NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:49.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Bawah Bayang - Bayang Wanita Itu

Pagi di kantor tak pernah benar - benar hangat bagi Rania. Meski matahari menembus kaca tinggi dan menyinari ruang kerjanya, suasananya tetap dingin. DIngin sorot mata sinis, lirikan tak ramah, dan bisik - bisik yang selalu berhenti ketika ia lewat.

Rania bekerja di perusahaan keluarga, milik mertuanya. Sebuah perusahaan kontraktor besar yang kini sedang ekspansi ke proyek - proyek pemerintah. Sejak dulu, sang mertua.. Pak Martin, meminta Niko untuk perlahan menggantikan dirinya memimpin perusahaan. Tapi Niko selalu menolak, dengan alasan "ingin fokus pada hal lain". Padahal semua orang tahu, hal lain itu adalah bisnis kecil - kecilan yang belum pernah jelas keuntungannya.

Dan seperti biasa, Rania yang harus turun tangan.

"Rania, kamu bantu Bapak dulu ya," kata Pak Martin waktu itu

"Tolong review proposal proyek jalan tol, Niko nggak bisa."

Sejak saat itu, satu demi satu tanggung jawab besar dilemparkan ke Rania.. tanpa jabatan, tanpa pengakuan, seolah ia hanya perpanjangan tangan tak terlihat. Bahkan stempel pun masih atas nama Niko.

Hari ini pun begitu. Saat Rania tengah memeriksa tumpukan laporan proyek, seorang rekan kerjanya, Dina, masuk tanpa mengetuk.

"Bu Rania, Pak Bram mau presentasi jam dua. Tolong Ibu aja yang mendampingi, Pak Martin mintanya begitu."

Rania mengangguk sopan.

"Oke, terima kasih, Dina."

Namun Dina hanya melempar senyum setengah bibir sebelum melengos pergi. Pintu ditutup agak keras. Tidak ada ucapan "sama - sama".

Rania sudah terbiasa. Di kantor ini, statusnya sebagai menantu pemilik perusahaan tak pernah benar - benar menjadi perisai. Bahkan sebaliknya.. itu menjadi alasan untuk membenci. Di balik meja - meja kubikel, orang - orang memandangnya bukan sebagai perempuan cerdas dan pekerja keras, tapi sebagai perempuan yang merebut Niko dari Wulan.

Wulan... nama itu masih menggaung bukan hanya di rumahnya, tapi juga di lorong - lorong kantor. Mantan istri Niko yang dulu sempat menjadi sekretaris direksi. Dicintai banyak orang. Disayang oleh Pak Martin dan Bu Ayu. Dikenal ramah dan cantik. Bahkan setelah mereka bercerai, Wulan masih menjadi semacam hantu yang hidup di perusahaan ini.. hantu yang membuat siapa pun yang datang setelahnya, termasuk Rania, tidak pernah cukup baik.

Rania tahu semua itu, tapi ia tak pernah mengeluh. Ia datang paling pagi dan pulang paling akhir. Ia hafal setiap angka dalam laporan keuangan, dan tahu letak kesalahan sebelum orang lain sadar ada masalah.

Tapi setiap kali rapat, pujian tetap jatuh pada Niko.. yang tak pernah hadir. Dan ketika proyek berjalan lancar, yang disebut di depan forum adalah "tim divisi lapangan" tanpa menyebut namanya. Sementara ketika ada kesalahan sekecil apa pun, suara Pak Martin dan Bu Ayu terdengar keras.

"Rania, tolong jangan sembrono. Kita ini perusahan besar, bukan tempat main - main."

Padahal bukan Rania pelakunya, tapi... siapa yang peduli?

...****************...

Sore itu, Rania berdiri di depan cermin kecil di toilet wanita, merapikan rambut yang mulai kusut. Di balik pantulan cermin, pintu terbuka, dan dua staf perempuan masuk, tidak sadar Rania ada disana.

"Sumpah ya, kalau gue jadi Wulan, gue nggak akan balik sama Niko. Dia kan udah nikah sama perempuan itu."

"Hah? emang mau balikan? terus nasib si Rania gimana?"

"Kayaknya mau balikan, soalnya Bu Ayu teleponan terus tuh sama mantan menantunya, mana mesra banget lagi ngomongnya."

"Jadi si Rania bakalan dibuang aja, gitu?"

"Bisa jadi, kalau Wulannya mau. Hubungan Pak Niko dan Wulan itu lebih kuat, soalnya ada anak mereka berdua.."

