juga sudah makan. Pokoknya saya makan hanya sendiri, tidak ada yang menemani."
Mendengar ungkapan Winda saja Nita pun terlihat iba, ketika wanita tua itu memiliki uang dan segalanya. Namun wanita itu terlihat kesepian, dan hanya cucunya yang memenaminya.
Itupun Micky Mash belum paham dan masih bayi, dan Winda kadang butuh teman seperti sekarang ini bersama Nita. Wanita itu sudah sangat klik pada wanita yang baru ia kenal.
"Maaf merepotkan nyonya, tapi saya sangat berterima kasih atas pemberian ini, teman saya pasti senang." Jawab Nita.
"Iya sama-sama Nita, kamu jangan sungkan ya?"
Nita pun hanya mengangguk, lalu ia pun pulang setelah mobil Ronald yang dikendarai supir pribadi atasannya itu telah mengklakson tanda ia telah ada di depan rumah.
Dan Nita yang paham, ia langsung keluar dari rumah setelah ia mencium tangan wanita tua itu.
Winda hanya menatap kepergian agen cantik yang bernama Nita itu, senyum pun terbit setelahnya.
Bertepatan mobil yang menbawa Nita keluar dari rumah besar itu, mobil lainnya pun memasuki kawasan rumah Winda.
Pria itu sempat menatap mobil yang keluar, sebelum akhirnya ia keluar dari mobilnya dan melihat ibunya telah ada di depan rumah.
Ya pria itu adalah Eric, dosen statistik Nita dan kedua temannya itu. Dosen killer dan dingin yang bahkan Chesty tak mampu menggodanya.
"Kamu sudah pulang nak?" Sapa Winda pada putera semata wayangnya itu.
"Iya ibu, tadi siapa?" Tanya Eric.
"Oh dia tadi teman ibu." Bohong Winda.
Sejujurnya saat Winda memberikan ide untuk mencarikan ibu susu bagi cucunya, Eric selalu menolaknya.
Alasannya karena susah mencari ibu susu atau pun karena kegiatannya yang super sibuk. Bagi Eric cukup memberikan susu formula yang banyak dan mahal sudah cukup.
Namun nyatanya, Mickey tidak begitu menyukai susu formula, malah ia cenderung sering sakit-sakitan.
Untuk itu Winda diam-diam mencarikannya ibu susu, dan kebetulan ia menemukan iklan di internet dan langsung mengontak Ronald.
Tak tanggung-tanggung sebulan Winda harus membayar jasa 4si untuk cucunya dngn harga yang tidak murah dan sangat mahal.
Sedangkan kini si Nita terlihat senang di dalam mobil Ronald , tatapannya tertuju pada bawaannya yang seabrek. Macam ia baru saja maling makanan di rumah orang atau maling di kondangan orang.
Tak kira-kira Winda membawakan rantang susun besar dengan nasi, lauk dan sayur mayurnya. Belum lagi Nita juga dibawakan banyak camilan dan roti.
Nita memeluk kantong belanjaan yang berisi camilan itu dengan perasaan bahagia.
"Gak sabar gue pengen makan dirumah nanti." Batin Nita.