Seorang agen rahasia wanita yang memiliki kemampuan luar biasa harus mati di tangan musuhnya dengan cara licik. Karena sabotase mobil yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Jiwanya berpindah ke tubuh seorang gadis bertubuh ringkih yang sedang meregang nyawa akibat perbuatan saudaranya.
"Ckkk... Bukankah mobilku masuk jurang? Harusnya aku sudah mati. Lantas kenapa malah berada di tubuh gadis remaja lemah dan bodoh?"
"Aku tidak akan membiarkan ketidak adilan terjadi di depan mataku. Haruskah aku membalaskan dendamku dan pemilik tubuh ini?" Ucap Agen wanita itu di depan cermin toilet Rumah Sakit sambil menatap badan kurus dan tak terurus pemilik tubuh yang dia masuki.
Bagaimana kelanjutan cerita wanita yang terbiasa mengurus dan mengatasi masalah berat menjadi seorang gadis remaja yang selalu hidup dalam kesengsaraan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
JANGAN MENABUNG BAB, SUPAYA CERITA INI BISA BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi Umpan Musuh
Beberapa saat kemudian, terdengar suara lirih memanggil-manggil nama Axton.
"Axton... Axton..." Suara Mama Yasmin yang mulai terbangun dari tidurnya.
"Mama sudah bangun? Sebentar aku ambilkan minum dulu." Ucap Axton.
Mama Yasmin menurut, dia meminum sedikit air putih untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Mama Yasmin kembali menangis, terisak tanpa suara.
"Tante... Tenang ya jangan dipikirkan lagi, aku yang akan mengurus masalah ini hingga mereka yang melakukan penganiayaan terhadap Tante Yasmin menerima hukuman yang setimpal dariku."
"Sekarang fokus saja untuk sembuh, karena hanya itu yang terpenting saat ini." Ucap Alexa sambil menggenggam erat tangan calon mertuanya.
"Kenapa masih panggil Tante, Lexa?"
"Ahhh... Iya maaf aku belum terbiasa. Mama Yasmin." Ucap Alexa.
"Bagaimana persiapan pernikahan kalian? Sudah berapa persen?" Tanya Mama Yasmin.
"Tinggal menyebarkan undangan saja, tempat resepsi, catering, EO dan semuanya sudah selesai bayar uang muka. Tapi, jangan dipikirkan tentang pernikahanku. Mama sembuh dulu baru kita pikir ulang lagi." Ucap Alexa.
"Sayang... Kamu...?" Ucap Axton dengan mata berkaca-kaca. Pria itu terharu dengan calon istrinya yang sangat pengertian dan tidak menuntut.
"Ssttt... Mas Axton, mulai sekarang aku panggil mas. Karena kita sebentar lagi menikah. Terima kasih telah menuruti kemauanku yang menginginkan pernikahan mewah. Tapi itu tidak berarti kalau Mama belum sembuh."
Greb
Axton nampak memeluk erat wanita yang sangat dicintainya ini.
CUP
Bahkan untuk pertama kalinya Axton mencuri kecupan di bibir tipis Alexa, membuat gadis remaja itu membulatkan mata dengan pipi yang bersemu merah. Alexa tersipu.
Alexa yang meskipun menjadi Alana berumur 25 tahun, tapi ciuman ini adalah yang pertama baginya.
"Jangan macam-macam Axton, nikahi dulu baru boleh cium-cium." Ucapan Mama Yasmin semakin membuat Alexa merona. Sungguh mantan agen rahasia itu ingin menyembunyikan wajahnya.
"Mama, kalau boleh tahu di mana menyimpan berkas penting yang Mama miliki. Punya mas Axton juga disimpan di mana? Karena itu yang menjadi incar mereka."
"Semua sudah dirapikan oleh calon suamimu, mama tidak tahu disimpan di mana. Tapi Mama bersyukur karena Axton bergerak selangkah lebih cepat dari pada mereka. Tapi Glory mengambil seluruh perhiasan Mama. Bukan masalah nilainya, tapi itu perhiasan turun temurun dari keluarga Mama yang rencananya akan Mama berikan padamu saat pernikahan nanti."