Rania tak bergeming. Ia hanya tersenyum samar, bibirnya sedikit bergetar. Lalu keluar dari toilet setelah dua staf itu keluar, dengan langkah tenang.

Ia tahu, dunia ini tidak adil. Tapi setidaknya, ia tahu ia masih bisa bertahan. Dan kadang - kadang bertahan adalah satu - satunya bentuk perlawanan yang tersisa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam turun pelan di langit kota, menenggelamkan gedung - gedung dalam kabut tipis dan kelap kelip lampu jalanan. Suara kendaraan mendengung pelan, seperti nyanyian muram yang mengiringi detak jantung Rania yang mulai retak.

Ia duduk diam di dalam mobilnya yang usang, sedan tua keluaran tahun dua ribuan, catnya sudah pudar, jok belakangnya mulai mengelupas, dan radio yang tak lagi bisa menangkap siaran dengan jernih. Tapi mobil itu satu - satunya tempat di mana ia bisa menangis dengan bebas. Tempat dimana tak ada mata memandang, tidak ada telinga yang menilai, dan tidak ada nama Wulan yang tiba - tiba muncul seperti kutukan.

Rania masih menggenggam setir, tidak langsung menangis. Hanya duduk, mematung, membiarkan napasnya tertahan di dada yang sesak. Ada yang mengganjal, menggumpal di tenggorokan. Seperti kata - kata yang sudah lama ditahan dan kini memberontak. Dan akhirnya, pelan.. sangat pelan... air matanya menetes ke pipi, tanpa isak, tanpa suara.

Air matanya jatuh, bukan hanya karena penghinaan dan tatapan sinis di kantor, bukan hanya karena tidak dianggap meski ia telah mengerjakan semuanya dengan sempurna. Tapi karena ada rasa hancur yang tak bisa ia bendung lagi.. rasa dikhianati. Disingkirkan. Dibandingkan dengan perempuan lain yang tak juga lenyap, bahkan setelah sekian tahun.

Wulan.

Nama itu terus menggema di kepala Rania, seperti pukulan godam yang menghantam dadanya. Wulan di ranjangnya, Wulan di kantor tempat ia bekerja mati - matian. Wulan yang tak pernah gamblang diucapkan, tapi terus hidup di setiap sudut yang membuat mereka dibandingkan, dan selalu Wulan pemenangnya.

Rania mengusap wajahnya menggigit biar agar tidak menangis lebih keras. Hatinya berkata, cukup. Ia ingin berhenti. Ia ingin menyerah. Ia ingin keluar dari neraka yang disebut keluarga dan pekerjaan itu.

Ia sudah memutuskan malam itu, besok ia akan mengundurkan diri. Menyerahkan surat pengunduran diri kepada Pak Martin. Melepaskan semuanya. Biarlah Niko dan Wulan dalam ranjang yang sama, di kantor yang sama. Ia tak ingin menjadi bagian dari cerita yang terus menyakiti dirinya.

Tapi saat tekadnya sudah membulat kokoh, ponselnya bergetar. Nama Ibu muncul di layar.

Dengan suara yang masih parau, Rania mengangkatnya. "Hallo, Bu..."

Suara dari ujung sana terdengar lelah, serak, dan penuh keraguan.

"Maaf, Rani... Ibu ganggu. Tapi.. bisa nggak, kirim uang buat bayar listrik sama beli beras? Bapak juga besok harus kontrol ke dokter."

Rani terdiam. Dunia seolah membekukan segalanya. Sesaat lalu, ia siap mundur. Tapi suara ibunya yang renta, bayangan Bapaknya yang terbaring sakit tanpa penghasilan, menariknya kembali ke bumi.

"Rani ngerti, Bu," ucapnya, menahan sesak. "Besok Rani kirim, ya."

Setelah telepon terputus, Rania menatap bayangannya sendiri di kaca spion. Mata yang sembab, bibir yang pucat. Tapi dibalik semua itu ada seorang anak yang tak bisa meninggalkan orang tuanya kelaparan.

Sudah lama Rania memendam keinginan untuk bekerja di tempat lain.. tempat yang tak ada hubungannya dengan keluarga suaminya, tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri, bukan sekadar menantu dari pemilik perusahaan. Tapi keinginan hanya tinggal keinginan.

Mencari pekerjaan di luar sana bukan hanya sulit, tapi nyaris mustahil baginya. Bukan karena ia tak mampu, tapi karena posisinya terlalu terikat. Selama ini, uang nafkah yang diberikan Niko setiap bulan bukan berasal dari hasil kerja keras pria itu, melainkan dari kantornya.. kantor milik orang tuanya. Jumlahnya pun tak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan dasar, tapi cukup untuk membuat Rania tak punya celah untuk melawan.

