NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Gio kembali ke mansion, bayangan gelap menyelimuti tubuh tegapnya. Ia menemukan Milea duduk di sofa, sebuah pemandangan yang seharusnya menenangkan, namun justru membangkitkan amarah yang membara di dalam dirinya. Tatapannya, panas dan penuh kebencian, membuat bulu kuduk Milea merinding. Keanggunan Milea yang biasanya mampu membangkitkan hasratnya, kini hanya memicu amarah yang tak terkendali.

Tanpa basa-basi, Gio menarik Milea berdiri, tangannya yang kuat menggenggam lengan Milea dengan paksa. Ia mencengkeram dagu Milea, jari-jarinya menelusuri lekuk lehernya yang indah, membangkitkan gairah liar yang terpendam. Ciumannya, bukan lagi sebuah ungkapan kasih sayang, melainkan sebuah dominasi yang kasar dan penuh nafsu. Bibirnya menghantam bibir Milea dengan brutal, lidahnya menjelajahi rongga mulut Milea dengan agresif, menghisap setiap inci kelembutannya. Milea meronta, namun kekuatan Gio terlalu besar. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya bergetar karena campuran rasa sakit dan gairah yang tak tertahankan.

Gio melemparkan Milea ke ranjang, gerakannya cepat dan tanpa ampun. Dress Milea ia robek dengan kasar, mengungkapkan tubuh indah Milea yang membuatnya tergila-gila. Ia mengecupi kulit Milea dengan penuh nafsu, menghisap setiap lekuk tubuhnya, membangkitkan gairah yang membuncah. Tangannya menjelajahi tubuh Milea dengan liar, membuat Milea mendesah tak tertahankan. Gio sendiri tak mampu menahan lagi, ia melepaskan bajunya, mengungkapkan tubuhnya yang kekar dan penuh gairah.

Tanpa menunggu lebih lama, Gio memasuki Milea dengan paksa. Tubuh Milea bergetar, merasakan setiap sentuhan Gio yang kasar namun juga membangkitkan gairah. Jeritan Milea bercampur dengan desahan, menciptakan simfoni gairah yang liar dan tak terkendali. Gio semakin agresif, memaksa tubuh Milea bergerak mengikuti ritmenya. Milea, di tengah keputusasaan, hanya bisa pasrah, merasakan setiap sentuhan Gio yang membangkitkan gairah sekaligus rasa sakit yang tak tertahankan. Air mata mengalir di pipinya, mencampur adukkan rasa sakit, penghinaan, dan gairah yang tak terkendali.

*

*

*

Senja mulai merayap, menyelimuti langit dengan warna jingga yang memudar. Ketukan pintu kamar, pelan namun tegas, membuyarkan sisa-sisa kelelahan Gio. Ia baru saja terlelap, tubuhnya masih hangat, jejak pergulatan panas dengan Milea masih terasa. Milea, tertidur lelap, tangisnya yang menguras tenaga telah membuatnya kelelahan. Gio bangkit, langkahnya ringan, ia meraih kimono sutra untuk menutupi tubuhnya.

"Ada apa?" suaranya berat, sedikit serak, saat pintu terbuka.

Di balik pintu, Marco berdiri tegang, wajahnya pucat pasi, mata memperlihatkan kepanikan yang tak tertahankan. Ia baru menyadari telah mengganggu kesunyian yang seharusnya menjadi milik sang tuan.

"Maafkan saya, Tuan," Marco hampir berbisik, suaranya gemetar. "Saya... saya ingin melaporkan masalah di bar milik Anda."

Gio mengernyit, "Tunggu aku di ruang kerja. Aku akan menyusul setelah berganti pakaian."

Marco mengangguk cepat, langkahnya tergesa-gesa, hampir berlari menuju ruang kerja Gio di lantai tiga. Gio kembali masuk ke kamar, membersihkan diri, lalu berganti pakaian yang lebih santai. Aroma kopi yang baru diseduh menyambutnya, seakan membangkitkan kewaspadaannya.

Ia menemukan Marco sudah menunggu dengan gelisah di ruang kerja pribadi yang luas dan megah. Aroma kayu jati dan tembakau mahal memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang tegang.

"Ada apa?" Gio bertanya, suaranya datar, saat ia duduk di kursi besar kulit, tangannya meraih cangkir kopi.

Marco mendekat, tubuhnya masih gemetar. "Salah satu anak buah Anda, Tuan... ia tertangkap oleh Alessandro. Saat bertransaksi narkoba... di bar Anda."

Gio meneguk kopinya, tatapannya dingin dan tajam. "Alessandro, ya? Pria itu memang tak pernah berhenti. Kita lihat saja, seberapa jauh dia berani mengusikku." Matanya menatap jauh ke luar jendela. Rencana telah terpatri di benaknya, membebaskan anak buahnya, dan membersihkan nama baik barnya. Permainan baru telah dimulai, permainan yang lebih berbahaya.