"Maafkan Mama, Lexa karena tidak bisa menjaga amanat dari orang tua Mama dulu untuk memberikan perhiasan itu padamu." Ucap Mama Yasmin terlihat penuh rasa sesal.
"Mama tenang saja, aku sendiri yang akan mengambilnya dari tangan Glory. Kalau perlu aku buat dia bersujud di kaki Mama untuk memohon ampunan." Ucap Alexa.
Usai mengatakan semua unek-uneknya, Alexa pun pamit untuk sementara pulang ke rumahnya. Karena bekerja di Rumah Sakit sedikit membuatnya kehilangan konsentrasi. Karena harus terus melihat kondisi calon mertuanya yang memprihatinkan. Apalagi kondisi Axton yang bersedih dan terlihat kurang semangat. Jadi Alexa putuskan mencari info dari kamarnya saja, supaya fokus.
"Loh, Lexa kamu pulang? Aku baru saja mau ke Rumah Sakit bawa pesananmu, maaf kalau lama. Tadi aku ketiduran lagi setelah selesai mandi." Ucap Alex.
"Dasar, pantas saja aku pikir kamu nyasar lupa jalan pulang. Gak taunya molor, sudah tinggalkan saja pakaianku, tolong mampir beli makanan untuk calon suamiku ya."
"Iya... Iya... Aku pergi dulu."
Setelah itu Alexa mengambil paper bag berisi pakaiannya yang ditinggal Alex dan melanjutkan langkah menuju kamar pribadinya. Dia harus cepat memberi pelajaran pada mereka semua.
Di sinilah Alexa berada di depan sebuah laptop dan menyalakan ponsel rahasianya. Dia akan menghubungi seseorang yang akan membantunya bergerak.
"Vania, aku yakin kamu orang di balik kebrutalan Glory. Berapa banyak uang yang kamu gelontorkan untuk menjamin dua penjahat kelamin itu keluar dari penjara. Dan akan aku pastikan setelah ini kamu habis di tanganku." Gumamnya.
Kemudian Alexa mencari identitas diri terbaru Glory dan Papa Gilbert kenapa bisa berhubungan dengan Vania.
Untuk beberapa saat hanya terdengar suara jari yang menari di atas keyboard. Alexa fokus mencari tahu, bagaimana Glory mengenal Vania. Atau lebih tepatnya, Vania yang mencari sekutu untuk dijadikan pion.
"Ooo begitu, jadi tujuanmu mendekati mas Axton lewat ayahmu waktu itu memang karena perusahaan ayahmu butuh suntikan dana." Gumam Alexa.
"Setelah hari itu, Vania memanfaatkan kemampuannya menjadi agen untuk mencari tahu detail kehidupan keluarga Axton. Baiklah Vania, sekarang waktuku untuk memberi pelajaran padamu. Bagaimana cara agen yang benar bekerja. Akan aku buka borokmu di depan publik, siapa yang telah membunuhku dengan cara licik. Kamu akan tahu berhadapan dengan siapa nantinya."
"Tunggu malam, aku akan menyusup ke apartemen Glory. Akan aku beri tahu cara menganiaya yang benar pada wanita hamil itu. Oh ya lupa aku harus menghubungi seseorang yang bisa membantuku."
Tut
Tut
Tut
"Kakak, bisakah kita bertemu. Di tempat biasa."
"Katakan siapa kamu? Kenapa ponsel Alana bisa bersamamu?" Tanya seseorang.
"Nanti saja akan aku jelaskan semuanya. Gunakan wajah samaran, karena aku tidak ingin identitasmu sebagai agen rahasia diketahui orang lain."
"Baiklah, jam 12 siang kita bertemu. Jangan membawa mobil pribadi."
"Ya, aku tunggu tepat waktu."
Jam terus berputar, sekarang tepat pukul 12 Alexa bertemu dengan seseorang yang bernama Lucas Alvaro.