Dan itulah kuncinya, ketergantungan. Selama ia masih menerima uang itu, berarti ia tunduk. Selama namanya masih terikat dalam struktur karyawan perusahaan mertua, berarti ia tak berhak menentukan arah hidupnya sendiri. Jika ia keluar, ia bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga satu - satunya sumber penghasilan..yang sekaligus menjadi alat kontrol Niko atas hidupnya.

Bekerja di luar kantor keluarga bukan sekadar tak diizinkan, itu dicap pengkhianatan, yang berujung Niko hukum dengan cara yang tak kasat mata.. dingin, perlahan, dan menyakitkan.

Mengingat itu semua, Rania menyandarkan kepalanya di setir mobil.Menangis lagi. Tapi tangis kali ini bukan karena putus asa. Tangis ini adalah harga dari pilihan, bertahan demi orang tua yang tak tahu apa - apa tentang luka yang ditanggung anaknya.

(Bersambung)...

1
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
makasih banyak 🙏🙏❤️👍❤️❤️
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Verry good 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾: sama2 kak...karya yg bagus sekali...ada yg baru dari Kaka juga... masih baca di awal🙏🙏
total 2 replies
Heny
Penasaran sm cewrk yg ditabrak Naren
Lily and Rose: Kakak… makasih ya selalu ngikutin kisah Rania dan Askara 🥰🥰🥰
total 1 replies
chiara azmi fauziah
mantap thor gak kebayang thor kirain mereka tidak bersatu tp akhirnya ada kejutan dr penulis kita ini semangat ya thor buat karya karyanya😍
Lily and Rose: Makasih Kak udah setia baca novel Rania sama Askara 🥰🥰🥰
total 1 replies
Cookies
cerita naren donk thor
Lily and Rose: Siaaaap Kakak, next author bikin novel khusus tentang Narendra 🥰🥰
total 1 replies
Novita Sr
sakit banget jadii dokter byan
Sara Famay
lanjut tor 🥰
yeni kusmiyati
Alhamdulillah semoga bahagia,aku padamu thor
Jumiah
naren akan mendapat kan jodoh x yg sali mencintai ,sma sma baik seperti rania...
cantik dan pintar x jua
Lily and Rose: Siap Kak /Kiss/
total 1 replies
Jumiah
jangan 2 jenny sdh biasa meobral dri ..
jd barang diskonan ...
Heny
Lanjut thor
Lily and Rose: Siap, Kak... semoga Kakak suka episode selanjutnya yaaaa /Heart/
total 1 replies
Heny
Coba ada yg denger biar Askara tau paman nya pura-pura baik
nurulmz
akhirnya Rania sama askara bersatu.. terimakasih narenn jodoh emang ga kemana.
Lily and Rose: Bener, kalau jodoh gak ada yang tahu ya Kak... padahal dalam hitungan menit Rania harusnya jadi istri Byan, eh di tikung Askara duluan /Grin/
total 1 replies
Popo Hanipo
nareeenn aku padamu ,,kakak author tolong siapkan jodoh buat naren ya tanpa dia rania dan askara gk bakal bersatu,,sekalian pak tua kalo belum punya istri carikan jgn lupa yg crewet wkkkkk
Lily and Rose: Hahaha... keren kan Naren?... jodoh emang gak kemana yaaa /Grin/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
duh thor hampir deg2 kan kirain gak Ada lanjutanya sedih raniah bersatu bahagia selalu
Lily and Rose: Hehehe... ada lanjutannya dong Kak, kasihan kalau Rania dan Askara gak jadi bersatu setelah penderitaan mereka selama ini /Grin/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
pamany jahat dong ternyata hanya pura2 peduli mungkin ada udang di balik bakwan wkwkwk
Tini Uje
duuhhh...gmna ya nasip sijeni jeni itu klo tau cintanya brtepuk sebelah kaki 😅kasiaann kasiaann kasiaaann
Lily and Rose: Jenni jadinya gigit jari kayaknya Kak... hehehe
total 1 replies
Sara Famay
mantap tor lanjut 🥰🥰🥰🥰
Lily and Rose: Siaaaap Kak /Heart/
total 1 replies
Heny
Lanjut thor
yeni kusmiyati
yahhh..kecewa Thor kalau nggak sama askara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!