"Tuan, bagaimana penggeledahan Alessandro tadi siang? Apa dia menemukan sesuatu?” Marco sibuk mengurus masalah di luar saat penggeledahan berlangsung, sehingga ia ketinggalan informasi penting.

Gio duduk di kursi besarnya, tubuh tegap, aura kemenangan terpancar samar dari sorot matanya yang gelap. Ekspresinya datar, namun sebuah senyum tipis bermain di sudut bibirnya. “Tidak ada yang ditemukan. Tapi…,” Gio menjeda, membuat Marco semakin penasaran. “Dia menyembunyikan kamera kecil, licik sekali. Untungnya, setelah dia pergi, aku langsung memerintahkan seluruh anak buah ku untuk memeriksa seluruh sudut mansion dan mengecek rekaman CCTV tersembunyi. Alessandro benar-benar berpikir dia bisa lolos.” Gio terkekeh pelan, suara seraknya terdengar seperti desisan ular. “Tapi aku selalu selangkah lebih maju.”

Marco tercengang. “Kamera kecil? Di mana dia menyembunyikannya?”

Gio menunjuk sebuah vas bunga antik di sudut ruangan, vas yang tampak biasa saja. “Di situ. Tersembunyi dengan sangat rapi. Alessandro memang cerdas, tapi dia masih terlalu naif untuk menghadapi aku.” Gio mengangkat segelas wiski, cahaya lampu menari di permukaan minuman berwarna gelap itu, mencerminkan kilauan kemenangan di matanya. “Permainan ini baru dimulai, Marco. Kita akan lihat seberapa jauh dia bisa bertahan.”

Sebuah keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam antik yang memecah kesunyian. Marco menatap Gio, kagum sekaligus sedikit takut. Bosnya itu adalah seorang yang berbahaya, namun juga seorang yang jenius dalam permainannya. Permainan yang kini melibatkan Alessandro, dan mungkin, banyak pihak lainnya.

*

*

*

Jarum jam dinding berdetak nyaring, menandai pukul enam sore. Cahaya senja menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar yang dipenuhi aroma lavender lembut. Milea masih tertidur pulas, tubuhnya terbungkus selimut putih yang menyembunyikan lekuk tubuhnya. Rambutnya yang hitam legam terurai di atas bantal, seperti air terjun sutra.

Gio melangkah masuk, langkahnya pelan, hati-hati. Ia duduk di tepi ranjang, mengamati Milea dengan tatapan yang penuh keraguan. Perlahan, jemarinya terulur, membelai lembut rambut Milea. Sentuhannya begitu ringan, seakan takut membangunkan bidadari yang tertidur itu.

"Maaf," bisikannya nyaris tak terdengar, sebuah kata yang terasa asing di lidahnya. Perasaan aneh menghimpit dada Gio, perasaan bersalah yang begitu kuat, menusuk hatinya seperti belati. Kekejamannya siang tadi, seharusnya membawanya kepuasan, sebuah rasa kemenangan. Namun, yang ada hanyalah kekosongan, dan rasa bersalah yang menggerogoti jiwanya.

Kegelapan mencengkeramnya, menjerat Gio dalam pusaran frustasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dia, Gio yang selalu mengendalikan segalanya, kini merasa tak berdaya di hadapan perasaan bersalahnya sendiri. Bayangan wajah Milea yang terluka, terngiang di benaknya, menghantui setiap sudut pikirannya.

Sebuah gelombang amarah tiba-tiba menerjang Gio, membasuh perasaan bersalah yang baru saja menguasainya. “Sadarkan dirimu, Gio!” suara batinnya berteriak, keras dan tegas. “Kau tidak boleh luluh pada wanita ini! Ini hanya kelemahan sesaat!” Ia menarik tangannya dengan kasar, memutuskan sentuhan lembut yang baru saja ia berikan pada rambut Milea. Sentuhan itu, yang awalnya terasa menenangkan, kini terasa seperti racun yang perlahan-lahan meracuni jiwanya.

Gio bangkit dari tepi ranjang, langkahnya tergesa-gesa. Ia harus pergi, menjauh dari Milea, dari aroma lavender dan kelembutan yang mengancam untuk menghancurkan rencana besarnya. Perasaan yang tumbuh di dalam hatinya, perasaan yang begitu asing dan menakutkan, adalah ancaman yang harus segera ia basmi.

 Milea adalah sebuah rintangan, sebuah batu sandungan dalam perjalanannya menuju kesuksesan. Ia tidak boleh terjebak dalam perasaan, karena perasaan hanya akan menghambat langkahnya, menghancurkan rencananya yang telah disusun dengan begitu matang. Ia harus tetap tegar, tetap dingin, tetap menjadi Gio yang tak kenal ampun.

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!