"Siapa kamu, kenapa bisa menelponku dengan ponsel rahasia milik Alana?"
"Karena aku adalah Alana, dengar penjelasanku jangan dipotong. Malam itu Vania menjebakku dan aku kecelakaan karena mobilku sudah disabotase olehnya. Tapi jiwaku tidak mati melainkan pindah ke tubuh gadis remaja yang bernama Alexa Olivia Johnson. Sedangkan jiwa gadis itu mati."
"Kurang dari sebulan lagi aku akan menikah dengan kekasihku Axton Orlando, tapi Vania yang serakah ingin merebutnya dariku. Dan kemarin dia memanfaatkan orang lain untuk merusuh di kediaman calon mertuaku. Sekarang Mama Axton sedang dirawat karena menderita luka serius. Aku minta bantuanmu, malam ini aku ingin menculik orang-orang itu."
"Vania, wanita itu tetap serakah sejak dulu. Alana, aku senang karena kamu masih hidup meskipun dengan tubuh yang lain. Tadinya aku sempat tidak percaya, bagaimana bisa kamu meninggal dengan cara yang tidak wajar jika bukan karena konspirasi yang ingin menggulingkanmu. Meskipun dengan fisik berbeda, kamu tetap adik yang ku sayang."
"Terima kasih Kak, kamu memang yang terbaik. Ngomong-ngomong kamu masih betah menduda, tidak mau mencari pengganti Lily?" Tanya Alexa.
"Tidak, karena cintaku hanya untuk Lily seorang." Jawabnya Lucas sendu.
Lucas Alvaro adalah kakak sepupu dari Alana Kayla. Lucas merupakan agen senior yang membawa masuk Alana pada yayasan agen rahasia.
Lucas saat ini berumur 30 tahun, dia sudah pernah menikah dengan wanita yang dicintainya, sahabat Alana yang juga seorang agen. Namanya Lily Andriana saat itu dia sedang menjalankan misi bersama Lucas, tapi musibah datang padanya. Dia tertembak musuh tepat di jantungnya. Padahal Lily termasuk sniper jitu yang menjadi andalan agen.
Tapi hari itu, tidak ada yang menyadari jika Lily dalam keadaan tidak sehat. Bahkan Lucas pun tidak tahu jika selama seminggu Lily sering merasakan mual. Dan saat sedang berhadapan dengan musuh, mual itu datang yang langsung dimanfaatkan dengan menyerang Lily. Lucas terpukul karena istrinya meninggal dengan benih yang baru tumbuh.
"Kita tidak bisa menghancurkan Vania dengan terang-terangan, karena kita tahu seberapa licik otaknya itu. Jadi kita manfaatkan pasangan mesum yang sebenarnya adalah Papa kandung Axton bersama gundiknya yang hamil."
"Apa rencanamu Alana?" Tanya Lucas.
Alana membisikkan sesuatu kepada kakaknya, senyum menyeringai terlihat dari bibir pria yang betah menduda itu.
Malam pun tiba, Glory seperti biasa sedang beradu mekanik dengan Papa Gilbert. Tanpa mereka sadari, jika bahaya sedang mengintai keduanya.
Dengan mudah, Lucas membobol kode password pintu apartemen. Semua kamera cctv di banyak titik dimatikan untuk beberapa jam ke depan. Saat Glory sedang bergoyang tiba-tiba Alexa dan Lucas masuk.
Bruk
Brak
Tanpa ampun Alexa menghantam tengkuk Glory menggunakan kayu. Sedangkan Papa Gilbert, Alexa pukul tepat pada tongkat kecil yang sedang berdiri tegak menanti kepuasan.
"Ahhh... Tidaakkk..." Seketika keduanya pingsan.
Kemudian Lucas mengangkat tubuh mereka dan memasukkannya ke tong sampah besar yang dibawanya dalam keadaan telan jang bagaikan seonggok sampah.
pas ingat gedekkkkk nyaaa pingin TK pitesssss